BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Manusia adalah mahluk Tuhan yang
paling sempurna yang dibekali dengan
akal, jasmani (fisik) dan
rohani. Dengan akalnya manusia
dituntut untuk berfikir untuk menciptakan sesuatu yang berguna dan bermanfaat
bagi dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Melalui jasmaninya (fisiknya) manusia dituntut
untuk menggunakan fisik / jasmaninya melakukan sesuatu yang sesuai dengan
fungsinya dan tidak bertentangan dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat. Dan dengan rohaninya manusia dituntut untuk senantiasa beribadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan yang dianutnya.
Antara manusia dan peradaban mempunyai hubungan yang
sangat erat karena diantara keduanya saling mendukung untuk menciptakan suatu
kehidupan yang sesuai kodratnya. Suatu peradaban timbul karena ada yang
menciptakannya yaitu diantaranya ada faktor manusianya yang melaksanakan
peradaban tersebut.
Suatu peradaban mempunyai wujud, tahapan dan
dapat berevolusi / berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Dari peradaban
pula dapat mengakibatkan suatu perubahan pada kehidupan sosial. Perubahan ini
dapat diakibatkan karena pengaruh modernisasi yang terjadi di masyarakat. Manusia yang beradab dapat diartikan sebagai manusia yang mempunyai sopan santun dan budi pekerti yang baik.
Ketenangan, kenyamanan, ketentraman, dan kedamaian sebagai makna hakiki manusia
beradab dan dalam pengertian lain adalah suatu kombinasi yang ideal antara
kepentingan pribadi dan kepentingan umum.
1.2
Tujuan
- Mengetahui
definisi dari manusia dan perdaban
- Mengetahui
problematika
peradaban dalam kehidupan masyarakat
- Mengetahui
modernisasi dan globalisasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Manusia dan Peradaban
2.1.1 Pengertian Manusia
Secara bahasa, manusia
berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin),
yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu
menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah
konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus)
atau seorang individu. Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia
merupakan suatu oganisme hidup (living organism). Terbentuknya pribadi
seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan,
setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika,
tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan.
Manusia
seutuhnya adalah sebuah matriks yang mempunyai akal, jasmani dan rohani.
Melalui akalnya manusia dapat menciptakan dan mengembangkan teknologi, lewat jasmaninya
manusia dapat menerapkan dan merasakan kemudahan yang diperolehnya dari
teknologi tersebut sedangkan melalui rohani terciptalah peradaban. Lebih dari
itu melalui ketiganya (akal, jasmani, rohani) manusia dapat membuat perubahan
di berbagai bidang sesuai dengan perjalanan waktu yang dilaluinya sebagai upaya
penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitarnya. Aspek
inilah yang menjadi pembeda antara manusia dengan mahluk lainnya dalam hal
kemampuannya beradaptasi dengan alam.
Manusia
dalam kehidupannya mempunyai tiga fungsi, yaitu :
- Sebagai makhluk tuhan
- Sebagai makhluk individu
- Sebagai makhluk sosial budaya
Sebagai makhluk pribadi, manusia terus melakukan
interaksi dengan sesamanya sebagai jalan mencari pemahaman tentang dirinya,
lingkungan dan sarana untuk pemenuhan kebutuhan yang tidak dapat diperolehnya
sendiri. Interaksi tersebut sebagai cikal terbentuknya suatu komunitas sosial
yang selanjutnya melahirkan aturan-aturan dan norma yang disepakati bersama
untuk mengatur interaksi yang terjadi tersebut. Sejarah peradaban manusia
menunjukkan bahwa konsep dasar keorganisasian dan manajemen bukan merupakan
sesuatu yang baru. Beberapa peninggalan bersejarah baik yang berupa bangunan,
tulisan atau yang sejenisnya dari beberapa dinasti di seluruh dunia yang dibuat
beberapa ribu tahun silam merupakan saksi bisu yang menguatkan pernyataan di
atas. Keberadaan dinasti tersebut seolah mengatakan bahwa masyarakat pada saat
itu sudah mengenal organisasi yang mengatur segala macam interaksi yang terjadi
antar individu dalam masyarakat, sedangkan peninggalan sejarah (misalnya tujuh
keajaiban dunia) bisa dikatakan sebagai sebuah maha karya yang tak akan
terwujud bila proses pembuatannya tidak menggunakan konsep manajemen yang
benar-benar brilian.
2.1.2 Pengertian Peradaban
Istilah
peradaban dalam bahasa Inggris disebutCivilization. Istilah
peradaban sering dipakai untuk menunjukkan pendapat dan penilaian kita terhadap
perkembangan kebudayaan. Definisi peradaban menurut Koentjaraningrat menyatakan bahwa peradaban merupakan bagian
dan unsur kebudayaan yang halus, maju, dan indah seperti misalnya kesenian,
ilmu pengetahuan, adat sopan santun pergaulan, kepandaian menulis, organisasi
kenegaraan, kebudayaan yang mempunyai system teknologi dan masyarakat kota yang
maju dan kompleks.
Pada
waktu perkembangan kebudayaan mencapai puncaknya berwujud unsur-unsur budaya
yang bersifat halus, indah, tinggi, sopan, luhur dan sebagainya, maka
masyarakat pemilik kebudayaan tersebut dikatakan telah memiliki peradaban yang
tinggi.
Tinggi
rendahnya peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh faktor:
1.
Pendidikan,
2.
Kemajuan
teknologi dan
3.
Ilmu
pengetahuan.
2.2 Peradaban Klasik Kuno
Peradaban kuno sangat dipengaruhi oleh zaman pada periode
antara 600 SM-400 SM dimana serangkaian orang bijak, nabi, agama dan filsuf
reformis, dari Cina, India, Iran, Israel dan Yunani, mengubah arah peradaban
selamanya. Julian jaynes menghubungkannya dengan “runtuhnya pikiran bikameral”,
dimana ide-ide bawah sadar hanya di akui sebagai subjektif, bukannya sebagai
suara dari roh-roh. William H. McNeil mengkajinya dari periode sejarah sebagai
salah satu budaya dimana kontak antara peradaban sebelumnya terpisah dengan
melihat “penutupan oecumene”, dan menyebabkan perubahan sosial di percepat dari
cina ke mediterania, berhubungan dengan penyebaran mata uang kerajaan yang
lebih besar dan agama-agama baru. Pandangan ini baru-baru ini telah
diperjuangkan oleh Chirtopher Chase-dunn dan ahli teori sistem dunia lainnya.
2.3 Gugus Peradaban Dunia
Untuk mengenalinya lebih
spesifik, peradaban dunia sepanjang masa di kelopokkkan dalam beberapa gugus
yaitu peradaban Mediterania, Peradaban Timur Tengah, Peradaban India Hindu dan
Budha, Peradaban Asia Timur, Asia Tengah, Asia Tenggara, Kristen Barat, dan
Peradaban Meso-Amerika. Peradaban Mediterania dari Periode Klasik meliputi
peradabanYunani Kunodan peradaban Hellenic, peradaban Phoenix, dan Peradaban
Islam. Gugus peradaban India Hindu dan Buddha meliputi peradaban Post-Maurya
India, Kemaharajaan Gupta di India Uatara, kerajaan Chola di India Selatan, dan
peradaban Ceylon kuno. Peradaban Asia Timur meliputi peradaban Tibet, Turki,
dan Mongol, sedangkan Peradaban Eropa meliputi Peradaban Georgia dan Armenia,
peradaban Kristen Barat, Byazantium, Kristen Ortodoks Timur dan Peradaban
Russian, dan peradaban Meso-Amerika meliputi peradaban Aztec dan Peradaban
Maya.
Karena perjalanan penemuan oleh penjelajah eropa-15 dan abad ke-16,
perkembangan lain terjadi di Eropa. Bentuk pemerintahan, industri, perdagangan,
dan budaya elah menyebar ke eropa barat, ke Amerika, Afrika Selata, Australia,
dan melalui kerajaan kolonial, ke seluru planet bumi. Hal tersebut akan
mengarahkan pemikiran bahwa kita adalah bagian dari sebuah planet
industrialisasi peradaban dunia, yang dibagi antara banyak bangsa dan bahasa,
kecuali beberapa masyarakat yang tidak dikenal (Uncotacted).
2.4 Peradaban Dan Identitas Budaya
“Peradaban”
dapat juga menggambarkan identitas budayadari suatu masyarakat yang kompleks.
Setiap masyarakat, baik yang dikatakan beradab maupun yang tidak beradab,
memiliki ide yang spesifik, adat istiadat, item tertentu dan sen, yang
membuatnya unik. Dalam hali ini, peradaban lebih rumitdari budaya. Sastra, seni
profesional, arsitektur, agama, adat istiadat,dan kompleks gterkait dengan para
elite termasuk dalam peradaban ini. Peradaban senantiasa menyebar, untuk
memiliki lebih banyak, dan memperluas sarana yang digunakan untuk
melaksanakannya.
Namun sampai saat ini,
beberapa suku atau orang-orang tetap tidak beradab dan budayanya “primitif”,
tetapi bagi sebagian orang istilah “primitif” ini mengandung arti merendahkan.
Istilah “primitif” berasal dari bahasa latin “primus” yang berarti budaya
“pertama”. Sebagai ganti istilah “non-melek” (buta huruf) untuk menggambarkan
orang-orang seperti ini.
Dunia beradab menyebar
dengan invasi, konversi, keagamaan, perpanjangan birokrasi kontrol dan
perdagangan, dan untuk memperkenalkan pertanian dan budaya menulis untuk
orang-orang buta huruf yang dianggap tidak beradab. Beberapa orang mungkin rela
beradaptasi dengan perilaku beradab, tetapi peradaban juga disebarkan dengan
kekerasan jika kelompok “non-melek” (buta-huruf) tidak ingin melaksanakan
pertanian atau menerima agama tertentu, sering dipaksa untuk berbuat demikian
oleh orang-orang yang beradab, dan biasanya mereka berhasil karena memiliki
teknologi yang lebih maju. Orang-orang yang menganggap dirinya beradab sering
menggunakan agama untuk membenarkan tindakannya, misalnya dengan mengklaim
bahwa orang yang tidak beradab adalah “primitif”, liar, biadab, atau
sejenisnya, yang harus ditundukkan oleh peradaban.
Budaya rumit yang berkaitan dengan peradaban cdenderung menyebar dan
mempengaruhi budaya-budaya lain, kadang-kadang berasimilasi ke dalam
peradaban (contoh klasik adalah
peradaban cina dan pengaruhnya kepada Korea, Jepang, Vietnam, dan negara-negara
tetangga). Banyak peradban yang benar-benar besar yang melingkupi banyak negara
dan wilayah. Identitas budaya paling luas orang tersebut adalah peradaban dimna
dia hidup. Etiologi peradab adalah bahasa latin atau Romawi, yang didefinisikan
sebagai penerapan keadilan dengan “sipil”, tetapi juga meneliti dan merenungkan peradaban yahudi
atau Ibrani. Peradaban Ibrani tidak didefinidikan sebagai ekspresi atau
perluasan dari jebakan subjektif dan budaya masyarkat, melainkan sebagai
masyarakat manusia dan/ atau budaya menjadi ekspresi objektif tambahan moral
dan etika seperti yang diketahui, dipahami, dan diterapkan sesuai dengan ajaran
Musa (Mosaic Covenant). Suatu
peradaban manuisa akan menjadi ekspresi dan perluasan dua pilar peradaban
paling dasar yaitu bobot kejujuran yang distandarisasi dan ukuran-ukuran moral
dan konstitusi kesehatan. Segala sesuatu yang lain, apakah teknologi, ilmu
pengetahuan, seni, musik, dll adalah dengan definisi ini dianggap sebagai
komentar. Memang untuk tingkat wilayah permukaan masyarakat manusia yaitu
kebudayaan adalah beradab adalah tingkat medan internal (karateristik,
kepribadian atau substansi) dari orang-orang dan kepemimpinanyang harus juga
diinokulasi dan juga harus ditanamkan dengan landasan moral.
2.5 Wujud dan
Perkembangan Peradaban
Wujud dari peradaban dapat berupa :
- Moral : nilai-nilai dalam masyarakat dalam
hubungannya dengan kesusilaan.
- Norma : aturan, ukuran, atau
pedoman yang dipergunakan dalam menentukan sesuatu benar atau salah, baik atau
buruk.
- Etika : nilai-nilai dan
norma moral tentang apa yang baik dan buruk yang menjadi pegangan dalam megatur
tingkah laku manusia. Bisa juga diartikan sebagai etiket, sopan
santun.
- Estetika : berhubungan dengan
segala sesuatu yang tercakup dalam keindahan, mencakup kesatuan (unity),
keselarasan (balance), dan kebalikan (contrast).
2.6
Masa Depan Peradaban
Ilmuan
politik Samuel P. Hungtinton mendefenisikan peradaban sebagai budaya tertinggi
kelompok masyarakat dan tingkat terluas dari identitas budaya yang membedakan
manusia dari spesies lain. (the highest cultural grouping of people and the
broadest level of cultural identity people have short of that which
distinguishes humans from other species). Ia mengemukakan wacana “Benturan
Peradaban” yang akan terjadi pada abad ke-21. Menurut pendapatnya, konflik
antara perdaban akan menggantikan konflik antara negara-bangsa dan konflik
ideologi yang ,enjadi ciri abad ke-20.
Saat ini, peradaban
dunia berada dalam tahap yang telah menciptakan apa yang dapat digolongkan
sebagai sebuah masyarakat industri, menggantikan masyarakat agraris yang
mendahuluinya. Beberapa futuris percaya bahwa peradaban sedang mengalami
transformasi lain, dan bahwa masyarakat dunia akan menjadi masyarakat
informasi.
Beberapa
ilmuan lingkungan melihat dunia memasuki fase peradaban planetary , yang dicirikan oleh pergeseran independent dari,
terputusnya negara-bangsa untuk peningkatan konektifitas dunia global dengan
lembaga-lembaga diseluruh dunia, tantangan lingkungan, sistem ekinomi, dan
kesadaran.
Untuk
lebih memahami apa yang dimaksudkannya planetary
Fase peradaban dapat dilihat dalam konteks penurunan sumber daya alam dan
meningkatnya konsumsi, skenerio kelompok global yang menggunakan skenario
analisis untuk sampai pada tiga pola dasar berjangka yaitu:
1.
Barbarisasi yang mengakibatkan
meningkatnya konflik baik dunia atau menyelesaikan merosotnya (brekdown)
benteng masyarakat.
2.
Konvensional semesta alam, di mana
kekuatan-kekuatan pasar atau reformasi kebijakan perlahan-lahan mengendapkan
edapan praktek yang lebih berkelanjutan dan
3.
Transisi Besar, di ana jumlah gerakan
Eco-komunalisme yang terfragmentasi bertambah sehingga dunia yang berkelanjutan
atau usaha terkoordinasi secara global dan inisiatif menghasilkan keberlanjutan
paradigma baru.
Skala
peradaban kardahev mengklasifikasikannya berdasarkan tingkat kemajuan
teknologi, terutama diukur oleh jumlah energi suatu peradabanyang mampu
dimanfaatkan dan membuat ketentuan bagi peradaban yang jaub lebih berteknologi
naju daripada yang diketahui saat ini.
2.7
Runtuhnya Peradaban
Peradaban
tidak selalu langgeng dan maju atau meningkat dari waktu ke waktu. Dalam
sejarah dunia sering terjadi suatu peradaban besar runtuh dan diganti peradaban
baru yang dimulai lagi dari awal, khusunya peradaban yang bersifat materil.
Banyak pendapat yang telah diajukan tentang keruntuhan perdaban (The Fail of
civilizations). Edward Gibbon dalam The Decline and Fall Kekaisaran Romawi
mulai tertarik pada tema Keruntuhan Peradaban, yang dimulai dengan divisi
historis dari Peradaban Yunani Kuno dan Roma, sampai abad pertengahan dan masa
Renaissance.
Gibbon berpendapat
bahwa keruntuhan Roma adalah waar dan tidak terelakkan karena efek kebesarannya
yang todak wajar. Menurut pndapatnya, kemakmuran mematangkan prinsip
pembusukan; penyebab kehancuran yang disebabkan tingkat penaklukan; dan, segera
setelah kecelakaan menghapus dukungan artificial an menyerah kepada tekanan
dari beratnya sendiri. Hal ini cukup mengejutkan karena peradaban tersebut
telah subsisted begitu lama. (Gibbon,
2nd en., vol.4 ed.4). Gibbon menyatakan bahwa tindakan akhir keruntuhan Roma
adalah jatuhnya Konstatinopel ke Turki Utsmani pada tahun 1453 Masehi. Berbeda
dengan Gibbon, Oswald Spengler, dalam “Decline
of the west” menolak divisi kronologis Petrach dan mengatakan bahwa
pertumbuhan budaya cenderung berkembang kearah peradaban imperialistis yang
akhirnya runtuh, dengan bentuk-bentuk pemerintahan demokratis yang mengantarkan
peradaban ke dalam plutokrasi dan
akhirnya imperialisme.
Dari sisi pandang
sejarah, Arnold J. Toynbee dalam “A Study
of History” berpendapat bahwa penyebab runtuhnya sebuah peradaban terjadi
ketika seorang elite buaday menjadi parasit elit, dan menyebabkan munculnya
proletariat-proletariat internal dan eksternal. Berbeda denga Toynbe, Joseph
Tainter dalam The Collapse of Complex
Societies mengingatkan bahwa ada hal-hal yang semakin menguragi
kompleksitas karena sebagai negara yang mencapai kompleksitass maksimum yang
diperbolehkan, akan runtuh jika peningkatan selanjutnya secara aktual
menghasilkan pengembalian yang negatif. Tainter mengatakan bahwa roma mencapai
angka ini pada abad ke-2 Masehi.
Jared
Diamond dalam bukunya “Collapse: How
Societies Choose to Fail Suceed menunjukkan lima alasan utama keruntuhan 41
studi budaya yaitu : 1) kerusakan lingkungan,seperti penggundulan hutan dan
erosi tanah, 2) perubahan iklim, 3) ketergantunan pada perdagangan jarah jauh
untuk memerlukan sumber, 4) semakin tingginya tingkat kekerasan inetrnal an eksternal,
perang atau invasi dan 5) tanggapan
masyarakan pada masalah-masalah lingkungan.
Peterss
Turchin dalam Historical Dynamis dan
Andrey Korotayev et al. Dalam Introduntion
to Social Macrodynamics, Secular Cycles, and Milllennial Trends berpendapat
bahwa sejumlah model matematika agraria menggambarkan runtuhnya peradaban.
Sebagai contoh, model logika dasar “fisikal-demografis” Turchin yang diuraikan
sebagai berikt : selama fase awal dari siklus sociodemographic kita mengamati tingkat produksi dan konsumsi yang
relatif tinggi per kapita yang bukan hanya mengarah untuk tingkat pertumbuhan
penduduk yang relatif tinggi, tetapi juga relatif tingginya tingkat surplus
produksi. Pada tahap ini penduduk mampu membayar pajak, mengumpulkan aneka
pajak sangat mudah, dan pertumbuhan penduduk disertai dengan pertumbuhan
pendapatan negara.
Selama
fase menengah, peningkatan populasi yang berlebih menyebabkan penurunan
produksi an tingkat konsumsi per kapita yang menyebabkan pemungutan pajak
menjadi lebih sulit sementara penerimaan negara berhenti berkembang sedangkan
pengeluaran negara bertambah akibat pertumbuhan penduduk yang dikendalikan oleh
negara. Sebagai hasilnya, selama fase ini negara mulai mengalami masalah
fisikal yang cukup besar. Pada tahan akhir pra-keruntuhan kelebihan populasi
menyebabkan penurunan lebih lanjut produksi per kapita, surplus produksi
semakin berkurang, pendapatan negara menyusut, sementara negara membutuhkan
lebih banyak sumber daya untuk mengendalikan pertumbuha penduduk. Akhirnya keadaan
mengarah pada kelaparan, wabah, kerusakan negara, dan demografis dan peradaban
runtuh. (Turchin, 2003:121-127)
Beda
pendapat dengan Turchin, Peter Heather dalam
The Fall of The Roman Empire : A NewHistoy of Rome and the Barbarians berpendapat
bahwa peradaban tidak berakhir karena alasan moralatau ekonomi, tetapi karena
kontak berabad-abad dengan barbar diseberang perbatasan yang menghasilkan musuh
sendiri dengan membuat mereka jauh lebih canggih dzn lawan berbahaya. Fakta
bahwa Roma membutuhjan pendapatan lebih besar untuk membekali dan
memperlengkapi tenara yang berulang kali kalah di lapangan, menyebabkan
kemunduran Kekaisaran. Meskipun argumen ini adalah khusus untuk Roma dapat juga
diterapkan pada Kekaisaran Asiatic orang Mesir, pada dinasti Han dan Tang di
Cina, kpada kaum muslim kekhalifahan Bani Abbasiyah, dan lain-lain.
Bryan Ward-Peerkins, dalam bukunya The Fall of Rome and the End of Civilization
menunjukkan kengerian yang sebenernya berkaitan dengan runtuhnya sebuah
peradaban bagi orang-orang yang menderita akibat-akibatnya. Runtuhnya
masyarakat yang kompleks berarti bahwa “saluran” (plumbing) dasar menghilang dari benua selama 1.000 tahun, serupa
dengan runtuhnya “abad kegelapan” (Dark
Age) yang dilihat dari runtuhnya Zaman Perunggu akhir di Mediterania Timur,
keruntuhan Maya, di Pulau Paskah dan di tempat lain.
Sehubungan
dengan kebudayaan Maya di Amerika, Arthur Demarest dalam Ancient Maya: The Rise and Fall of a Rainforest Civilization berargumentasi
denga menggunakan perspektif holistik bukti terbaru dari arkeologi,
paleoecology, dan epigrafi, bahwa tidak ada satu penjelasan yang cukup tetapi
serangkaian erratic ,berupa komples
peristiwa, hilangnya kesuburan tanah, kekeringan dan meningkatnya tingkat
kekerasan internal dan eksternal menyebabkan desintegrasi kerajaan-kerajaan
Maya yang memulai spiral kemunduran dan kehancuran.
Bukti
sejarah menunjukkan bahwa peradaban masa lalu cenderung berlebihan
mengeksploitasi hutan merekan, dan penyalahgunaan sumber daya penting telah
menjadi faktor signifikan dalam penurunan mengekploitasi masyarakan secara
berlebihan.
Thomas
Homer-Dixon dalam The Upside of Down;
Catastrophr, Creativity, and the Renewal of Civilization , menganggap bahwa
penurunan laba atas investasi energi, energi yang dikeluarkan untuk
menghasilkan energi rasio, merupakan pusat untuk membatasi kelangsunga hidup peradaban. Tingkat kompleksitas sisoal
yang dibubungkan secara kuat, menurutpendapatnya, dengan jumlah energi
lingkungan sekali pakai, ekonomi adn sistem teknolobi memungkinkan. Bila jumlah
ini dikurangi peradaban harus mengakses sumber-sumber energi baru atau mereka
akan runtuh. (When this amount decreases
civilizations eoher have to accesss new energy sources or they will collapse)
2.8
Peradaban dan Kritik
Dengan berbagai alasan, peradaban telah dikritik dari
berbagai sudut pandang. Beberapa kritikus berkeberatan dengan semua aspek
peradaban. Kritikus lainnya berpendapat bahwa peradaban membaw acampuran yang
baik dan efek buruk. Beberapa tokoh lingkungan seperti Derrick jensen (2006)
mengkritik peradaban yang mengeksploitasi lingkungan.
Richard
Hienberg (2007) meyoroti dari si pertanian intensif dan pertumbuhan perkotaan.
Ia berpendapat bahwa pertanian intensif dan pertumbuhan perkotaan cendrung
menghancurkan pengaturan peradaban dan habitat alami, serta menguras sumber
daya di mana dia “bergantung”. (depends)
(“culture”, Wiktionary, 25 August 2007). Budaya seperti ini disebutnya sebagai
“budaya dominator”. Para pendukung pandangan ini percaya bahwa masyarakat
tradisional hidup dalam harmoni dengan alam yang lebih besar daripada
peradaban; orang bekerja dengan alam daripada berusaha untuk menaklukannya.
Gerakan hidup berkelanjutan adalah dorongan dari beberapa anggota untuk
mendapatkan kemabli peradaban yang selaras dengan alam.
Peradaban
bertentangan dengan dfilsafat primitivisme. Peradaban menuduh kaum primitive
mambatasi potensi manusia, menindas yang lemah, dan merusak lingkunagn,
sementara paham primitivisme ingin kembali kecara hidup yang lebih primitif,
yang mereka anggap sebagai cara terbaik bagi alam dan manusia. Pendukung
terkemuka adalah John Zerzan dan Derrick Jensen, sedangkan yang mengkritisi
adalah Roger Sandall.
Tidak
semua kritisi masa lalu dan peradaban masa kini percaya bahwa cara hidup
primitif adalah lebih baik. Karl Marx, menerima berpendapat bahwa awal
peradaban adalah awal dari penindasan dan eksploitasi, tetapi dai percaya bahwa
hal-hal ini pada akhirnya akan teratasi dengan mendirikan komunisme di seluruh
dunia. Dia membayangkan komunisme bukan sebagai ideal kembali ke masa lal,
tetapi sebuah peradaban tahap baru.
Mengingat saat ini masalah peradaban dihubungkan dengan
industri berkelanjutan, Derrick Jensen, yang memposisikan peradaban menjadi inheren
yang tidak berkelanjutan, berpendapat bahwa kita perlu mengembangkan bentuk
sosial “pasca-peradaban” sebagai peradaban yang berbeda dari peradaban masa
lalu dengan masyarakanta yang pra-beradap.
2.9 Problematika Peradaban dalam Kehidupan Masyarakat
1. Kemajuan
IPTEK Bagi Peradaban Manusia
Secara
harfiah teknologi dapat diartikan pengetahuan tentang cara. Pengertian
teknologi sendiri menurutnya adalah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi
kebutuhan manusia dengan bantuan akal dan alat. Sedangkan menurut Jaques Ellul
(1967: 1967 xxv) memberi arti teknologi sebagai” keseluruhan metode yang secara
rasional mengarah dan memiliki ciri efisiensi dalam setiap bidang kegiatan
manusia”Pengertian teknologi secara umum adalah: proses yang meningkatkan nilai tambah,produk yang digunakan dan dihasilkan untuk memudahkan dan
meningkatkan kinerja, struktur atau sistem di mana proses dan produk
itu dikembamngkan dan digunakan.
Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam
kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuanm
ilmu pengetahuan. Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam
melakukan aktifitas manusia. Namun demikian, walaupun pada awalnya diciptakan
untuk menghasilkan manfaat positif, di sisi lain juga juga memungkinkan
digunakan untuk hal negatif.
2. Dampak
Globalisasi Bagi Peradaban Manusia
Arus
globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya
bangsa Indonesia . Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata
menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai
pelestarian budaya. Perkembangan 3T (Transportasi, Telekomunikasi, dan
Teknologi) mengkibatkan berkurangnya keinginan untuk melestarikan budaya negeri
sendiri . Budaya Indonesia yang dulunya ramah-tamah, gotong royong dan sopan
berganti dengan budaya barat, misalnya pergaulan bebas. Saat ini, ketika
teknologi semakin maju, ironisnya kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut semakin
lenyap di masyarakat. Padahal kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut, bila
dikelola dengan baik selain dapat menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan
pendapatan untuk pemerintah baik pusat maupun daerah, juga dapat menjadi lahan
pekerjaan yang menjanjikan bagi masyarakat sekitarnya. Hal lain yang merupakan
pengaruh globalisasi adalah dalam pemakaian bahasa indonesia yang baik dan
benar (bahasa juga salah satu budaya bangsa).
Beberapa
tindakan untuk mencegah terjadinya pergeseran kebudayaan/peradaban yang
disebabkan oleh pengaruh globalisasi, diantaranya yaitu :
1. Pemerintah perlu mengkaji ulang peraturan-peraturan
yang dapat menyebabkan pergeseran budaya bangsa
2. Masyarakat perlu berperan aktif dalam
pelestarian budaya daerah masing-masing khususnya dan budaya bangsa pada
umumnya
3. Para pelaku usaha media massa perlu
mengadakan seleksi terhadap berbagai berita, hiburan dan informasi yang
diberikan agar tidak menimbulkan pergeseran budaya
4. Masyarakat perlu menyeleksi kemunculan globalisasi
kebudayaan baru, sehingga budaya yang masuk tidak merugikan dan
berdampak negative.
5. Masyarakat
harus berati-hati dalam meniru atau menerima kebudayaan baru, sehingga pengaruh
globalisasi di negara kita tidak terlalu berpengaruh pada kebudayaan yang
merupakan jati diri bangsa kita.
2.10 Modernisasi dan Globalisasi
2.10.1
Modernisasi
Kata modern berasal dari bahasa Latin modo, modernus, yang berarti
"sekarang" (just now).
Dalam bahasa Prancis disebut moderne. Kata
ini memberikan juga pengertian tentang karakteristik yang terjadi pada masa
kini atau kesekarangan,
dan bukan yang lama atau kuno. Dalam pengertian lebih jauh, kata modern juga dapat diatikan "siap
pakai" (up to date).
Modernisme sering dilawankan dengan tradisi. Menjadi
modern adalah merubah tradisi (to be
modern is to breaks tradition) dan "meninggalkan masa lampau" (break with the past), berarti meninggalkan
cara-cara hidup masa lalu dan berusaha mencari kesadaran baru dengan
bentuk-bentuk ekspresif.
Gambar
2.1 Salah satu bentuk modernisasi di Indonesia
(Sumber:
https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images)
Pemikiran bahwa manusia dapat menginterpretasi alam
(Bacon) atatu penemuan jagat raya melalui instrumen teleskop (galileo), dan
pendapat bahwa manusia dapat membentuk dan mengkontrol kembali dunia melalui
ilmu, merayakan pandangan dunia modern. Proyek modernitas dibangun pada abad ke
18 oleh para filsuf pencarahan dalam usaha mereka untuk memperoleh pengetahuan
obyektip, moralitas, hukum universal, dan otonomi seni. Filsuf seperti
Condorcet ingin menciptakan budaya khusus untuk memperkaya akumulasi kehidupan
ini. Tetapi yang terjadi di lapangan adalah kehidupan yang kontras dengan
harapan-harapan ideal tokoh abad pencerahan tersebut. Sacara teratur
domain-domain modernitas ini kemudian melembaga. Ilmu, moralitas dan seni dalam
gagasan modernitas ini telah menjadi domain otonom yang terpisah dari kehidupan
sehari-hari. Struktur-struktur dari kognitif -instrumental, moral-praktis dan
rasionalitas estetika-ekspresif telah berada di bawah cengkeraman para
ahli-ahli khusus.
Dalam bidang antropologi, Kuntjaraningrat
(1990-140-141) menjelaskan modernisasi sebagai "usaha untuk hidup sesuai
dengan zaman dan kmonsetelasi dini sekarang". Antony D. Smith (1973 : 62),
dalam Indra Siswarini (2006 : 11) mengemukakan bahwa modernisasi (modernization) adalah "a conscious set of plant and policies
for changing a perticular society in the direction of contemporary societies
which the leader think are more advance in certain repect ".
Modernisasi adalah proses yang dilandasi seperangkat rencana untuk mengubah
masyarakat ke arah kehidupan masa ini yang lebih baik daripada kehidupan sebelumnya.
Adapun ciri-ciri
manusia modern menurut Alex Inkeles ada 9 yaitu:
1. Sikap menerima hal baru
2. Memiliki keberanian untuk berpendapat
3. Menghargai waktu dan berorientasi ke masa depan
4. Memiliki perencanaan
5. Percaya diri
6. Perhitungan
7. Menghargai harkat martabat
orang lain
8. Percaya pada iptek
9. Imbalan harus sesuai dengan
prestasi
Gejala-gejala yang
timbul akibat dari modernisasi adalah :
1. Bidang
Budaya: ditandai dengan
makin terdesaknya budaya tradisional oleh budaya asing.
2. Bidang Politik: semakin banyak negara yang lepas dari
jajahannya. Di Indonesia, modernisasi politik mengalami
perkembangan pasang surut. Perkembangan itu dimulai dengan bentuk Demokrasi
Liberal, Demokrasi Terpimpin, dan Demokrasi Pancasila. Keberhasilan pembangunan
politik semakin memantapkan tatanan kehidupan politik dan kenegaraan yang
berdasarkan demokrasi Pancasila, memantapkan perkembangan organisasi sosial
kesadaran berpolitik rakyat. Namun, pendidikan politik pun harus lebih
ditingkatkan agar rakyat makin sadar akan hak dan kewajibannya sebagai warga
Negara.
3. Bidang Ekonomi: semakin kompleks kebutuhan
hidup manusia. Upaya-upaya agar kehidupan ekonomi dapat mendukung
modernisasi antara lain adalah sebagai berikut:
-
Mengembangkan persaingan
-
Memberdayakan pengusaha kecil
-
Mengembangkan hubungan kemitraan
4. Bidang Sosial: semakin banyak kelompok baru.
2.10.2
Globalisasi
Banyak teori berpendapat bahwa seluruh dunia telah
terintegrasi ke dalam satu "sistem dunia", sebuah proses yang dikenal
sebagai globalisasi. Secara ekonomi, politik, dan bahkan budaya. Peradaban dan
masyarakat yang berbeda di seluruh dunis saling bergantung dalam banyak cara.
Ketika integrasi ini dimulai muncul banyak perdebatan. Integrasi budaya,
teknologi, ekonomi, politik, atau militer-diplomatik adalah indikator kunci
dalam menetukan besarnya sebuah peradaban.
Wilkinson, 2001 menjelaskan latar belakang globalisasi
dari Mesopotamia dan Mesir yang disebutnya sebagai "Peradaban tengah"
yang diciptakan oleh ekonomi militer dan integrasi diplomatik dari Mesopotamia
dan Mesir sekitar tahun 1500 SM. Pusat Peradaban kemudian diperluas untuk
mencakup seluruh Timur Tengah dan Eropa, dan kemudian diperluas ke skala global
dengan kolonisasi Eropa yang mengintegrasikan Amerika, Australia, Cina dan
Jepang pada abad kesembilan belas. Sehubungan dengan ini Menurut Wilkinson,
peradaban dapat menjadi budaya heterogen, seperti pada "peradaban
tengah", atau relatif homogen seperti peradaban Jepang.
"Benturan peradaban", sebagaimana yang
disebut Huntington, oleh Wilkinson ditandai sebagai benturan jaringan budaya
dalam satu peradaban global. Hal lain menunjuk pada Perang Salib (crusades)
sebagai langkah pertama globalisasi. Sudut pandang yang lebih konvensional
adalah jaringan masyarakat yang telah berkembang dan menyusut sejak zaman kuno,
dan saat ini ekonomi dan budaya global merupakan produk dari kolonialisme
Eropa.
Dalam ilmu ekonomi, globalisasi sering ditandai dengan
perluasan pasar bebas dengan memasukkan banyak bangsa-bangsa yang sebelumnya
tidak tercapai. Peningkatan dalam arena politik diakui dalam
"permeabilitas" baru menemukan perbatasan yang memungkinkan
pertukaran informasi yang dapat melemahkan kekuatan rezim yang kejam. Pengaruh
globalisasi pada masyarakat budaya membagi gagasan dan moralitas bersama manusia
juga dapat menjadi positif yang tidak pernah terjadi dalam sejarah masyarakat
yang memiliki ide-ide dan karakteristik budaya yang begitu mudah untuk dibagi.
Disamping itu, globalisasi juga berpotensi besar meningkatkan
pelanggaran-pelanggaran martabat manusia. Pembangunan ekonomi yang lebih besar
berarti membutuhkan tambahan modal yang lebih besar. Bisnis atau negara dapat
meningkatkan modal melalui pinjaman atau "inventasi asing langsung".
2.11
Komunikasi
Antar Budaya
Komunikasi antar budaya memiliki banyak definisi namun pada dasarnya
adalah orang-orang dari berbeda latar belakang budaya berusaha untuk
berkomunikasi atau bekerja bersama-sama. Tujuan komunikasi antarbudaya adalah
untuk membangun dan memahami bagaimana orang-orang dari budaya yang berbeda
berperilaku dan berpikir dan orang mengatasi perbedaan-perbedaan antarbudaya
dan membuat yang lebih baik.
Gambar 2.2. Contoh komunikasi
antar budaya
(Sumber:
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images)
Dalam konteks global atau organisasi bisnis, komunikasi
antarbudaya melihat bagaimana orang berkomunikasi (verbal dan non-verbal),
mengelola, bekerja sama, bernegoisasi, bertemu, menyapa, membangun hubungan,
dan sebagainya. Topik-topik ini sekarang menjadi jauh lebih relevan di bidang
bisnis dengan kerjasama masyarakat antara budaya dan untuk bisnis perdagangan
luar negeri. Lebih memahami perbedaan komunikasi antar budaya, tata krama,
etiket, protokol dan gaya komunikasi tentu mengarah pada probabilitas yang jauh
lebih tinggi untuk mencapai tujuan bisnis. Akhirnya komunikasi antarbudaya
dewasa ini berarti mendapatkan keunggulan dalam bisnis yang sangat kompetitif
dan cepat berubah dewasa ini. Diperlukan keterampilan berkomunikasi antar
budaya yang bekerja dalam suatu perekonomian global yang saling berhubungan dan
penting untuk membangun hubungan baik dengan orang-orang dari budaya lain untuk
melaksanakan bisnis yng lebih baik.
BAB III
PENUTUP
Peradaban merupakan bagian dan unsur kebudayaan yang
halus, maju, dan indah seperti misalnya kesenian, ilmu pengetahuan, adat sopan
santun pergaulan, kepandaian menulis, organisasi kenegaraan, kebudayaan yang
mempunyai system teknologi dan masyarakat kota yang maju dan kompleks. Peradaban kuno berlangsung antara 600 SM-400 SM dimana serangkaian orang
bijak, nabi, agama dan filsuf reformis, dari Cina, India, Iran, Israel dan
Yunani, mengubah arah peradaban selamanya. Peradaban dunia sepanjang masa
dikelompokkan dalam beberapa gugus yaitu peradaban Mediterania, Peradaban Timur
Tengah, Perdaban India Hindu dan Budha, Peradaban Asia timur, Asia Tengah, Asia
Tenggara, Kristen Barat, dan peradaban Meso-Amerika.
Problematika peradaban dalam kehidupan masyarakat, terbagi atas 2 yaitu: kemajuan iptek bagi
peradaban manusia dan dampak globalisasi bagi peradaban manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Sembiring, Dermawan.
2013. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Medan:FMIPA Unimed.
Muhammad, Abdulkadir.2008.Ilmu Sosial
Budaya Dasar.Jakarta: Citra Aditya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar