BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia
merupakan makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang paling sempurna dari makhluk
lainnya. Dengan segala kelebihan yang dimiliki manusia dibanding makhluk
lainnya membuat manusia memiliki kedudukan atau derajat yang lebih tinggi.
Manusia juga disertai akal, pikiran, perasaan sehingga manusia dapat memenuhi
segala keinginannya yang diberikan Tuhan YME.
Manusia adalah mahluk
hidup ciptaan tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang tunduk kepada
aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, dan mati.
Serta terkait serta berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah
hubungan timbal balik, baik itu positis maupun negatif. Manusia
juga sebagai mahkluk individu memiliki pemikiran-pemikiran tentang apa yang
menurutnya sesuai ketika tindakan-tindakan yang ia ambil dan sebagai makhluk
sosial yang saling berhubungan dan keterkaitannya dengan lingkungan dan tempat
tinggalnya. Ada beberapa
persoalan mendasar bahwa manusia dengan keistimewaanakal telah mampu menembus
peradaban yang spektakuler setelah melewati revolusi peradaban yang cukup lama.
Kekuatan akal ini melahirkan daya cipta( nilai-nilai ketuhanan)manusia dalam
memenuhi kebutuhannya.(wordpress.com).
1.2.Tujuan
1.
Memberikan alasan
mengapa manusia sebagai individu dan makhluk sosial
2.
Membedakan antara
manusia sebagai makhluk individu yang khas dan sebagai makhluk sosial
3.
Membedakan bahwa
manusia terkait dengan interaksi sosial dan sosialisasi
BAB II
ISI
2.1.
Manusia Sebagai Individu dan Makhluk Sosial
2.1.1.
Individu Dan Masyarakat
Individu
berasal dari kata lain “individuum” artinya yang tidak terbagi, maka kata
individu merupakan sebutan yang dapat digunakan untuk menyatakan suatu kesatuan
yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai
suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi melainkan sebagai kesatuan yang
terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan. Maka manusia sebagai makhluk
terdiri dari unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan
jiwa.
Dalam pandangan psikologi sosial manusia itu disebut
individu bila pola tingkah lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi
mengikuti pola tingkah laku umum. Ini berarti bahwa individu adalah seorang
manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas didalam lingkungan
sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku
spesifik dirinya. Didalam suatu kerumunan massa manusia cenderung menyingkirkan
individualitasnya, karena tingkah laku yang ditampilkan hampir identik dengan
tingkah laku massa.
2.1.2.
Masyarakat dan Ciri-cirinya
Ada
beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang arti dari Masyarakat
itu sendiri seperti :
1.
Menurut Ralp Linton
berpendapat bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah hidupdan
bekerja sama sudah cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan
menganggap diri mereka sebaga suatu kesatuan sosial denan batas-batas yang
dirumuskan secara jelas.
2.
Menurut Selo Sumardjan
berpendapat bahwa masyarakat adalah orang yang hidup bersama dan menghasilkan
kebudayaan.
3.
Menurut Mac Iver
memahami masyarakat sebagai suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara dari
wewenang dan kerjasama antara berbagai kelompok dan penggolongan dari
pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia. Kesuluruhan yang
selalu berubah ini kita namakan masyarakat. Masyarakat merupakan jaringan
hubungan sosial yang selalu berubah.
Unsur masyarakat
berdasarkan defenisi ini,adalah:
1.
Kolektivitas interaksi
manusia yang terorganisasi
2.
Kegiatannya
terarah pada sejumlah tujuan yang sama
3.
Memiliki kecenderungan
untuk memliki keyakinan, sikap dan bentuk tindakan yang sama.
Berdasarkan
pengertian tersebut maka sepanjang daur hidup manusia yaitu sejak lahir sampai
mati ia selalu terikat dengan apa yang dinamakan manusia. Karena setiap orang
ada dalam konteks sosial yang disebut masyarakat, ia akan mengenal orang lain
dan juga mengenal diri sendiri selaku anggota masyarakat. Kepentingan yang
melekat pada diri masing-masing menjadi dasar interkasi sosial yang mewujudkan masyarakat
sebagai wadahnya.
2.2. KEDUDUKAN
MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU
2.2.1. Manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Manusia sebagai makhluk individu diartikan sebagai
person atau perseorangan atau sebagai diri pribadi. Manusia sebagai diri
pribadi merupakan makhluk yang diciptakan secara sempurna oleh Tuhan Yang Maha
Esa. Disebutkan dalam Kitab Suci Al Quran bahwa Sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya“. Jika
kita amati secara seksama benda-benda atau makhluk ciptaan Tuhan yang ada di
sekitar kita, mereka memiliki unsur yang melekat padanya, yaitu unsur benda,
hidup, naluri, dan akal budi.
- Makhluk
Tuhan yang hanya memiliki satu unsur, yaitu benda atau materi saja.
Misalnya, batu, kayu, dan meja
- Makhluk
Tuhan yang memiliki dua unsur, yaitu benda dan hidup. Misalnya,
tumbuh-tumbuhan dan pepohonan.
- Makhluk
Tuhan yang memiliki tiga unsur, yaitu benda, hidup, dan naluri/
instink.Misalnya, binatang, temak, kambing, kerbau, sapi, dan ayarn.
- Makhluk
Tuhan yang memiliki empat unsur, yaitu benda, hidup, naluri/instink, dan
akal budi. Misalnya, manusia merupakan makhluk yang memiliki keunggulan
dibanding dengan makhluk yang lain karena manusia memiliki empat unsur,
yaitu benda, hidup, instink, dan naluri.
2.2.2. Hakikat manusia
Manusia adalah
makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia didudukkan sesuai dengan kodrat,
harkat, martabat, hak, dan kewajibannya.
- Kodrat
manusia
Kodrat manusia
adalah keseluruhan sifat-sifat sah, kemampuan atau bakat- bakat alami yang
melekat pada manusia, yaitu manusia sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk
sosial ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Ditinjau dan kodratnya, kedudukan manusia
secara pribadi antara lain sesuai
dengansifat- sifat aslinya,kemampuannya, dan bakat-bakat alami yang melekat
padanya.
- Harkat
manusia
Harkat manusia
artinya derajat manusia. Harkat manusia adalah nilai manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa.
- Martabat
manusia
Martabat manusia
artinya harga diri manusia. Martabat manusia adalah kedudukan manusia yang
terhormat sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berakal budi
sehingga manusia mendapat tempat yang tinggi dibanding makhluk yang lain.
Ditinjau dan martabatnya, kedudukan manusia itu lebih tinggi dan lebth
terhormat dibandingican dengan makhluk lainnya.
- Hak asasi
manusia
Hak asasi
manusia adalah hak dasar yang dimihiki oleh setiap manusia sebagai anugerah dan
Tuhan Yang Maha Esa, seperti hak hidup, hak milik, dan hak kebebasan atau
kemerdekaan.
- Kewaiban
manusia
Kewajiban manusia artinya sesuatu yang harus
dikerjakan oleh manusia. Kewajiban manusia adalah keharusan untuk melakukan
sesuatu sebagai konsekwensi manusia sebagai makhluk individu yang mempunyai
hak-hak asasi. Ditinjau dan kewajibannya, manusia berkedudukan sama, artinya
tidak ada diskriminasi dalam melaksanakan kewajiban hidupnya sehari-hari.
2.3. KARAKTERISTIK
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU
Setiap insan
yang dilahirkan tentunya mempunyai pribadi yang berbeda atau menjadi dirinya
sendiri, sekalipun sanak kembar. Itulah uniknya manusia. Karena dengan adanya
individulitas itu setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita,
kecenderungan, semangat, daya tahan yang berbeda. Kesanggupan untuk
memikul tanggung jawab sendiri merupakan ciri yang sangat essensial dari adanya
individualitas pada diri setiap insan.
Menurut Oxendine
dalam (Tim Dosen TEP, 2005) bahwa perbedaan individualitas setiap insan nampak
secara khusus pada aspek sebagai berikut:
- Perbedaan fisik:
usia, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan,
kemampuan bertindak.
- Perbedaan sosial:
status ekonomi,agama, hubungan keluarga, suku.
- Perbedaan
kepribadian: watak, motif, minat dan sikap.
- Perbedaan
kecakapan atau kepandaian
2.4. MANUSIA
SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL
Menurut
kodratnya, Manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu
juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat
dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia
selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina
sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu
dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia
dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan
dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga
tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah
manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan
dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa
berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi
kemanusiaannya.
Dapat
disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa
alasan, yaitu :
1).
Karena manusia tunduk pada aturan yang berlaku.
2).
Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
3).
Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
4). Potensi manusia
akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
Ciri
manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk
interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud
adalah dengan manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar
faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga
hal yakni :
1). Tekanan emosional. Ini sangat
mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain.
2). Harga diri yang rendah. Ketika
kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang direndahkan maka akan
memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain kondisi tersebut dimana
orang yang direndahkan membutuhkan kasih saying orang lain atau dukungan moral
untuk membentuk kondisi seperti semula.
3). Isolasi sosial. Orang yang
terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran
agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.
2.5. MASYARAKAT DESA DAN MASYARAKAT KOTA
Masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan sebagai
lingkungan sosial didalamnya secara pasti akan menghadapi berbagai masalah
sosial yang terwujud sebagai hasil dari kebudayaannya, sebagai akibat dari
saling berhubungan antara sesamanya juga sebagai akibat tingkah laku mereka.
Karena struktur daerah yang berbeda antara kota dan desa, hal ini menunjukkan
sifat-sifat serta ciri-ciru kehidupannya yang berbeda antara masyarakat
perkotaan dengan masyarakat pedesaan. Secara garis besarnya yang membedakan
masyarakat perkotaan dan amsyarakat pedesaan adalah “Tingkatan kompleksitas
dari kebudayaan yang tercermin dalam berbagai sistem, organiasi, struktur serta
tindakan-tindakan dan tingkah laku sosial para warganya” (Suparlan, 1981:6).
Sebuah desa sering kali ditandai dengan kehidupan yang
tenang, jauh dari hikuk pikuk keramaian, penduduknya ramah-tamah, saling
mengenal satu sama lain, mata pencaharian penduduknya kebanyakan sebagai
petani, atau nelayan.
Orang di dedas mempunyai hubungan
yang lebih erat dan mendalam antara sesama warganya. Sistem kehidupan biasanya
berkelompok, atas dasar kekeluargaan. Penduduk masyarakat desa pada umumnya
hidup dari pertanian atau nelayan, meskipun pekerjaan yang lain pun ada seperti
tukang kayu atau tukang batu. Sering ditemukan bukti, ketika musim
bertanidatang, mereka yang bekerja diluar pertanian kembali bertani. Mereka
bekerja diluar pertanian hanya untuk semenara saja, ketika pekerjaan bertani
sedang tidak dilakukan, mereka melakukan pekerjaan dikuar pertanian.
Pekerjaan bertani biasanya dilakukan
bersama-sama antara anggota masyarakat desa lainnya. Hal itu mereka lakukan,
karena biasanya satu keluarga saja tidak cukup melakukan pekerjaan tersebut.
Sebagai akibat dari kerjasama ini, timbullah kebiasaan dalam masyarakat yang
namanya gotong royong. Oleh karena itu, pada masyarakat desa, jarang dijumpai
pekerjaan berdasarkan keahlian, akan tetapi biasanya pekerjaan di dasarkan pada
usia (karena kekuatan fisiknya) dan jenis kelamin.
Usia dan ketokohan sangat berperan
dalam kehidupan orang dewasa. Golongan orang-orang tua pada masyarakat
pedesaan, pada umumnya memegang peranan penting. Orang-orang akan selalu
meminta nasihat-nasihat kepada mereka, apabila ada kesulitan-kesulitan yang
dihadapi. Kesukarannya adalah bahwa orang-orang tua itu mempunyai
pendangan-pandangan yang didasarkan pada tradisi yang kuat, sehingga perubahan
akakn sangat sulit terjadi.
Desa mengalami perubahan, sehingga
unsur-unsur kota masuk didalamnya. Begitu pula kota, meskipun disebut sebuah
kota ciri-ciri atau kebiasan desa masih ada yang melekat di dalamnya.
Sebuah kota sering kali ditandai
dengan kehidupan yang ramai, wilayahnya yang luas, banyak penduudknya, hubungan
yang tidak erat satu sama lain, dan mata pencaharian penduduknya
bermacam-macam.
Menurut soerjono seokamto,
masyarakat kota dan desa memiliki perhatian yang berbeda, khususnya perhatian
terhadap keperluan hidup. Di desa, yang diutamakan adalah perhatian khusus
terhadap keperluan pokok, fungsi-fungsi yang lainnya diabaikan. Lain dengan
orang kota, mereka melihat selain kebutuhan pokok, pendangan masyarakat
sekitarnya sangat mereka perhatikan. Kalau menghidangkan makanan misalnya,
diushakan dengan memberikan kesan bahwa yang menghidangkannya mempunyai
kedudukan sosial yang tinggi. Bila ada tamu misalnya, diusahakan untunk
menghidangkan makanan dalam kemasan yang kesannya mekanan itu dibeli dari toko
makanan, selain enak juga mahal. Pada orang-orang desa, hal itu tidak
dipedulikan, mereka mesak makanan sendiri, kemasannya menarik atau tidak, enak
atau tidak, itu kurang dipertimbangkan. Pada orang kota, makanan harus
kelihatan mewah dan tempat menghidangkannya pun harus mewah dan terhormat.
Disini, terlihat ada perbedaan penilaian, orang desa menilai makanan sebagai
alat untuk memenuhi kebutuhan biologis, sedangkan bagi orang kota sebagai alat
untuk memenuhi kebutuhan sosial.
Pembagian kerja (division of labor) pada masyarakat kota
sudah sangat terspesialisasi. Begitu pula jenis profesi pekerjaan sudah sangat
banyak macamnya (heterogen). Dari
sudut keahlian (spesialisasi), seseorang mendalami pekerjaan pada satu keahlian
yang semakin spesifik, contohnya: ada dokter umum, yang lebih terspesialisasi
ada dokter khusus ahli THT (telinga hidung tenggorokan), dokter ahli pennyakit
dalam (internis), dokter ahli kandungan (genekolog), dan lain- lain. Disamping
itu jenis pekerjaan banyak sekali macamnya, contohnya ada tukang listrik, ada
ahli bangunan, guru, polisis, tentara, akuntan dan lain-lain.
Antar satu jenis pekerjaan dengan
pekerjaan lain sangat erat kaitannya, ada saling ketergantungan diantara
mereka. Ibu-bu rumah tangga sangat tergantung pada tukang sayur, pada tukang
listrik, pada tukang gas, sehingga kegiatan rumah tangga akan tregantung kalau
salah satu diantara mereka tidak ada. Pekerjaan mengoperasi pasien dirumah
skit, akan melibatkan banyak macam profesi, seperti dokter ahli penyakit,
dokter ahli bedah, dokter ahli anastesi (pembiusan), dan operator lainnya.
Seorang pelajar, pegawai atau pekerjaan lainnya, akan terganggu aktivitasnya
bila para supir angkutan umum melakukan mogok kerja. Begitu pula, para supir
atau para pengguna kendaraan lainnya akan tergangggu aktivitasnya bila para
penjual bensin dan bahan bakar lainnya melakukan mogok kerja.
Ada saling ketergantungan yang
tinggi antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya karena perbedaan
pekerjaannya. Satu jenis pekerjaan dengan pekerjaan lainnya ada saling
ketergantungan. Saling ketergantungan antara satu anggota masyarakat dengan
masyrakat lainnya yang disebabkan karena perbedaan pekerjaan (heterogenitas
pekerjaan) menurut Emile Durkheim disebut dengan solidaritas organisasi (organic solidarity).
Disisi lain masyarakat desa memiliki
jenis pekerjaan yang sama seperti bertani, berladang atau sebagai nelayan.
Kehidupan orang desa yang memilki jenis pekerjaan yang sama (homogen) sangat
menggantungkan pekerjaan kepada keluarga lainnya. Mereka tidak bisa mengerjakan
semmuanya oleh keluarga sendiri. Untuk mengolah tanah, memanen padi atau
pekerjaan bertani lainnya, mereka harus sepakat dengan yang lain menunggu
giliran. Begitu pula jika ada pekerjaan lain, sperti membuat atau memperbaiki
rumah, mereka sudah atur waktunya supaya dikerjakan bersama-sama. Saling
ketergantungan pada masyrakat yang disebabkan oleh karena adanya persamaan
dalam bidang pekerjaan oleh Emile Durkheim disebut dengan solidaritas mekanis (mekanic solidarity).
Ferdinan
Tonies mengemukakan pembagian masyarakat dengan sebutan masyarakat gemainschaft
dan geselschaft. Masyrakat gemainschaft atau jjuga disebut paguyuban adalah kelompok masyarakat dimana anggotanya sangat
terikat secara emosional dengan yang lainnya. Sedangkan masyarakat geselschaft
atau patembeyan ikatan-ikatan
diantara anggotanya kurang kuat dan bersifat rasional. Peguyuban cenderung
sebagai refleksi masyarakat desa, sedangkan patembeyan refleksi masyarakat
kota.
2.5.1. Masyarakat
Perkotaan: Apek-aspek positif dan negatif
Karakteristik
masyarakat perkotaan sering disebut sebagai urban comunity. Ada beberapa ciri
yang mennonjol, yaitu:
1.
Kehidupan keagamaan
berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa.
2.
Masyarakat kota hanya
melakukan kegiatan keagamaan hanya bertempat di rumah peribadatan seperti di
masjid,gereja dan lainnya. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya
sendiri tanpa bergantung pada orang lain.
3.
Dikota-kota kehidupan
keluarga sering sukar untuk disatukan karena perbedaan politik dan agama dan
sebagainya.
4.
Jalan pikiran rasional
yang dianut oleh masyarakat perkotaan.
5.
Interaksi-interaksi
yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan pribadi daripada kepentingan
umum. Oleh karena itu banyak orang-orang perkotaan yang pindah ke pedesaan
untuk mencari ketenangan.
2.6. URBANISASI DAN
URBANISME
Urbanisasi adalah perpindahan
penduduk dari desa ke kota.
Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran
penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai
permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota
yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan,
fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain
sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan
keluarnya.
Berbeda
dengan perspektif ilmu kependudukan, definisi urbanisasi berarti persentase
penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Perpindahan manusia dari desa ke
kota hanya salah satu penyebab urbanisasi. Perpindahan itu sendiri dikategorikan
2 macam, yakni migrasi penduduk dan mobilitas penduduk. Migrasi penduduk adalah
perpindahan penduduk dari desa ke kota yang bertujuan untuk tinggal menetap di
kota, sedangkan Mobilitas Penduduk berarti perpindahan penduduk yang hanya
bersifat sementara saja atau tidak menetap.
Untuk
mendapatkan suatu niat untuk hijrah atau pergi ke kota dari desa, seseorang
biasanya harus mendapatkan pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan, informasi
media massa, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya.
Pengaruh-pengaruh
tersebut bisa dalam bentuk sesuatu yang mendorong, memaksa atau faktor
pendorong seseorang untuk urbanisasi, maupun dalam bentuk yang menarik
perhatian atau faktor penarik. Di bawah ini adalah beberapa atau sebagian
contoh yang pada dasarnya dapat menggerakkan seseorang untuk melakukan
urbanisasi perpindahan dari pedesaaan ke perkotaan.
Faktor
Pendorong dari Desa:
- Faktor pendorong dan desa yang menyebabkan
terjadinya urbanisasi sebagai beriikut.
- Terbatasnya
kesempatan kerja atau lapangan kerja di desa.
- Tanah
pertanian di desa banyak yang sudah tidak subur atau mengalami kekeringan.
- Kehidupan
pedesaan lebih monoton (tetap/tidak berubah) daripada perkotaan.
- Fasilitas
kehidupan kurang tersedia dan tidak memadai.
- Upah kerja
di desa rendah.
- Timbulnya
bencana desa, seperti banjir, gempa bumi, kemarau panjang, dan wabah
penyakit.
Faktor
Penarik dari Kota:
- Faktor penarik dan kota yang menyebabkan
terjadinya urbanisasi sebagai berikut.
- Kesempatan
kerja lebih banyak dibandingkan dengan di desa.
- Upah kerja
tinggi.
- Tersedia
beragam fasilitas kehidupan, seperti fasilitas pendidikan, kesehatan,
transportasi, rekreasi, dan pusat-pusat perbelanjaan.
- Kota
sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Terjadinya urbanisasi membawa dampak positil dan negatif, baik bagi desa
yang ditinggalkan, maupun bagi kota yang dihuni.
Dampak positif urbanisasi bagi desa (daerah asal) sebagai berikut.
- Meningkatnya kesejahteraan penduduk melalui
kiriman uang dan hasil pekerjaan di kota.
- Mendorong
pembangunan desa karena penduduk telah mengetahui kemajuan dikota.
- Bagi desa
yang padat penduduknya, urbanisasi dapat mengurangi jumlah penduduk.
- Mengurangi
jumlah pengangguran di pedesaan.
Adapun dampak negatif
urbanisasi bagi desa sebagai berikut:
- Desa kekurangan tenaga kerja untuk mengolah
pertanian.
- Perilaku
yang tidak sesuai dengan norma setempat sering ditularkan dan kehidupan
kota.
- Desa banyak
kehilangan penduduk yang berkualitas.
Dampak Urbanisasi bagi Kota terdiri dari dampak positif dan dampak
negatif. Dampak positif urbanisasi bagi kota sebagai berikut.
- Kota dapat memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja.
- Semakin
banyaknya sumber daya manusia yang berkualitas.
Dampak negatif urbanisasi bagi kota sebagai berikut.
- Timbulnya pengangguran.
- Munculnya
tunawisma dan gubuk-gubuk liar di tengah-tengah kota.
- Meningkatnya
kemacetan lalu lintas.
- Meningkatnya
kejahatan, pelacuran, perjudian, dan bentuk masalah sosial lainnya.
Urbanisme dalam hal ini dilihat dari segi faktor
sosial warga masyrakat kota yang terdiri dari aneka ragam suku, latar belakang
sosial ekonomi dan struktur mewarnai jalan nya masyrakat kota saja, tetapi
melalui hubungan yang terjadi antara warga kota dan kluarganya di pedesaan atau
melalui bentuk hubungan yang lain membawa serta unsur kehidupan kota itu
sehingga dari pada nya warga desa dapat meniru gaya kehidupan orang kota.
2.7. INTERAKSI/PROSES
SOSIAL DAN PELAPISAN SOSIAL
Interaksi adalah suatu jenis tindakan atau aksi yang terjadi sewaktu dua atau lebih
objek mempengaruhi atau memiliki efek satu sama lain. Ide efek dua arah
ini penting dalam konsep interaksi, sebagai lawan dari hubungan satu arah pada sebab
akibat.
Kombinasi dari interaksi-interaksi sederhana dapat menuntun pada suatu fenomena baru yang mengejutkan. Dalam
berbagai bidang ilmu,
interaksi memiliki makna yang berbeda.
Interaksi sosial adalah bentuk umum dari proses
sosial. Proses-proses sosial (sosial proceses)
diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama
manusia, meliputi cara-cara berhubungan yang dilihat apabila perorangan dan
kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem, serta
bentuk-bentuk hubungan itu, dan perubahan. Perubahan apa yang terjadi sehingga
hubungan itu menjadi goyah dan sebagainya.
Luas dan dalamnya pembicaraan proses sosial ini,
maka pembahasannya dipadakan pada segi-segi umum proses sosial saja yang
disebut dengan interaksi sosial.
Interaksi sosial menjadi syarat pokok terwujudnya
aktivitas soail. Sebab interaksi sosial merupakan hubungan antara individu
dengan individu, antara individu dengan kelompok maupun antara kelompok dengan
kelompok. Interaksi bermula pada saat dua individu bertemu saling menegur,
berjabat salam, saling berbicara atau bahkan diiringi dengan pertengkaran dan
berkelahi.
Suatu interaksi sosial dapat terjadi apabila ada
kontak sosial dan komunikasi. Dari sinilah dapat tercipta suatu kerjasama (cooperation), persaingan (conflik). Pertikaian (conflik) ini, walaupun berlangsung lama atau singkat
saja, tetapi tidak bersifat kekal. Karena suatu waktu konflik tersebut akan
dapat suatu penyelesaian dan terjadilah integrasi kedua belah pihak. Selesainya
pertikaian ini disebut dengan istilah akomodasi (accomodation).
Secara ringkas bentuk-bentuk interaksi sosial dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1.
Kerjasama (cooperation), adalah bentuk interaksi sosial untuk
mencapai suatu tujuan bersama, yaitu terdapatnya saling bantu membantu, tolong
menolong yang biasanya hal ini dapat tercapai karena adanya pandangan umum yang
sama atau komunikasi.
2.
Persaingan (conventition) adalah bentuk perjuangan sosial yang
terjadi antara dua belah pihak untuk mencapai keuntungan yang bersifat pribadi
maupun kelompok. Bentuk bersaingan ini antara lain (1) untuk memperoleh status
tertentu dalam masyarakat, (2) persaingan dalam bidang kebudayaan, (3)
persaingan karena perbedaan ras dan sebagainya.
3.
Pertikaian (conflik) merupakan interaksi masyarakat yang berusaha
saling menjatuhkan, menghancurkan antara satu pihak dengan pihak lainnya. Hal
ini disebabkan karena individu atau kelompok berusaha untuk mencapai tujuannya
dengan jalan menentang pihak lawan dengan kekerasan. Di antara faktor penyebab
pertikaian ini antara lain (1) perbedaan pendirian, (2) perbedaan kebudayaan,
(3) perbedaan kepentingan.
4.
Akomodasi (accomodation) menunjukkan suatu keadaan bahwa suatu
pertikaian telah mendapat penyelesaiannya, sehingga suatu konflik menjadi
tenang kembali meskipun mungkin perbedaan-perbedaan itu tetap ada. Akomodasi
membuka jalan tercapainya asimilasi (assimilation) yang
ditandai dengan adanya usaha-usaha perorangan atau kelompok.
2.8. CIRI-CIRI PROSES SOSIAL
1. Bentuk interaksi
macam ini disebut “proses” karena terdiri dari serentetan kegiatan yang saling
menyambung dan berakhir pada suatu ujung yang merupakan hasil dari perjalanan
itu. Dalam proses sosial yang mengalami pemrosesan ialah nilai-nilai sosial
seperti telah di katakan di muka. Sejumlah proses sosial dasariah disebut
kooperasi, asimilasi,konflik, oposisi dan persaingan.
2. proses sosial
mengandung unsur dinamika, artinya didalam proses tersebut terdapat berbagai
keaadaan nilai sosial yang sedang di proses, mulai dari nilai yang belum
sempurna sampai situasi yang lebih mantap atau sebaliknya
3. proses sosial
mengikuti pola tingkah laku tersendiri, orang yang terlibat dalam proses sosial
(misalnya bersaing) tidak mengikuti pola sopan santun yang di tuntut kedudukan
dan peranan.
4. interaksi yang disebut proses sosial tidak
mengenal waktu dan tempat tertantu. Ia dapat muncul disetiap waktu pada setiap
sektor kegiatan manusia.
5. fenomena proses
sosial berada dibawah kontrol sosial yang ketat. Pengawasan sosial ini perlu
dilakukan oleh masyarakat (negara) karena jika diluar kontrol proses sosial
dapat menimbulkan karugian bagi pihak-pihak yang ada dalam proses sosial.
6. proses sosial
bersifat universal, dapat etrjadi dimana-mana, dan merupakan bagian dari
kebudayaan manusia. Maka dalam satiap masyarakat dari setiap bangsa terdapat
proses sosial dalam bentuk kerjasama, akomodasi, asimilasi, persaingan, oposisi
dan konflik sosial.
2.9. BENTUK-BENTUK SOSIALISASI
Sosialisasi
merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Dalam kaitan
inilah para pakar berbicara mengenai bentuk-bentuk proses sosialisasi seperti
sosialisasi setelah masa kanak-kanak, pendidikan sepanjang hidup, atau
pendidikan berkesinambungan. Mengemukakan bahwa setelah sosialisasi dini yang
dinamakannya sosialisasi primer kita jumpai sosialisasi sekunder. Berger dan
Luckman (1967) mendefinisikan sosilisasi primer sebagai sosialisasi pertama
yang dijalani individu semasa kecil, melalui mana ia menjadi anggota
masyarakat, sedangkan sosialisasi seunder mereka mendefinisikan sebagai proses
berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah disosisalisasi kedalam
sektor baru dari dunia obyektif masyarakatnya.
Salah
satu bentuk sosialisasi sekunder yang sering dijumpai dalam masyarakat ialah
apa yang dinamakan proses resosialisasi yang didahului dengan proses
desosialisasi. Dalam proses ressosialisasi seseorang diberi suatu diri yang
baru.proses desosialisasi dan resosialisasi ini sering dikaitkan dengan proses yang
berlangsung dalam apa yang oleh Goffman dinamakan istilah institusi total.
Suatu
tempat tinggal dan bekerja yang didalamnya sejumlah individu dalam situasi
sama, terputus dari masyarakat yang lebih luas untuk suatu jangka waktu
tertentu, bersama-sama memnjalani hidup yang terkungkung dan diatur secara
formal.
Dalam
sosialisasi primer tidak ada masalah identifikasi. Orang-orang yang berpengaruh
tidak dapat dipilih. Masyarakat menyediakan sekelompok orang-orang berpengaruh
tertentu. Oleh karena itu sianak tidak punya pilihan lain dalam menentukan
pengaruh-pengaruhnya, maka pengidentifikasian dirinya dengan mereka berlangsung
secara kuasi-otomatis. Karena itulah maka dunia yang diinternalisasikan dalam
sosialisasi primer jauh lebih kuat tertanam dalam kesadaran sosialisasi
sekunder.
Sosialisasi
primer menyangkut tahap-tahap belajar yang ditentukan secara sosialisasi. Sifat
sosialisasi primer juga dipengaruhi oleh berbagai persyaratan dalam pengalihan
cadangan pengetahuan. Legitimasi tertentu mungkin menuntut tingkat kompleksitas
linguistik yang lebih tinggi bagi pemehamannya dibandingkan dengan legitimasi
lainnya.
Sosialisasi
prier berakhir apabila konsep tentang orang lain pada umumnya (dan segala
sesuatu yang menyertainya) telah terbentuk dan tertanam dalam kesadaran
individu. Pada titik ini ia sudah merupakan anggota efektif masyaratkat dan
secara subyektif memiliki suatu diri dan sebuah dunia.
2.10. STRATIFIKASI SOSIAL DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT
Pelapisan sosial atau social stratification terjadi dalam
masyarakat yakni sejumlah orang-orang yang statusnya sama menurut penilaian
sosial dalam suatu jenjang tertentu. Lapisan masyarakat ini dalam kajian ilmu
sosial biasanya di gambarkan dalam bentuk kerucut atau piramid. Dengan kerucut
ini tampak bahwa semakin tinggi kedudukan dalam suatu lapisan masyarakat akan
semakin sedikit jumlah yang ada di dalam lapisan itu dan begitu pula
sebaliknya. Lapisan masyarakat ada yang bersifat kaku,ada yang lunak. Yang kaku
misalnya seperti kasta di india, kelompok kulit yang hitam dan kulit putih di
amerika serikat. Sedangkan yang lunak misalnya sistem kelas ekonomi, kelas
pendidikan dan lain sebagainya yang dapat dicapai melalui usaha belajar.
Sejak dahulu kala lapisan-lapisan
demikian ini dinamakan”kelas sosial” dan biasanya dihubungkan sedikit banyak
dengan keberhasilan ekonomi. Dengan demikian misalnya Aristoteles membedakan
kelas kaya, kelas menengah, kelas miskin. Ada lagi kelas Borjuis dan kelas
Proletal, kelas petani,pekerja,pengusaha, dan sebagainya. Pada prinsipnya kelas
adalah penggolongan manusia yang tidak jelas batas-batasnya dan hanya
memperlihatkan sifat golongan. Hal ini lebih menitik beratkan pada keadaan
kepemilikan atau penghasilan dari pada persekutuan atau tindakan bersama.
Sebenarnya jika diamati sungguh-sungguh ternyata banyak sekali kelas-kelas dan
gaya hidup yang terdapat dalam masyarakat. Pada zaman dahulu dikenal berbagai
macam cara orang untuk menunjukkan bahwa dirinya termasuk kelas tertentu dengan
tanda lahiriah misalnya cara berpakaian, perabotan rumah tangga, kendaraan,
pembicaraan dan sebagainya. Dasar terjadinya pelapisan dan macam-macam
stratifikasi menurut Kingsley Davis dan W.Moore ada hubungannya dengan
penghargaaan pelaksanaan fungsi-fungsi dalam masyarakat. Pelapisan terjadi di
segala macam masyarakat,bahkan didalam masyarakat yang masih sederhana pun
terjadi stratifikasi hanya jarak tingkatan yang satu dengan yang lain tidak
begitu tampak misalnya pada masyarakat primitif mengenal adanya dukun, kyai dan
sebagainya.
Di Amerika stratifikasi masyarakat
tampak jelas sehingga menimbulkan berbagai golongan dalam masyarakat. Di negara
tersebut masyarakat terdiri dari tiga golongan atau kelas yaitu :
1.
Kelas atas
(upper-class)
2.
Kelas menengah
(middles-class)
3.
Kelas bawah
(lower-class)
Tiap-tiap golongan ini
mempunyai sifat-sifat dan cara berhubungan yang berbeda. Dalam kehidupan pada
umumnya stratifikasi sosial dapat dibagai kedalam dua bentuk yaitu :
10.1. Stratifikasi terbuka
Dalam golongan ini anggota
kelompok yang satu ada kemungkinan besar untuk berpindah ke kelompok yang lain
yakni dapat menurun ke kelompok yang lebih rendah atau sebaliknya. Contoh untuk
hal ini kedudukan presiden dan materi. Anak-anak presiden dan mentri-mentri
belum tentu mencapai kedudukannya sebagai presiden dan mentri, tetapi terbuka
bagi semua warga masyarakat dapat memiliki kedudukan seperti itu.
10. 2. Stratifikasi Tertutup
Kemungkinan pindah seorang
anggota kelompok dari golongan satu ke golongan yang lain kecil sekali, sebab
biasanya sistem ini di dasarkan atas keturunan. Jadi misalnnya anak-anak
keturunan dengan sendirinya akan tetap menjadi golongan brahmana, demikian
sebaliknya pada golongan sudra, pariah dan lain-lain.
Dilihat dari segi
psikologis kedua bentuk ini mempunyai keburukan dan kebaikan stratifikasi terbuka
lebih dinamis dan anggota-anggotanya mempunyai cita-cita yang lebih tinggi.
Stratifikasi tertutup bersifat statis, lebih-lebih dikalangan bawah dan kurang
menunujukkan adanya cita-cita yang tinggi.
Kelemahan stratifikasi
terbuka bahwa anggotanya mengalami kehidupan yang selalu tegang dan khawatir. Sehingga
akibatnya banyak mengalami ketegangan
dan konflik kejiwaan yang lebih besar dari pada kelompok tertutup.
Mengapa demikian???
Sebabnya mereka merasa terancam terus oleh bahaya, yaitu ancaman dari
kelompok yang lebih rendah yang akan bergerak ke lapisan yang lebih atas. Dari
itu orang tua selalu berusaha supaya kehidupan anak-anaknya masuk dalam
peringkat golongannya, jika perlu bahkan diatasnya. Sebab jika tidak
demikian,kehidupan dan penghidupan mereka pasti akan turun dan akhirnya turun
pulalah status dan peranan mereka. Para ahli menyatakan bahwa dari dulu sampai
sekarang orang telah mengakui adanya lapisan masyarakat yang masing-masing
anggota lapisan suatu lapisan berbeda-beda kedudukannya secara bertingkat dari
lapisan atas ke lapisan bawah. Lapisan-lapisan seperti itu, pada masa
kolonialisme Belanda tetap dipertahankan khususnya di indonesia agar lebih
mudah menerapkan sistem devide et impera.
10.2.1. Terjadinya Lapisan Lapisan Dalam Masyarakat
Terjadinya lapisan dalam masyarakat disebabkan adanya
proses pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Tetapi faktor-faktor yang
membedakannya antara lain kepandaian, harta, senioritas,pangkat dan kedudukan,
dan lain-lain. Pada masyarakat yang hidupnya dari berburu yang dijadikan alasan
utama lapisan adalah kepandaian berburu hewan. Sedangkan masyarakat yang
hidupnya dari yang bercocok tanam, maka kerabat pemilik tanah dianggap sebagai
orang-orang yang menduduki lapisan yang paling tinggi.
Secara teoritis semua
manusia dianggap sederajat, akan tetapi sesuai dengan kenyataan kehidupan dalam
kelompok sosial tidak demikian. Untuk meneliti terjadinya proses
lapisan-lapisan dalam masyarakat, dapat di pedomani hal-hal sebagai berikut:
ü Sistem pelapisan sosial mungkin bertumpu adanya
pertentangan dalam masyarakat.
ü Sistem stratifikasi sosial dapat di analisis dalam ruang
lingkup unsur-unsur sebagai berikut: penyebaran hak-hak istimewa yang objektiv
seperti misalnya penghasilan, kekayaan, keselamatan, wewenang dan sebagainya.
ü Sistem
penghargaan yang diciptakan warga masyarakat
ü Kriteria
system penghargaan itu apakah didapatkan berdasarkan kualitas pribadi,
keanggotaan kelompok pada keluarga tertentu, milik, wewenang, dan kekuasaan
ü Lambang-lambang
kedudukan seperti misalnya tingkah laku hidup, cara berpakaian, perumahan,
keanggotaan pada suatu organisasi, dan sebagainya
ü Mudah
dan sukarnya bertukar kedudukan
ü Solidaritas
diantara individu-individu suatu kelompok atau kelompok sosial yang menduduki
kedudukan yang sama dalam sistem sosial masyarakar
ü Pola-pola
interaksi (struktur, keanggotaan organisasi perkawinan dan sebagainya)
ü Kesamaan
atau ketidaksamaan sistem kepercayaan, sukap dan nilai-nilai
ü Kesadaran
akan kedudukan masing-masing
ü Aktivitas
sebagai bagian atau organ kolektif
10.2.2.
Ukuran
Lapisan Sosial dalam Masyarakat
Ukuran
atau criteria biasanya dipakai untuk menggolong-golongkan anggota masyarakat ke
dalam lapisan-lapisan tersebut adalah sebagai berikut :
ü Ukuran
kekayaan
ü Ukuran
kekuasaan dan
ü Ukuran
kedudukan
Ukuran
di atas tidaklah kaku karena masih ada ukuran-ukuran lain yang dapat
dipergunakan. Misalnya dapat dilihat dari golongan kehidupan masyarakat pembuka
tanah dianggap menduduki lapisan tertinggi dibandingkan para pemilik tanah.
8.2.3.
Unsur-unsur
lapisan dalam Masyarakat
Yang
termasuk ke dalam unsur-unsur lapisan dalam masyarakat adalah sebagai berikut :
ü Kedudukan
(status)
ü Peranan
(role)
Kedua
unsur lapisan ini selain merupakan unsur-unsur yang baku dalam system pelapisan
juga mempunyai arti yang penting dalam sistem sosial masyarakat.
1.
Kedudukan (status)
Kedudukan
merupakan tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok social, hubungannya
dengan orang lain dalam kelompok tersebut. Sedangkan kedudukan social merupakan tempat
seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain
dalam arti lingkungan pergaulannya
2.
Peranan (role)
Peranan
merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Seseorang yang menjalankan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukan, maka orang tersebut sudah menjalankan
peranannya. Sehingga keduanya memiliki hubungan yang erat.
Hal-hal penting pada berbagai macam peranan yang
melekat pada individu-individu dalam masyarakat
antara lain :
ü Bahwa
peranan-perana tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak
dipertahankan kelangsungannya
ü Peranan
tersebut mestinya diletakkan padaa individu-individu yang oleh masyarakat
dianggap mampu untuk melaksanakannya
ü Dalam
masyarakat kadang-kadang dijumpai individu-individu yang oleh masyarakat tak
mampu melaksanakan peranannya sebagaimana diharapkan oleh masyarakat
10.2.4.
Mobilitas
Sosial (social mobility)
Mobilitas
social diartikan sebagai gerak dalam struktur social masyarakat yaitu pola-pola
tertentu yang mengatur organisasi kelompok sosial. Tipe-tipe mobilitas sosial
ada dua macam yaitu :
1.
Mobilitas horizontal
Mobilitas
horizontal adalah suatu peralihan individu atau obyek sosial dari satu posisi
ke posisi lainnya yang sederajat. Mobilitas horizontal tidak menyebabkan
perubahan derajat kedudukan seseorang ataupun suatu obyek sosial.
2.
Mobilitas vertical
Mobilitas vertikal
dimaksudkan sebagai perpindahan individu atau obyek sosial dari satu kedudukan
ke kedudukan lainnya yang tidak sederajat
BAB
III
PENUTUP
Manusia
adalah mahluk hidup ciptaan tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang
tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan,
perkembangan, dan mati. Serta terkait serta berinteraksi dengan alam dan
lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik, baik itu positis maupun
negatif. Manusia juga sebagai mahkluk
individu memiliki pemikiran-pemikiran tentang apa yang menurutnya sesuai ketika
tindakan-tindakan yang ia ambil dan sebagai makhluk sosial yang saling
berhubungan dan keterkaitannya dengan lingkungan dan tempat tinggalnya. Ciri
manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk
interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud
adalah dengan manusia satu dengan manusia yang lainnya. Maka sepanjang daur
hidup manusia yaitu sejak lahir sampai mati ia selalu terikat dengan apa yang
dinamakan manusia. Karena setiap orang ada dalam konteks sosial yang disebut
masyarakat, ia akan mengenal orang lain dan juga mengenal diri sendiri selaku
anggota masyarakat. Kepentingan yang melekat pada diri masing-masing menjadi
dasar interkasi sosial yang mewujudkan masyarakat sebagai wadahnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Effendi,R.dan Setiadi,E.M.(2010). Pendidikan
Lingkungan,Sosial,Budaya dan Teknologi. Bandung: UPI Press.
Sembiring, Dermawan.
(2015). Ilmu Sosial
Dan Budaya Dasar. Medan: UNIMED.
Ariska, I. (2013). Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. (http://iraars-meandmyself.Wordpress.com/2014/Manusia-sebagai-makhluk-individu-dan-makhluk-sosial). 04 September 2014.
Kappara.(2013). Pengertian Sosial dan Politik.(http://id.shvoong.com/law-and-politics).04 September 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar