BAB
I
PENDAHULUAN
Keberhasilan proses
pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model
pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa
secara efektif di dalam proses pembelajaran. Pengembangan
model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan
menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang
optimal.
Untuk dapat
mengembangkan model pembelajaran yang efektif maka setiap guru harus memiliki
pengetahuan yang memadai berkenaan dengan konsep dan cara-cara pengimplementasian
model – model pembelajaran tersebut dalam proses pembelajaran. Model
pembelajaran yang efektif memiliki keterkaitan dengan tingkat pemahaman guru
terhadap perkembangan dan kondisi siswa di kelas. Demikian juga pentingnya
pemahaman guru terhadap sarana dan fasilitas sekolah yang tersedia, kondisi
kelas dan beberapa faktor lain yang terkait dengan pembelajaran. Tanpa pemahaman
terhadap berbagai kondisi ini, model yang dikembangkan guru cenderung tidak
dapat meningkatkan peran serta siswa secara optimal dalam pembelajaran, dan
pada akhirnya tidak dapat memberi sumbangan yang besar terhadap pencapaian
hasil belajar siswa.
Mempertimbangkan
pentingnya hal di atas maka kami sebagai calon pendidik akan membahas beberapa
model – model pembelajaran secara mendalam. Model – model pembelajaran yang
akan di bahas dalam makalah ini merupakan pengimplementasian dari Kurikulum
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), antara lain :
1.
Model Pengajaran Langsung
2.
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
3.
Pengajaran Berdasarkan Masalah (Problem
Based Instruction)
4.
Pembelajaran Kontekstual
BAB II
ISI
2.1. Hakikat Model Pembelajaran
Seluruh aktivitas
pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru bermuara pada terjadinya
proses belajar siswa. Dalam hal ini model – model pembelajaran yang dipilih dan
dikembangkan guru hendaknya dapat mendorong siswa untuk belajar dengan mendayagunakan
potensi yang mereka miliki secara optimal. Model – model pembelajaran dikembangkan
utamanya beranjak dari adanya perbedaan berkaitan dengan berbagai karakteristik
siswa. Karena siswa memiliki berbagai karakteristik kepribadian, kebiasaan – kebiasaan,
modalitas belajar yang bervariasi antara individu satu dengan yang lain, maka
model pembelajaran guru juga harus selayaknya tidak terpaku hanya pada model
tertentu, akan tetapi harus bervariasi.
Penggunaan model
pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap
pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas,
memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan
siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik.
2.2.
Pengertian Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran sangat
dekat dengan pengertian strategi pembelajaran dan dibedakan dari istilah
strategi, pendekatan dan metode pembelajaran. Istilah model pembelajaran
mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, dan teknik. Sedangkan istilah
“strategi “ awal mulanya dikenal dalam dunia militer terutama terkait dengan
perang atau dunia olah raga, namun demikian makna tersebut meluas tidak hanya
ada pada dunia militer atau olahraga saja akan tetapi bidang ekonomi, sosial,
pendidikan.
Menurut Ruseffendi (1980),
istilah strategi, metode, pendekatan dan teknik didefinisikan sebagai berikut :
1. Strategi pembelajaran adalah separangkat kebijaksanaan
yang terpilih, yang telah dikaitkan dengan faktor yang menetukan warna atau
strategi tersebut, yaitu :
a. Pemilihan materi pelajaran ( guru atau siswa )
b. Penyaji materi pelajaran ( perorangan atau
kelompok, atau belajar mandiri
c. Cara menyajikan materi pelajaran ( induktif atau
deduktif, analitis atau sintesis, formal atau non formal )
d.
Sasaran penerima materi pelajaran ( kelompok, perorangan, heterogen, atau homogen).
2. Pendekatan Pembelajaran adalah jalan
atau arah yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran dilihat bagaimana materi itu disajikan. Misalnya
memahami suatu prinsip dengan pendekatan induktif atau deduktif.
3. Metode Pembelajaran
adalah cara mengajar secara umum yang dapat diterapkan pada semua mata
pelajaran, misalnya mengajar dengan ceramah, ekspositori, tanya jawab, penemuan
terbimbing dan sebagainya.
4. Teknik mengajar adalah penerapan secara khusus suatu metode
pembelajaran yang telah disesuaikan dengan kemampuan dan kebiasaan guru,
ketersediaan media pembelajaran serta kesiapan siswa. Misalnya teknik
mengajarkan perkalian dengan penjumlahan berulang.
Sedangkan Model Pembelajaran adalah sebagai suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa.
Sedangkan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1998 : 203), pengertian strategi (1) ilmu dan seni menggunakan sumber daya bangsa
untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam dan perang damai, (2) rencana
yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
Soedjadi (1999 :101) menyebutkan strategi
pembelajaran adalah suatu siasat melakukan kegiatan pembelajaran yang bertujuan
mengubah keadaan pembelajaran menjadi pembelajaran yang diharapkan. Untuk dapat
mengubah keadaan itu dapat ditempuh dengan berbagai pendekatan pembelajaran.
Lebih lanjut Soedjadi menyebutkan bahwa dalam satu pendekatan dapat dilakukan
lebih dari satu metode dan dalam satu metode dapat digunakan lebih dari satu
teknik. Secara sederhana dapat dirunut sebagai rangkaian :
Istilah “ model pembelajaran” berbeda dengan strategi
pembelajaran, metode pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran. Model
pembelajaran meliputi suatu model pembelajaran yang luas dan menyuluruh. Konsep
model pembelajaran lahir dan berkembang dari pakar psikologi dengan pendekatan
dalam setting eksperimen yang dilakukan. Konsep model pembelajaran untuk
pertama kalinya dikembangkan oleh Bruce dan koleganya.
Lebih lanjut Ismail (2003) menyatakan istilah Model pembelajaran mempunyai empat
ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu :
1.
Rasional Teoritik yang logis disusun oleh perancangnya,
2.
Tujuan Pembelajaran yang akan dicapai,
3.
Tingkah Laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut
dapat dilaksanakan secara berhasil dan
4.
Lingkungan belajar
yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Pendekatan, strategi, metode dan
teknik pembelajaran yang dirangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka
terbentuklah Model Pembelajaran. Jadi,
model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
Model Pembelajaran menurut Bruce
Joys dan Marsha Weil terdiri dari empat kelompok yaitu :
1.
Model Interkasi Sosial
2.
Model Pengolahan Informasi
3.
Model Personal – humanistik dan
4.
Model modifikasi tingkah laku
2.3.
Pemilihan Model Pembelajaran Sebagai Bentuk
Implementasi Strategi Pembelajaran.
Dalam pembelajaran guru diharapkan mampu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan
materi yang diajarkan. Dimana dalam pemilihan
Model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang
luas dan menyeluruh. Misalnya pada model
pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama
memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Ketika guru
sedang menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali siswa menggunakan
bermacam – macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis.
Model pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh teori belajar
konstruktivis. Pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan
permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama diantara siswa – siswa.
Dalam model pembelajaran ini guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan
masalah menjadi tahap-tahap kegiatan; guru memberi contoh mengenai penggunaan
keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas – tugas tersebut dapat
diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi
pada upaya penyelidikan oleh siswa.
Tiap – tiap model pembelajaran membutuhkan sistem
pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Misalnya, model
pembelajaran kooperatif memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel seperti
tersedia meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Pada model pembelajaran diskusi
para siswa duduk dibangku yang disusun secara melingkar atau seperti tapal
kuda. Sedangkan model pembelajaran langsung siswa duduk berhadap – hadapan dengan
guru. Pada model pembelajaran kooperatif siswa perlu berkomunikasi satu sama
lain, sedangkan pada model pembelajaran langsung siswa harus tenang dan
memperhatikan guru.
Pemilihan model dan metode pembelajaran menyangkut
strategi dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah perencanaan dan
tindakan yang tepat dan cermat mengenai kegiatan pembelajaran agar kompetensi
dasar dan indikator pembelajarannya dapat tercapai. Jadi, pada prinsipnya
strategi pembelajaran sangat terkait dengan pemilihan model dan metode
pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi bahan ajar kepada
para siswanya.
Pada saat ini banyak dikembangkan model – model pembelajaran.
Menurut penemunya, model pembelajaran temuannya tersebut dipandang paling tepat
diantara model pembelajaran yang lain. Untuk menyikapi hal tersebut diatas,
maka perlu kita sepakati hal-hal sebagai berikut :
1. Kita
tidak perlu mendewakan salah satu model pembelajaran yang ada. Setiap model
pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan kekuatan.
2. Kita
dapat memilih salah satu model pembelajaran yang kita anggap sesuai dengan
materi pembelajaran kita; dan jika perlu kita dapat menggabungkan beberapa model
pembelajaran.
3. Model apa pun yang kita terapkan, jika kita kurang
menguasai meteri dan tidak disenangi para siswa, maka hasil pembelajaran
menjadi tidak efektif.
4. Oleh kerena itu komitmen kita adalah sebagai berikut :
a.
Kita
perlu menguasai materi yang harus kita ajarkan, dapat mengajarkannya, dan
terampil dalam menggunakan alat peraga.
b.
Kita
berniat untuk memberikan yang kita punyai kepada para siswa dengan sepenuh
hati, hangat, ramah, antusias, dan bertanggung jawab.
c.
Menjaga
agar para siswa “mencintai” kita, menyenangi materi yang kita ajarkan, dengan tetap menjaga kredibilitas dan wibawa
kita sebagai guru dapat mengembangkan model pembelajaran sendiri.
Model pembelajaran yang
dapat diterapkan oleh para guru sangat beragam. Model pembelajaran adalah suatu
pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan
atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat di capai
dengan lebih efektif dan efisien.
2.4. Model
Pengajaran Langsung
Pembelajaran
langsung merupakan suatu model pembelajaran dimana kegiatannya terfokus pada
aktivitas-aktivitas akademik sehingga di dalam implementasi kegiantan
pembelajaran guru melakukan kontrol yang ketat terhadap kemajuan belajar siswa.
Pendayagunaan waktu serta iklim kelas yang di kontrol secara ketat pula.
Pembelajaran langsung
pada umumnya dirancang secara khusus untuk mengembangkan aktivitas belajar di
pihak siswa berkaitan dengan aspek pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang
bagaimana melaksanakan sesuatu) serta pengetahuan deklaratif (pengetahuan
tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi) yang
terstruktur dengan baik yang dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Fokus
utama dari pembelajaran ini adalah pelatihan – pelatihan yang dapat diterapkan dari
keadaan nyata yang sederhana sampai yang lebih kompleks. Pengajaran langsung
berpusat pada guru, tetapi harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa. Disini
guru menyampaikan isi akademik dalam format yang terstruktur, mengarahkan
kegiatan para siswa dan menguji keterampilan siswa melalui latihan-latihan di
bawah bimbingan dan arahan guru. Jadi lingkungannya harus diciptakan yang
berorientasi pada tugas – tugas yang diberikan pada siswa.
Ciri-ciri model
pembelajaran langsung adalah sebagai berikut:
a. Adanya tujuan pembelajaran
Pembelajaran langsung ini
menekankan tujuan pembelajaran yang harus berorientasi kepada siswa dan
spesifik, mengandung uraian yang jelas tentang situasi penilaian dan mengandung
tingkat ketercapaian kinerja yang diharapkan (kriteria keberhasilan).
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan
alur kegiatan pembelajaran
Pada
model pembelajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting.
Pembelajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau
praktek, dan kerja kelompok. Pembelajaran langsung digunakan untuk menyampaikan
pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa.
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan
belajar yang mendukung
Keberhasilan metode
pembelajaran langsung memerlukan lingkungan yang baik untuk presentasi dan
demonstrasi, yakni ruangan yang tenang dengan penerapan cukup, termasuk alat
atau media yang sesuai. Di samping itu, metode pembelajaran langsung juga
bergantung pada motivasi siswa yang memadai untuk mengamati kegiatan yang
dilakukan guru dan mendengarkan segala sesuatu yang dikatakannya. Pada
hakikatnya, pembelajaran langsung memerlukan kaidah yang mengatur bagaimana
siswa yang suka berbicara, prosedur untuk menjamin tempo pembelajaran yang
baik, strategi khusus untuk mengatur giliran keterlibatan siswa, dan untuk
menanggulangi tingkah laku siswa yang menyimpang.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Langsung
Secara umum tiap-tiap
model pembelajaran tentu terdapat kelebihan-kelebihan yang membuat model
pembelajaran tersebut lebih baik digunakan dibanding dengan model pembelajaran
yang lainnya. Seperti halnya pada Model Direct Instruction atau model
pembelajaran langsung pun mempunyai beberapa kelebihan yaitu sebagai berikut:
a. Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa
a. Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa
b. Dapat diterapkan secara efektif dalam
kelas yang besar maupun kecil
Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah
Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah
c. Model Pembelajaran Direct Instruction
menekankan kegiatan mendengarkan (melalui ceramah) sehingga membantu siswa yang
cocok belajar dengan cara – cara ini. Dengan Ceramah dapat bermanfaat untuk
menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak
memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi, serta untuk
menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia secara langsung bagi siswa,
termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil penelitian terkini.
d. Model Pembelajaran Direct Instruction (terutama kegiatan demonstrasi) dapat memberikan tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan antara teori dan observasi. Dengan ini memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil – hasil dari suatu tugas dan bukan teknik – teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut
d. Model Pembelajaran Direct Instruction (terutama kegiatan demonstrasi) dapat memberikan tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan antara teori dan observasi. Dengan ini memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil – hasil dari suatu tugas dan bukan teknik – teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut
e. Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri
sendiri dapat tetap berprestasi apabila model pembelajaran langsung digunakan
secara efektif.
Selain memiliki kelebihan – kelebihan
tersebut pembelajaran langsung juga memiliki kekurangan-kekurangan diantaranya
sebagai berikut:
1. Dalam
model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan,
pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau
ketertarikan siswa
2. Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan
untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan
sosial dan interpersonal mereka
3. Karena
guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran
ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan,
percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan
perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat
4. Model
pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator
yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan model
pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan banyak
perilaku komunikasi positif
5. Jika
model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan
kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi
materi yang disampaikan.
No.
|
Langkah-langkah
|
Peran Guru
|
1
2
3
4
5
|
Menjelaskan tujuan pembela-jaran dan mempersiapkan
siswa
Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
Membimbing pelatihan
Menelaah pemahaman dan memberikan umpan balik
Memberikan kesempatan untuk pelatihan dan penerapan
|
Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang
pembelajaran, pentingnya pelajaran dan memotivasi siswa
Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau
memberi informasi tahap demi tahap
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal
Guru mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan
tugas dengan baik dan memberikan umpan balik
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan
lanjutan, khusus penerapan pada situasi kompleks dalam kehidupan sehari-hari.
|
Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran Langsung
2.5.
Pembelajaran Kooperatif ( Cooperative
Learning )
Model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan
adanya kelompok – kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai
tingkat kemampuan yang berbeda – beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika
memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
memperhatikan kesetaraan gender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan
kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Tujuan model
pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa
dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan
keterampilan sosial. Pembelajaran kooperatif memiliki unsur – unsur.
Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif tersebut adalah :
1. Saling Ketergantungan Positif
Saling
ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif yang memungkinkan
sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang
optimal. Tiap siswa tergantung pada anggota lainnya karena tiap siswa
mendapat materi yang berbeda atau tugas yang berbeda, oleh karena itu siswa
satu dengan lainnya saling membutuhkan karena jika ada siswa yang tidak dapat
mengerjakan tugas tersebut maka tugas kelompoknya tidak dapat diselesaikan.
2.
Tanggung Jawab Perseorangan
Pembelajaran kooperatif juga ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian individual
tersebut selanjutnya disampaikan guru kepada kelompok agar semua
kelompok dapat mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan
bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan. Karena
tiap siswa mendapat tugas yang berbeda secara otomatis siswa tersebut harus
mempunyai tanggung jawab untuk mengerjakan tugas tersebut karena tugas setiap
anggota kelompok mempunyai tugas yang berbeda sesuai dengan kemampuannya
yang dimiliki setiap individu.
3. Interaksi Tatap Muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling
bertatap muka sehingga mereka dapat melalukan dialog, tidak hanya dengan guru,
tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam ini memungkinkan siswa
dapat saling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih
bervariasi dan ini juga akan lebih memudahkan siswa dalam belajar.
4. Komunikasi antar Anggota Kelompok
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa,
sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani
mempertahan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai
sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi sengaja
diajarkan dalam pembelajaran kooperatif ini. Unsur ini juga menghendaki agar para siswa dibekali dengan berbagai
keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, guru perlu
mengajarkan cara – cara berkomunikasi, karena
tidak semua siswa mempuanyai keahlian mendengarkan dan berbicara.
5. Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi
proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja
sama dengan lebih efektif.
Sintaks dari pembelajaran kooperatif adalah :
1
|
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
|
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai dan memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan
kreatif
|
2
|
Menyajikan informasi
|
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan cara
demonstrasikan atau lewat bahan bacaan
|
3
|
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok
|
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien
|
4
|
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
|
Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas-tugas
|
5
|
Evaluasi
|
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
dipelajari dan juga terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok
|
6
|
Memberi penghargaan
|
Guru mencari cara – cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu
maupun kelompok
|
Tabel 2.2. Sintaks Pembelajaran Kooperatif
2.5.1.
Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division)
Student Team
Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat
orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan
suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan
bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh
siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak
boleh saling membantu.
Keunggulan
dari metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah adanya kerja sama dalam
kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok tergantung keberhasilan individu, sehingga setiap
anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota yang lain. Pembelajaran
kooperatif tipe STAD menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa
untuk saling memotivasi saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna
mencapai prestasi yang maksimal.
STAD
terdiri dari beberapa tahapan dalam pelaksanaannya. Tahap – tahap tersebut
terdiri dari :
1
|
Langkah
1
|
Guru menyampaikan materi
pembelajaran ke siswa secara klasikal
|
2
|
Langkah
2
|
Guru membagi siswa ke dalam
beberapa kelompok (setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa yang heterogen,
baik dari segi kemampuan, agama, jenis kelamin, atau lainnya).
|
3
|
Langkah
3
|
Dilanjutkan diskusi kelompok untuk
penguatan materi (saling bantu membantu untuk memperdalam materi yang sudah
diberikan)
|
4
|
Langkah
4
|
Guru memberikan tes individual,
masing – masing mengerjakan tes tanpa
boleh saling bantu membantu diantara anggota kelompok.
|
5
|
Langkah
5
|
Guru memberi penghargaan pada
kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan individual dari skor dasar
ke skor kuis
|
Tabel 2.3. Tahapan Pembelajaran kooperatif tipe STAD
2.5.2.
Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw (Tim Ahli)
Pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu
kelompok yang bertanggung – jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan
mampu mengajarkan materi tersebut kepada orang lain dalam kelompoknya. Dalam teknik
ini, siswa dapat bekerja sama dengan siswa lainnya dan mempunyai tanggung jawab
lebih dan mempunyai banyak kesempatan pula untuk mengolah informasi yang di
dapat dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan bersosialisasi.
Model pembelajaran seperti ini harus
dioptimalkan karena dapat meningkatkan kemampuan kreatif siswa dan tentunya
meningkatkan prestasi siswa. Di samping itu, pembelajaran ini juga dapat
meningkatkan komunikasi siswa karena berani menyampaikan apa yang telah ia
dapat kepada kelompok lain maupun kelompok sendiri, sehingga siswa yang kurang
percaya diri untuk menyampaikan bisa di latih untuk lebih berani dengan
pembelajaran model ini. Disini,
peran guru adalah memfasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar
mudah untuk memahami materi yang diberikan.
Kunci tipe Jigsaw ini adalah
kemandirian setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang
diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggunga jawab dan kerja sama
yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan
memecahkan masalah yang diberikan.
Langkah – langkah metode pembelajaran tipe Jigsaw ini
adalah :
a.
Guru membagi siswa ke
dalam beberapa kelompok (disebut dengan kelompok asal, setiap kelompok terdiri
dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang heterogen). Setiap anggota kelompok
nantinya diberi tugas untuk memilih dan mempelajari materi yang telah disiapkan
oleh guru.
- Misal 1
kelas: 40 anak
- Ada 5 topik yang akan dipelajari
- Kelompok asal ( 40:5 = 8 kel.)
|
Kelompok
Asal
|
b.
Di kelompok asal, setelah masing-masing
siswa menentukan pilihannya , mereka langsung membentuk kelompok ahli
berdasarkan materi yang dipilih. Ilustrasinya
adalah sebagai berikut:
Kelompok
Asal
|
Kelompok
Ahli
|
Materi A
|
Materi B
|
Materi C
|
Materi D
|
Materi E
|
c.
Setelah
setiap kelompok ahli mempelajari (berdiskusi) tentang materinya masing-masing,
setiap anggota dalam kelompok ahli kembali lagi ke kelompok asal untuk
menjelaskan/menularkan apa-apa yang telah mereka pelajari/diskusikan di
kelompok ahli. Ilustrasinya adalah sebagai berikut:
Kelompok
Asal
|
Kelompok Ahli
|
Materi A
|
Materi B
|
Materi C
|
Materi D
|
Materi E
|
Gambar 2.1. Tahapan Pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw
d.
Dalam
tipe ini peran guru lebih banyak sebagai fasilitator, yaitu memfasilitasi agar
pelaksanaan kegiatan diskusi dalam kelompok ahli maupun penularan dalam
kelompok asal berjalan secara efektif dan optimal.
e.
Setelah
masing-masing anggota dalam kelompok asal selesai menyampaikan apa yang
dipelajari sewaktu dalam kelompok ahli, guru memberikan soal/kuis pada seluruh
siswa. Soal harus dikerjakan secara individual.
Nilai dari pengerjaan kuis individual digunakan sebagai dasar
pemberian nilai penghargaan untuk masing-masing kelompok.
Kelebihan
dan Kekurangan Metode Pembelajaran tipe Jigsaw
Kelebihan:
a.
Ruang lingkup dipenuhi ide – ide yang
bermanfaat dan menarik untuk di diskusikan.
b.
Meningkatkan rasa tanggung – jawab siswa terhadap pemahaman pembelajaran materi untuk
dirinya sendiri dan orang lain.
c.
Meningkatkan kerja sama secara
kooperatif untuk mempelajari materi yang di
tugaskan.
d.
Meningkatkan keterampilan berkomunikasi
dan bersosialisasi untuk pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental
dan emosional para siswa.
e.
Meningkatkan kreatifitas siswa dalam
berpikir kritis dan meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah
yang di hadapi.
f.
Melatih keberanian dan tanggung – jawab
siswa untuk mengajarkan materi yang
telah ia dapat kepada anggota kelompok lain.
Kelemahan:
a.
Kondisi kelas yang cenderung ramai karena perpindahan
siswa dari kelompok satu ke kelompok lain.
b.
Dirasa sulit meyakinkan untuk berdiskusi menyampaikan
materi pada teman jika tidak punya rasa percaya diri.
c.
Kurang partisipasi beberapa siswa yang mungkin masih bergantung
pada teman lain, biasanya terjadi dalam kelompok asal.
d.
Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi,
dan cenderung mengontrol jalannya diskusi.
e.
Awal penggunaan metode ini biasanya sulit
di kendalikan, biasanya butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang agar
berjalan dengan baik.
f.
Aplikasi model pembelajaran ini pada kelas yang besar
(lebih dari 30 siswa) sangatlah sulit. Tapi bisa diatasi dengan model “team teaching”.
2.5.3.
Pembelajaran Kooperatif tipe Investigasi Kelompok ( Group Investigation )
Pembelajaran
kooperatif tipe GI (Group Investigation) didasari oleh gagasan John Dewey tentang
pendidikan yang menyimpulkan bahwa kelas merupakan cermin masyarakat
dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan di dunia
nyata yang bertujuan mengkaji masalah – masalah sosial dan antar
pribadi. Pada dasarnya model ini dirancang untuk membimbing para siswa
mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai hal mengenai masalah
itu, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan menguji hipotesis. Tahapan
– tahapan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif GI adalah sebagai berikut:
a.
Tahap Pengelompokan (Grouping)
Yaitu tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi serta mebentuk
kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang. Pada tahap
ini, yang pertama siswa mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan
kategori – kategori topik
permasalahan kemudian siswa bergabung pada kelompok - kelompok belajar berdasarkan topik yang
mereka pilih atau menarik untuk diselidiki.
b.
Tahap Perencanaan (Planning)
Tahap Planning atau
tahap perencanaan tugas – tugas pembelajaran.
c.
Tahap Penyelidikan (Investigation)
Tahap Investigation,
yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa. Pada tahap ini, siswa
melakukan kegiatan sebagai berikut : pertama siswa mengumpulkan
informasi, menganalisis data dan membuat simpulkan terkait dengan permasalahan
– permasalahan yang diselidiki, kemudian masing – masing anggota
kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok, lalu siswa
saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan
pendapat.
d.
Tahap Pengorganisasian (Organizing)
Yaitu tahap
persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai berikut : pertama anggota
kelompok menentukan pesan – pesan penting dalam proteknya masing – masing, kemudian anggota
kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana
mempresentasikannya, lalu wakil dari masing – masing kelompok membentuk
panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi.
e.
Tahap Presentasi (Presenting)
Tahap presenting yaitu
tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan pembelajaran di kelas pada tahap ini
adalah sebagai berikut : pertama, penyajian kelompok pada
keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian, kelompok yang
tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar, kemudian pendengar
mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap
topik yang disajikan.
f.
Tahap
Evaluasi (Evaluating)
Pada
tahap evaluating atau penilaian proses kerja dan hasil proyek
siswa.
2.5.4.
Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share ( TPS )
Think-Pair – Share merupakan salah satu
tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman dari
Universitas Maryland pada tahun 1985. Think – Pair – Share memberikan
kepada para siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu
sama lain. Sebagai contoh, seorang guru baru saja menyelesaikan suatu sajian
pendek atau para siswa telah selesai membaca suatu tugas. Selanjutnya guru
meminta kepada para siswa untuk menyadari secara serius mengenai apa yang telah
dijelaskan oleh guru atau apa yang telah dibaca. Tahapan pembelajaran
kooperatif tipe Think – Pair – Share adalah sebagai berikut :
a. Berpikir (Think)
: Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa
diberi waktu untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri.
b. Berpasangan (Pair)
: Guru meminta para siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang
telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban
bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika
suatu isu khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih
dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
c. Berbagi (Share)
: Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan – pasangan tersebut untuk
berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang
telah mereka bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru
berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat
atau setengah dari pasangan – pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.
2.6. Pengajaran
berdasarkan masalah ( Problem Based
Instruction )
Pengajaran
berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan
berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual ; belajar berbagai
peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau
stimulasi dan lain : realistis sesuai kehidupan manusia, konsep sesuai dengan
kebutuhan siswa, memupuk sifat inkuiri siswa, retensi konsep menjadi kuat,
memupuk kemampuan memecahkan masalah. Keterbatasan model ini antara lain :
1.
Persiapan pembelajaran kompleks
2.
Sulit mencari problem yang relevan
3.
Terjadi miss konsepsi
4.
Memerlukan waktu yang lama
Kelebihan Pembelajaran Berdasarkan
Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.
1. Mengembangkan pemikiran kritis
dan keterampilan kreatif
2. Meningkatkan kemampuan memecahkan
masalah
3. Meningkatkan motivasi siswa dalam
belajar
4. Membantu siswa belajar untuk
mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
5. Dapat mendorong siswa / mahasiswa
mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandiri
6. Mendorong kreativitas siswa dalam
pengungkapan penyelidikan masalah yang telah ia lakukan
7.
Dengan adanya pembelajaran berdasarkan masalah akan terjadi pembelajaran
bermakna.
8. Dalam situasi pembelajaran
berdasarkan masalah, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan
ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
9. PBM dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa / mahasiswa dalam bekerja,
motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja
kelompok.
Langkah – langkah Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Fase
|
Indikator
|
Kegiatan
Guru
|
1
|
Orientasi
siswa kepada masalah
|
Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan,
memotivasi siswa terlibat aktif dan kreatif dalam aktivitas pemecahan masalah
yang dipilihnya
|
2
|
Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
|
Guru
membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut
|
3
|
Membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok
|
Guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
|
4
|
Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya
|
Guru
membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya
|
5
|
Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
|
Guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
|
Tabel 2.4. Tahapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
2.7.
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Pendekatan kontekstual (Contextual
Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi
pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Pembelajaran kontekstual memiliki 5
elemen belajar yang konstrutivistik yaitu :
1.
Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
2.
Pemerolehan pengetahuam yang baru
3.
Pemahaman pengetahuan
4.
Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman
5.
Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan
pengetahuan tersebut
Secara garis besar langkah – langkah
penerapan pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut :
1.
Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan
belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2.
Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan
inkuiri untuk semua topik
3.
Mengembangkan sifat ingin tahu siswa
dengan bertanya
4.
Menciptakan masyarakat belajar / belajar
berkelompok
5.
Menghasilkan model sebagai contoh
pembelajaran
6.
Melakukan refleksi di akhir pertemuan
7.
Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan
berbagai cara
Komponen-komponen dari CTL (Contextual Teaching and Learning) antara
lain :
1. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme (Constructivism) adalah
proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa
berdasarkan pengalaman. Menurut pengembang filsafat konstruktivisme Mark
Baldawin dan diperdalam oleh Jean Piaget menganggap bahwa pengetahuan itu
terbentuk bukan hannya dari objek semata, tetapi juga dari kemampuan individu
sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya.
Landasan pembelajaran ini adalah
bahwa siswa membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar
pada pengetahuan awal. Pembelajaran harus dikemas menjadi proses
“mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan. Oleh karena itu guru harus
memfasilitasi proses tersebut dengan :
·
Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa
·
Memberi kesempatan siswa menemukan dan menetapkan
idenya sendiri
·
Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka
sendiri dalam belajar
2. Menemukan (Inquiry)
Menemukan (Inquiry) adalah
proses pembelajaran didasarkan pada pencapaian dan penemuan melalui proses
berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari
mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dalam model inquiry dapat
dilakukan melalui beberapa langkah sistematis, yaitu :
a. Merumuskan masalah.
b. Mengajukan hipotesis.
c. Mengumpulkan data.
d. Menguji hipotesis berdasarkan data yang dikumpulkan.
e. Membuat kesimpulan.
Langkah – langkah kegiatan inquiri
adalah sebagai berikut :
v Merumuskan masalah
v Mengamati atau melakukan observasi
v Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan,
gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lainnya
v Mongkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada
pembaca, teman sekelas, guru maupun audiens yang lain
3. Bertanya (Quesrioning)
Belajar pada hakekatnya adalah
bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi
dari keingin tahuan setiap individu. Sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan
kemampuan seseorang dalam berpikir.
Dalam pembelajaran yang produktif,
kegiatan bertanya berguna untuk :
a.
Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam
penguasaan materi pelajaran.
b.
Mengecek
pemahaman siswa
c.
Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar
d.
Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu.
e.
Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang
diinginkan.
f.
Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan
sendiri.
g.
Menggali pemahaman siswa.
h.
Menyegarkan
kembali pengetahuan siswa
i.
Membangkitkan
respon kepada siswa
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar (Learning
Community) dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh
melalui kerja sama dengan orang lain. Kerja sama itu dapat dilakukan dalam
berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam
lingkungan yang terjadi secara alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh dari
hasil sharing dengan orang lain, antarteman atau antarkelompok; yang sudah tahu
memberi tahu kepada yang belum tahu atau yang pernah memiliki pengalaman
membagi pengalamannya kepada orang lain. Inilah hakekat dari masyarakat belajar
yaitu masyarakat yang saling membagi.
5. Pemodelan (Modeling)
Yang dimaksud dengan modeling adalah
proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat
ditiru oleh setiap siswa. Proses modeling tidak sebatas dari
guru saja, akan tetapi dapat juga memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki
kemampuan. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam
pembelajaran CTL sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari
pembelajaran yang teoristis – abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya
verbalisme. Guru atau ahli lain dapat menjadi model bagi siswa dalam belajar.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi (Reflection) adalah
cara berpikir tentang apa yang baru di pelajari atau berpikir ke belakang
tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Refleksi merupakan respon
terhadap kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang baru di terima. Melalui
proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif
siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya.
Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses, sehingga refleksi diperlukan
pada akhir proses. Realisasinya adalah :
·
Pernyataan langsung tentang apa – apa yang
diperolehnya hari itu
·
Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu
7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)
Penilaian nyata (Authentic
Assessment) adalah proses yang dilakukan oleh guru untuk mengumpulkan
informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan oleh siswa. Penilaian ini
dilakukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak; apakah
pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan
baik intelektual maupun mental siswa. Penilaian yang autentik dilakukan secara
terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara
terus-menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu,
tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar.
Karakteristik penilaian autentik :
Ø Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran
Ø Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif
Ø Yang diukur keterampilan dan performansi bukan
mengingat fakta
Ø Berkesinambungan
Ø Terintegrasi
Ø Dapat digunakan sebagai feedback
BAB III
PENUTUP
Penggunaan model
pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap
pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas,
memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan
siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik. Tiap – tiap model
pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit
berbeda.
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kelompok – kelompok. Tujuan model pembelajaran kooperatif
adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai
keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
Pembelajaran Kooperatif memiliki beberapa tipe
diantaranya :
Ø Tipe Jigsaw (Tim
Ahli)
Ø Tipe
Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Ø Tipe STAD
(Student Team Achievement Division)
Ø Tipe Think
Pair Share (TPS)
Pengajaran berbasis
masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir,
pemecahan masalah dan keterampilan intelektual ; belajar berbagai peran orang
dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau stimulasi dan lain
: realistis sesuai kehidupan manusia, konsep sesuai dengan kebutuhan siswa,
memupuk sifat inkuiri siswa, retensi konsep menjadi kuat, memupuk kemampuan
memecahkan masalah.
Pendekatan kontekstual (Contextual
Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, C. Asri, DR. 2005. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Ferdian, Adi. 2013. Modul Belajar dan Pembelajaran. Palangkaraya : Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Grup
Sumiati dan Asra.
2009. Metode Pembelajaran. Bandung :
CV Wacana Prima.
Trianto
. 2007. Model – Model
Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka
Tim Dosen .
2015. Psikologi Pendidikan. Medan :
Unimed Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar