BAB I
PENDAHULUAN
Untuk menjaga keteraturan metabolisme dan pertumbuhan, sel perlu melakukan
pengaturan, antara lain pengaturan sintesis protein. Kontrol
genetik yg dilakukan mengacu pada pengendalian transkripsi mRNA yg
dibutuhkan untuk sintesis protein.
Pada sel prokariotik, proses pengaturan ini melibatkan induksi atau represi
sintesis enzim oleh protein regulasi yang dapat mengikat DNA , baik memblok
atau meningkatkan fungsi RNA polimerase, enzim yang diperlukan untuk
transkripsi. Protein regulasi merupakan bagian dari salah satu operon atau
regulon. Regulatory protein dapat berfungsi baik sebagai represor atau
aktivator
Biosintesis protein alami sama dengan ekspresi genetik. Kode genetik yang
dibawa DNA ditranskripsi menjadi RNA, yang berperan sebagai cetakan bagi
translasi yang dilakukan ribosom. Sampai tahap ini, protein masih
"mentah", hanya tersusun dari asam amino proteinogenik. Melalui
mekanisme pascatranslasi, terbentuklah protein yang memiliki fungsi penuh
secara biologi.
BAB II
PEMBAHASAN
Seluruh kegiatan biosintesis, modifikasi hasil biosintesis dan jalur sekresi
diaur oleh bahan inti dan dilaksanakan oleh organel khusus sel. Organella yang
berperan dalam proses biosintesi diantaranya Retikulum Endoplasma, Ribosom dan
Kompleks Golgi.
2.1.
RETIKULUM ENDOPLASMA
Retikulum Endoplasma apabila diamati tampak berupa lembaran yang
terlipat-lipat, mengelilingi suatu ruangan yang disebut lumen atau sisterna
yang berbentuk labirin. Apabila diamati lebih dalam RE terdiri dari
tubulus-tubulus, vesikel dan kantong-kantong pipih yang menempati ruang
sitoplasma. Membrane RE sifatnya kontiniu dan tidak terputus, serta tertutup
membentuk lumen yang memisahkan dengan lingkungan sitoplasma.
Retikulum Endoplasma terdiri dari dua bentuk yaitu Retikulum Endoplasma kasar
atau Retikulum Endoplasma granular disebut demikian karena permukaan luar
membrannya ditempeli oleh ribosom dan Retikulum Endoplasma halus atau Retikulum
Endoplasma agranular disebut demikian karena permukaan luar membrannya tidak
ditempeli oleh ribosom.
Gambar 2.1 Retikulum endoplasma kasar dan Retikulum endoplasma halus.
Keduanya
berbeda dalam bentuk dan susunannya, REK merupakan tumpukan kantong-kantong
pipih yang disebut sisterna, sedangkan REH merupakan anyaman saluran-saluran
halus. Fungsi membrane RE tidak simetris, meskipun ketidaksimetrisan ini tidak
hanya tergantung pada ada tidaknya ribosom saja (Sumadi dan Aditya
Marianti,2007).
Beberapa enzim penting yang terdapat pada RE adalah (1) glukosa-6-fosfatase
yang berfungsi untuk metabolisme karbohidrat, (2) sitokrom P450 yang berfungsi
sebagai transpor elektron dan reaksi hidroksilasi, dan (3) sitokrom b5 yang
berfungsi sebagai transpor elektron. Cairan pada lumen RE mengandung
holoprotein, glikoprotein, lipoprotein dan sejumlah enzim hidrolase (Arbayah, Siregar. 1990).
2.2.
RETIKULUM ENDOPLASMA SEBAGAI PUSAT BIOSINTESIS SEL
Butir-butir ribosom pada membran REK akan mensintesis rantai polipeptida, yang
elongasinya(pemanjangannya) tidak berada di sitosol melainkan menembus merman
RE. sebagian dari polipeptida ini tetapa berada didalam membrane menjadi
protein transmemran, sedangkan bagian yang lain dilepas di dalam sisterna RE.
Protein transmembran yang dihasilkan diperuntukkan bagi membrane sel organela
lainnya, sedangkan protein-protein yang dituangkan kedalam lumen RE
diperuntukkan bagi organelle lainnya atau disekresikan.
Sintesis protein transmembran dan luminal dilakukan oleh polisoma yang menempel
pada membrane RE serta melibatkan dua jenis reseptor. Reseptor pertama untuk
mengenali ribosom subunit besar yang akan mengikat ribosom pada membrane RE
sehingga memungkinkan terjadinya pemindahan rantai polipeptida dari sitosol ke
lumen RE. Sedangkan reseptor kedua mengikat ujung 3’ mRNA yang akan
diterjemahkan. Pada mRNA terdapat kodon untuk polipeptida isyarat. Penerjemahan
ini terjadi di sitosol yang mempunyai molekul pengenal isyarat (SRP=Signal
Recognition Particle). SRP ini akan mengikat polipeptida isyarat segera
setelah terbentuk kompleks SRP dan polipeptida isyarat ini akan segere
mengikatkan diri pada reseptornya yang terdapat di membrane RE.
Proses sintesis protein terjadi di REK yang telah diuraikan pada gambar dibawah
(a) mRNA menginisiasi sintesis protein dengan mengikat subunit ribosom, (b)
segmen pertama dari polipeptida yang baru diterjemahkan dari ribosom adalah
sinyal N-terminal.(c) akibat bertubrukan dengan RE sinyal yang sifatnya
hidrofobik akan menetrasi kedalam membrane. (d) sintesis protein berjalan
terus, pertumbuhan rantai polipeptida meluas menembus membran mengikuti
sinyalnya.
Gambar 2.2 Skema proses sintesis protein di REK yang melibatkan sinyal
N-terminal untuk memulai prose terjadinya penempelan ribosom di REK pada waktu
proses sintesis protein.
Jika protein akan disekresikan, seluruh rantai polipeptida mengikuti sinyalnay
akan menembus membrane Re dan masuk kedalam ruang RE. Jika protein terbenam
didalam membrane, satu atau lebih sinyal stop transfer akan menahan gerakan
protein menenmbus membrane. (e) sesudah pertumbuhan polipeptida memanjang
memasuki atau melalui membrane RE, sinyal didegradasi oleh enzim peptidase yang
terbenam didalam membrane. (f) setelah disintesis lengkap, subunit ribosom
terlepas dari mRNA dan lepas dari RE. mRNA dibebaskan atau terikat pada
membran RE dengan ribosom yang lain untuk menerjamahkan pesan yang sama.
Setelah molekul protein selesai disintesis akan terjadi perpindahan molekul
tersebut dari sitosol ke mitokondria, kloroplas, dan peroksisom melibatkan
hodrolisis ATP yang terdapat disitosol. Tenaga dari ATP digunakan untuk
mengurai lipatan-lipatan molekul protein yang akan dipindahkan. Selain itu
untuk menyisipkan dan mendorong masuknya molekul protein kedalam lumen
organelle tersebut juga diperlukan tenaga.
Selain potein, didalam Re juga terjadi proses sintesis Fosfolipid dan
kolesterol. Proses sintesisnya terjadi di membrane RE. fosfolipid dan
kolesterol yang disintesis pada umumnya digunakan untuk memperbaiki membrane
sel atau membrane organelle yang rusak. Fosfolipid yang disintesis kebanyakan
adalah fosfatidilkolin. Fosfatidilkolin disintesis dari gliserol-fosfat dan
kolin. Molekul-molekul ini pada walnya berad di sitosol membrane RE kemudian
oleh aktivitas protein pemindah yang disebut flipase akan menyebabkan
fosfatidilkolin dipindahkan ke sitosol belahan luminal membrane RE, sedangkan
fosfatidilserin dan fosfatidil inositol tetap berada di sitosol membrane RE (Sumadi
dan Aditya Marianti,2007).
2.3. RIBOSOM
Ribosom merupakan tempat sel membuat protein. Sel yang memiliki laju sintesis
protein yang tinggi secara khusus memiliki jumlah ribosom yang banyak.
Misalnya, sel hati manusia memiliki beberapa juta ribosom. Tidak mengejutkan
jika sel yang aktif dalam mensintesis protein juga memiliki nucleoli yang
terlihat jelas.
Gambar 2.3. Ribosom bebas maupun ribosom terikat melimpah jumlahnya
dalam mikrograf electron bagian sel pancreas.
Ribosom membangun protein dalam dua lokasi sitoplasmik. Ribosom bebas
tersuspensi dalam sitosol, sementara ribosom terikat dilekatkan pada bagian luar
jalinan membrane yang disebut reticulum endoplasmic. Sebagian besar protein
yang dibuat oleh ribosom bebas akan berrfungsi didalam sitosol, contohnya ialah
enzim-enzim yang mengkatalisi proses metabolism yang bertempat di sitosol.
Ribosom terikat umunya membuat protein yang dimaksudkan untuk dimasukkan
kedalam membrane, untuk pembungkusan dalam organel tertentu seperti lisosom,
atau untuk dikirim ke luar sel. Sel yang terspesialisasi dalam sekresi protein
misalnya, sel pancreas dan kelenjer lain yang mensekresi enzim-enzim pencernaan
seringkali bagian terbesarnya berupa ribosom terikat. Ribosom terikat dan bebas
secar structural identik dan dapat saling bertukar tempat, dan selnay dapat
menyesuaikan jumlah relative dari masing-masing jenis ribosom begitu metabolismenya
berubah (Neil A. Campbell, 2002).
Ribosom merupakan organel yang memegang peranan penting dalam proses sintesis
protein. Didalam sintesis protein, ribosom dibantu mRNA, tRNA, rRNA, dan
faktor-faktor protein.
2.4.
SINTESIS PROTEIN
Oleh karena molekul DNA sebagai sumber informasi yang terdapat dalam inti,
tidak mungkin secara langsung digunakan dalam sitoplasma untuk sintesis
protein, maka DNA sebagai sandi perlu disalin dalam sandi lain yaitu sebagai
molekul messenger RNA (mRNA). Peristiwa penyalinan molekul DNA menjadi mRNA
dinamakan transkripsi. Transkripsi DNA dilakukan untuk setiap satuan 3
nukleotid (kodon), tetapi karena mRNA tidak memiliki basa Timin, melainkan
gugus urasil, maka urutan basa pada mRNA akan sedikit berbeda.
Hasil transkripsi dalam bentuk mRNA ditransportasikan ke sitoplasma melalui
lubang-lubang selubung inti. Selanjutnya mRNA akan diterjemahkan (translasi)
menjadi polipeptid atau protein dengan dasar bahwa setiap “kata” nukleotid untuk
satu jenis asam amino.
Messenger RNA merupakan untaian molekul nukleotid yang bentuknya komplementer
dengan molekul DNA yang dipakai sebagai pola dalam transkripsi. Perbedaan
mendasar terhadap DNA yaitu :
a. berbentuk
satu untai
b. gugus basa:
adenine, cytosine, guanine, urasil
c. gugus
gula ribose.
Cara transkripsi mRNA dengan menggunakan molekul DN sebagai pola yang
memerlukan enzim polymerase sebagai berikut :
a. basa T
pada DNA ditranskripsi menjadi basa A pada mRNA
b. basa A
pada DNA ditranskripsi menjadi basa U pada mRNA
c. basa C
pada DNA ditranskripsi menjadi basa G pada mRNA
d. basa G
pada DNA ditranskripsi menjadi basa C pada mRNA.
Setiap kodon (rangkaian 3 nukleotid) pada DNA ataupun transkripsinya pada mRNA
akan menentukan jenis asam amino yang akan menyusun polipeptid atau protein (
Subowo, 1995 ).
2.5.
MEKANISME SINTESIS PROTEIN
Secara garis besar proses sintesis protein terbagi menjadi 3 tahap yaitu :
1. Tahap
Pemrakarsaan ( Inisiasi )
Tahap inisiasi diawali dengan pemisahan ribosom subunit besar dan ribosom
subunit kecil. Langkah kedua adalah Met-tRNA berinteraksi dengan GTP,
selanjutnya langkah ketiga adalah kombinasi Met-tRNA dan GTP akan bergabung
dengan ribosom subunit kecil, akibatnya langkah keempat ribosom subunit kecil
akan siap bersatu dengan mRNA dalam suatu reaksi kompleks yang melibatkan
hidrolisis ATP, penyatuan ini diawali dengan penempelan tudung 5’ mRNA pada
ribosom subunit kecil untuk kemudian ribosom ini akan bergerak terus sepanjang
mRNA sampai bertemu dengan kodon pemrakarsa AUG.
Selanjutnya langkah kelima adalah penyatuan ribosom subunit kecil dan ribosom
subunit besar yang disertai dengan hidrolisisGTP menjadi GDP. Gabungan antara
ribosom dengan mRNA dan Met-tRNA menandakan selesainya tahap pemrakarsaan untuk
kemudian siap masuk ke tahap pemanjangna atau elongasi.
2. Tahap
Pemanjangan (Elongasi)
Dalam proses elongasi ribosom akan bergerak sepanjang mRNA untuk menerjemahkan
pesan yang dibawa oleh mRNA dengan arah gerakan dari 5’ ke 3’. Langkah pertama
dari proses elongasi adalah reaksi pengikatan aminoasil tRNA (AA2) dengan GTP.
Langkah kedua kompleks ini kemudian terikat pada ribosom sisi A. Langkah ketiga
GTP dihidrolisis, Met-tRNA terdapat pada sisi P dan aminoasil-tRNA (AA2) pada
sisi A siap untuk membentuk rantai peptida pertama.
Langkah keempat metionin yang digandeng oleh tRNA inisiato pada sisi P mulai
terikat dengan asam amino yang dibawa oleh tRNA pada sisi A dengan ikatan
peptide membentuk dipeptida, sehingga sisi P ribosom menjadi kosong. Reaksi ini
dikatalis oleh peptidil transferase yang dihasilkan oleh ribosom subunit besar.
Langkah kelima petidil tRNA berpindah ke sisi P akibat pergeseran ribosom ke
arah 3’ dan terbukalah kodon berikutnya pada sisi A dan siap dimasuki oleh tRNA
berikutnya.
Setelah kedua tempat diribosom terisi oleh tRNA yang menggandeng asam amino
masing-masing, asam-asam amino akan berada sangat berdekatan, akibatnya akan
terjadi ikatan peptide diantara keduanya. Terjadinya ikatan antara kedua asam
amino ini dikatalisis oleh enzim peptidil transferase. Peptidil transferase
bekerja sama dengan enzim deasilase-tRNA akan memutuskan ikatan antara tRNA
dengan asam amino yang digandengnya.
3. Tahap
Penghentian (Terminasi)
Penerjemahan akan berhenti apabila kodon penghenti (UAA,UAG, atau UGA) masuk ke
sisi A. hal ini terjadi karena tidak ada satupun tRNA yang memiliki antikodon
yang dapat berpasangan dengan kodon-kodon penghenti. Sebagai ganti molekul
tRNA, masuklah factor pembebas atau RF
(Release Factor) ke sisi A. Faktor ini bersama-sama dengan molekul GTP, melepaskan rantai polipeptida yang telah usai dibentuk dari tRNA yang terakhir. Ribosom kembali terpisah menjadi unit besar dan unit kecil serta kembali ke sitosol untuk kemudian akan berfungsi lagi jika ada penerjemahan baru.
(Release Factor) ke sisi A. Faktor ini bersama-sama dengan molekul GTP, melepaskan rantai polipeptida yang telah usai dibentuk dari tRNA yang terakhir. Ribosom kembali terpisah menjadi unit besar dan unit kecil serta kembali ke sitosol untuk kemudian akan berfungsi lagi jika ada penerjemahan baru.
Gambar 2.5.
Tiga tahap utama sintesis protein.
Tahap 1
adalah Tahap Pemrakarsaan ( Inisiasi ), tahap 2 Tahap Pemanjangan (Elongasi),
dan tahap 3 adalah Tahap Penghentian (Terminasi)
2.6.
KOMPLEKS GOLGI
Kompleks golgi ditemukan oleh C. Golgi (1898) pada sel saraf yang berbentuk
seperti jala, letaknya didekat inti. Ahli sitologi yang bernama
Perrincito (1910) mengemukakan organel aparat golgi terdiri dari sekelompok
jalinan (diktiosom). Penggunaan mikroskop elektron Mollenhauer (1967)
menemukan organel aparat golgi, yang banyak dijumpai pada sel hewan dan sel
tumbuhan.
Sel-sel sekresi (secretory), aparat golgi berfungsi sebagai rantai
sekresi. Bagian kompleks golgi yang berdekatan dengan retikulum
endoplasma berbentuk cembung disebut permukaan luar (foming face) dan permukaan
dalam berbentuk cembung (maturing face). Urutan pada waktu sekresi adalah
RE – gelembung transisi – permukaan luar – permukaan dalam – gelembung sekresi
– membran plasma – luar sel.
Enzim yang terdapat pada kompleks golgi diantaranya adalah glikosiltransferase,
oksidoreduktase, fosfatase, kinase, transferase dan mannosidase. Untuk
enzim tanda pada aparat golgi adalah glikosiltransferase. Enzim ini
berfungsi sebagai biosintesis glikoprotein dan glikolipid. Pengemasan
protein maupun lipid berkarbohidrat tinggi diawali di RE dan dilanjutkan di
aparat golgi, atau hanya terjadi pada aparat golgi saja. Sintesis pectin
dan hemiselulosa dinding sel tumbuhan hanya berlangsung di aparat golgi.
Biosintesis Glikoprotein.
Glikoprotein merupakan bahan utama dalam sekresi berbagai kelenjar endokrin
maupun eksokrin, sebagai substansi dasar intraseluler, dan komponen membran
sel.
Kompleks Golgi mempunyai bentuk/ukuran berubah-ubah, hal ini berkaitan
dengan adanya fungsi sintesis glikoprotein dan glikolipid. Apabila
glikoprotein dan glikolipid yang disintesis lebih banyak, maka simpanannya juga
lebih banyak sehingga aparat golgi juga lebih besar.
Glikoprotein yang dipergunakan untuk penyusunan membran plasma tidak pernah
dilepaskan pada lumen kompleks golgi, tetapi membentuk Vesikula dan akhirnya
berfusi dengan membran plasma. Sedangkan Glikoprotein untuk sekretoris
dilepaskan ke lumen, kemudian terjadi pertunasan dan membentuk Vesikula yang
akhirnya menuju permukaan sel untuk dikeluarkan/disekresikan (Ruswana.2005).
BAB III
PENUTUP
Seluruh kegiatan biosintesis, modifikasi hasil biosintesis dan jalur sekresi
diaur oleh bahan inti dan dilaksanakan oleh organelle khusus sel. Organella
yang berperan dalam proses biosintesi diantaranya Retikulum Endoplasma, Ribosom
dan Kompleks Golgi
Ada tiga
proses dalam mekanisme sintesis protein yaitu:
1.
Pemrakarsaan (Initiation)
Menempelnya ribosom sub unit kecil pada mRNA tidak pada sembarang tempat,
melainkan pada pada tempat khusus sebelum kodon pemrakarsaan dari gen yang akan
di salin, tempat khusus ini disebut tempat pengikat ribosom. Pada mRNA
eukariotik tidak memiliki tempat pengikat ribosom, sebagai gantinya mereka
memiliki struktur tudung.
2.
Perpanjangan (Elongation)
EF-Tu dan EF-Ts. GTP diperlukan sebagai penghasil tenaga. dua buah tempat tRNA
terisi oleh tRNA yang bermuatan asam amino, dan kedua asam amino inio berada
sangat berdekatan, terjadilah ikatan peptida antara gugus karboksil dari Fmet
dan gugus amin dari asam amino yang kedua. reaksi ini menggunakan katalisator
enzim transferase peptidil, yang kemungkinan merupakan kombinasi beberapa jenis
protein ribosomal.
3.
Pemberhentian (Terminator)
Pemberhentian terjadi apabila kodon berhenti (UAA, UAG, atau UGA) masuk ke
tempat A. Tidak ada molekul tRNA satu pun yang memiliki anti kodon yang dapat
berpasangan basa dengan kodon-kodon penghenti. Sebagai ganti molekuil tRNA,
masuklah factor pembebas RF ke tempat A
DAFTAR PUSTAKA
Arbayah, Siregar. 1990. Biologi Sel. Bogor: IPB
Campbell, Neil A. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid
I. Jakarta: Erlangga
Ruswana.2005.Jurnal
Biologi sel.BIOSINTESIS, SEKRESI DAN MEKANISME KERJA
HORMON. Bandung: Unpad
Subowo. 1995. Biologi Sel. Bandung: Percetakan
Angkasa
Sumadi, dan Marianti, Aditya. 2007. Biologi Sel.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar