A A B
A a b
B
b
Gambar 1: gen-gen a,B,b letaknya
lepas satu sama lainnya dalam kromosom (I).
Pada
lalat buah drosophila sampai sekarang telah diketahui kira-kira 5000
gen, sedangkan
lalat ini hanya memiliki 4 pasang kromosom saja, yang sepasang bahkan kecil sekali menyerupai dua buah
titik. Berhubung dengan itu, maka pada sebuah kromosom tidak terdapat sebuah
gen saja melainkan puluhan bahkan ratusan gen-gen. Peristiwa bahwa beberapa gen
bukan alel terdapat pada suatu kromosom yang sama dinamakan berangkai (dalam
bahasa inggris: "linkage"). Gen-gennya dinamakan gen-gen terangkai.
Orang ke dua
yang sangat berjasa dalam ilmu Genetika setelah Mendel ialah Thomas Hunt Morgan
(1866-1945). Morgan dan kawan-kawan lama sekali mengadakan penelitian pada
lalat Drosophil dan akhirnya
dinyatakan bahwa gen-gen alel-alelnya yang terletak pada sepasang kromosom
homolok berkelompok, yang dinamakan kelompok
berangkai (dalam bahasa inggris: “linkage group”). Dari hasil penyelidikan
pada berbagai macam makhluk lainnya dapat diambil kesimpulan bahwa banyaknya
kelompok berangkai pada suatu individu itu ekuivalen dengan jumlah kromosom
haploid dari individu yang bersangkutan .Misalnya pada jagung (Zea
mays, n=10) terdapat 10 kelompok berangkai, pada ercis (Pisum
sativun, n=7) terdapat 7 kelompok berangkai, pada lalat Drosophi (n= 4) terdapat 4 kelompok
berangkai, pada manusia (n= 23) terdapat 23 kelompok berangkai.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
PAUTAN DAN PINDAH SILANG
Drosophila hanya
mempunyai 4 pasang kromosom, kacang
ercis hanya
mempunyai 7 pasang, manusia hanya mempunyai 23 pasang kromosom dan demikian
pula spesies lain mempunyai jumlah
pasangan kromosom yang terbatas. Tetapi jumlah gen pada kebanyakan
organisme dapat berpuluh-puluh,
beratus-ratus, bahkan beribu-ribu, dan
melebihi jumlah pasangan kromosom yang
jarang
sekali mencapai 100 buah. Semua gen bertempat pada kromosom, jadi setiap kromosom
harus mengandung banyak gen-gen. sedangkan gen-gen yang terletak pada kromosom yang sama itu tidak
diturunkan secara bebas, karena yang bersegregasi secara bebas. pada meiosis ialah
kromosom yang utuh. maka hanya gen-gen yang
terletak
pada kromosom-krornosom yang berlainanlah yang dapat bersegregasi secara bebas.
Pada waktu Mendel mengadakan penyilangan
dihibrida dan merumuskan hukumnya yang ke II, ia sama sekali belum
mengetahui apa-apa tentang adanya
kromosom. Kebetulan pula kedua pasang
gen yang dipakai dalam eksperimennya
itu masing-masing terletak pada 2 kromosom yang berlainan. Andaikan kedua pasang sifat yang digunakannya itu tidak
terletak pada kromosom yang berlainan,
melainkan melainkan pada satu kromosom yang sama, maka Mendel pasti tidak akan memperoleh rasio fenotipik
: 9 : 3 : 3 : I pada F2, dan hukum Pemisahan Bebas sudah tentu tidak berraku. Hal ini dapat dimengerti mengingat
bahwa 2 gen yang terletak pada kromospm yang sama, tidak dapat bersegregasi
dengan bebas dan cenderung untuk dituurnkan bersama. Dikatakan
bahwa antara kedua gen tersebut ada pautan (ulinkage").
Kekuatan pautan ini tergantung dari jarak antara gen-gen pautan itu.
Umpama : gen-gen A, B dan C dengan jarak sebagai
berikut : terletak pada kromosom yang sama dengan jarak sebagai berikut:
A B C
Maka
kekuatan pautan antara A - B iarah 2 kali lebih erat dari pada B - C, dan 3x
lebih erat dari pada A-C. Penemuan oleh Morgan
ini menyebabkan timbulnya
teori susunan linier dari gen pada
kromosom dan konstruksi pada peta genetik
atau peta pautan.
Untuk
mengetahui ada atau tidaknya pautan antara 2 gen, harus diadakan percobaan uji
silang, yaitu suatu persilangan yang menggunakan genotipe yang homozigotik
resesif. Bila kedua gen tersebut memang terpaut satu dengan yang lain maka
rekombinasi parental pasti melampaui 50%, sedangkan rekombinasi akan lebih
kecil dari 50% dari hasil total. Besar persentase rekombinasi menunukkan kuat
lemahnya pautan antara gen-gen pada kromosom yang sama, sehingga menunjukkan
pula jarak antara kedua gen tersebut. rekombinasi
antara gen-gen dapat terjadi karena adanya pindah silang yang diikuti oleh
patahnya dan melekatnya kembali kromatida-kromatida sewaktu profase dalam
pembelahan meiosis.
Untuk mengetahui
apakah dua gen terletak pada satu kromos yang sama, rnarilah
kita lihat contoh rlji silang
yang berikut ini : pada jagung, biji yang berwarna disebabkan oleh
adanya gen c yang dominan terhadap c
yang menyebabkan biji tak berwarna. Biji
yang tak keriput disebabkan karena adanya gen S yang dominan terhadap biji
keriput, s varietas jagung yang bijinya
berwarna dan tak keriput disilangkan
dengan varietas yang tak berwarna dan keriput. Kemudian Fl-nya diuji silang.
Pautan
pindah silang antara kromosom-kromosom jagung yang membawa gen-gen untuk biji
berwarna dan tak berwarna, keriput dan tak keriput.
Kita
perhatikan selanjutnya rasio
fenotipik F2 (Gambar 1).
Fcnotipe
F2 : berwarna, tak keriput 4.032
tak berwarna, keriput 4.035
berwarna, keriput 149
tak berwarna, tak keriput 152
Jumlah 8.368
-
|
Rasio fenotipe F2 menunjukkan bahwa kombinasi parental berwarna, tak keriput dan tak berwarna,
keriput), jauh lebih besar jumlahnya dibandingkan
dengan rekombinasi (berwarna,
keriput dan tak berwarna, tak
keriput). Bila c dan s tak terpaut satu dengan yang lain (bebas; maka hasil uji
silang seharusnya memberikan rasio fenotifik I : I : 1 : I atau Kombinasi parental =
Rekombinasi = 50% tetapi dalam hal ini:
|
Kombinasi
parental : 4,032
|
|
4,035
8,067 ialah 8,067/8,368 × 100% =
96,4%
|
Rekombinasi C
S 149
|
c s
152
301
ialah 301/8,368 × 100% = 3,6%
Kombinasi
parental lebih besar dari 50%, berarti
bahwa gen c dan s terletak pada satu
kromosom yang sama, demikian pula c dan s. Rekombinasi sebanyak
36% menunjukkan frekuensi pindah
silang antara kromatid-kromarid
yang terjadi pada waktu pembelahan meiosis.
Dalam penggambaran peta genetis, l% rekombinasi disamakan dengan
1 unit peta atau 1 Morgan jadi Rekombinasi 3,6% yang didapat tadi menunjukkan bahwa
jarak antara kedua gen c dan s ialah 3,6 satuan peta.
C S
3,6
– s-p
Dengan
menguji silang sifat-sifar baru yang ditemukan dengan sifat-sifat yang
sudah diketahui rbtaknya pada kromosom, maka dapAt dikonstruksi peta genetik atau peta pautan suatu
organisme. Ternyata jarak yang
didapatkan dari persen rekombinasi tidak
selalu cocok dengan jarak yang
sebenarnya dari gen-gen pada peta sitologis Ini disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain : pada
daerah-daerah dekat contromer dan ujung-ujung dari kromosom kurang terjadi crossing over dibandingkan dengan daerah-daerah ditengah-tengah lengan.
Pada Drosophila janatan sama sekali tak
terjadi crossing over, yang
sebab-sebabnya tak diketahui,
sedangkan pada hewan-hewan jantin lainnya
terjadi seperti pada yang betina.
Orang ke dua yang sangat berjasa dalam ilmu Genetika
setelah Mendel ialah Thomas Hunt Morgan (1866-1945). Morgan dan kawan-kawan
lama sekali mengadakan penelitian pada lalat Drosophil dan akhirnya dinyatakan bahwa gen-gen alel-alelnya yang
terletak pada sepasang kromosom homolok berkelompok, yang dinamakan kelompok berangkai (dalam bahasa
inggris: “linkage group”). Dari hasil penyelidikan pada berbagai macam makhluk
lainnya dapat diambil kesimpulan bahwa banyaknya kelompok berangkai pada suatu
individu itu ekuivalen dengan jumlah kromosom haploid dari individu yang
bersangkutan .Misalnya pada jagung (Zea mays, n=10) terdapat 10
kelompok berangkai, pada ercis (Pisum sativun, n=7) terdapat 7
kelompok berangkai, pada lalat Drosophi (n=
4) terdapat 4 kelompok berangkai, pada manusia (n= 23) terdapat 23 kelompok
berangkai
Peristiwa berangkai tumbuh-tumbuhan
unyuk pertama kali diketahui oleh G.N. couinl dan J.H. Kelompok dalam tahun
1911 pada tanaman jagung. Dikatakan bahwa gen (wx) untuk ,endosperm berlilin
itu terangkai dengan gen (c) untuk warna aleuron (lapisan sel terluar dari
endosperm). Kemudian diketahui bahwa pada makhluk lain (termasuk manusia) dapat
dijumpai adanya peristiwa berangkai.
Untuk membedakan
apakah gen-gen letaknya terpisah
ataukah terangkai pada kromosom yang sama, maka diadakan perbedaan dalam Cara
penulisan genotip suatu individu. Marilah kita ambil sebagai contoh suatu
dihibrid dengan menggunakan pasangan gen A dengan a dan B dengan b.
Apabila gen-gen tersebut letaknya
terpisah (artinya tidak terangkai ), sehingga memisah secara bebas diwaktu
meiose, maka genotip dihibrid itu ditulis seperti yang lazim kita kenal, yaiti
AaBb.
Akan
tetapi andikan gen-gen itu terangkai, maka ada 2 kemungkinan:
1.
Gen-gen
dominan terangkai pada suatu kromosom,
sedang alel-alenya resesip terangkai
pada kromosom homolognya. Ada beberapa
cara untuk menulis genotipnya, ialah:
(AB) (ab),AB/ab,AB:ab AB ,
AB .
ab ab
Gen-gen yang terangkai secara demikian, dikatakan bahwa
gen-gen terangkai dalam keadaan “coupling
phase ” atau gen-gen mempunyai susun “sis”
2.
Gen dominan terangkai
dengan gen resesip yang bukan alelnya pada satu kromosom, sedang alel resesip dari gen pertama den alel
dominan dari gen ke dua terangkai pada
kromosomnya homolognya. Ada beberapa cara untuk menulis genotipnya, ialah:
(Ab)(aB),
Ab/aB,
Ab:aB, Ab Ab
.
aB ’ aB
Gen-gen yang terangkai
secara demikian, dikatakan
bahwa gen-gen terangkai
dalam keadaan "repulsion phase" atua gen-gen
mempunyai susunan "trans". Sekarang yang
resmi adalah cara penulisan yang
terakhir Ab . aB
Rangkai sempurna
Apabilap gan-gen yang berdekatan satu dengan lain,
maka meiose selama gen-gen tidak mengalami perubahan letak, sehingga gen-gen itu
bersema-sama menuju ke
gamet.
Contoh:
pada lalat Drosophila dekenal
gen-gen yang terangkai, yaitu :
Cu
= gen untuk
sayap normal
cu
= gen untuk sayap keriput
(lalat tak dapat terbang)
Sr
= gen untuk dada polos (normal)
sr
=
SCn untuk dada bergaris-garis
Lalat dihibrid dengan fenotip sayap normal dada normal
ada kemungkinan mempunyai dua
macam genotip, ialah:
Cu
Sr (gen-gen terangkai dalam susunan sis)
cu
sr
Cu
sr (gen-gen terangkai dalam
susunan trans)
Marilah kita tinjau dua kemungkinan itu
1.
Gen-gen terangkai sempurna dalam susunan sis.
Misalnya lalat jantan sayap
keriput dada bergaris-geiis cu
sr
cu
sr
dikawinkan dengan
lalat betina sayap normal (baik sayap maupun dadanya) tetapi heterozigotik
Cu Sr
. Oleh karena gen-gennya terangkai.
cu sr
sempurna,
maka lalat dihibrid F1
ini akan membentukdua macam gemet saja, ialah gemat (Cu Sr) dan gemet
(cu sr). Berhubungan dengan itu, maka apabila lalat-lalat F1 ini dibiarkan kawin sesamanya akan didapatkan
lalat-lalat F2 dengan
perbandingan = 3 lalat normal : 1 lalat sayap keriput pada garis-garis (Gb.
X-2). Perbandingan ini jelas menyimpang dari prinsip mendel, sebab andaikan
gen-gen itu tidak terangkai, maka perkawinan dihibrid menghasilkan kturunan dengan perbandingan 9:3:3:1.
P X
Sayap normal Sayap keriput
Dada normal Dada bergaris-garis
F1 ( Gen-gen dalam susunan sis )
Sayap
normal
Dada
normal
F2
|
Cu Sr
|
Cu sr
Tidak ada
|
cu Sr
Tidak ada
|
cu sr
|
Cu Sr
|
Sayap normal
Dada normal
|
-
|
-
|
Sayap normal
Dada normal
|
Cu sr
Tidak ada
|
-
|
-
|
-
|
-
|
cu Sr
Tidak ada
|
-
|
-
|
-
|
-
|
cu sr
|
Sayap normal
Dada normal
|
|
|
Sayap keriput, dada bergaris-garis
|
Diagram perkawinan pada lalat Drosophila dimana gen-gen
terangkai sempurna dengan susunan sis pada dihibridnnya. Berhubung dengan itu
perkawinan dihibrid menghasilkan
keturunan dengan perbandingan fenotip 3:0:0:1 atau disingkat 3:1.
2. Gen-gen terangkai sempurna dalam susunan trans
Misalnya
lalat jantansayap keriput dada normal homozigotik ( ) dikawinkan dengan lalat betina
sayap normal homozigotik dada bergaris-garis ( ).
Lalat – lalat F1 tentunya normal ( baik sayap maupun dadanya) tetapi heterozigotik ( ). Oleh karena gen-gennya terangkai
sempurna, maka lalat dihibrid F1 ini akan membentuk dua macam gamet saja, ialah
gamet ( Cu sr ) dan gamet ( cu Sr ). Bila lalat-lalat f1 ini dibiarkan kawin
sesamanya akan didapatkan lalat-lalat F2 dengan perbandingan = 2 lalat normal :
1 lalat sayap normal dada bergaris-garis : 1 lalat sayap keriput dada normal.
Jadi disini terdapat tiga kelas fenotip, lalat yang dobel resesif tidak
dijumpai sama sekali. Perbandingan lalat-lalat F2 sebagai hasil perkawinan
dihibrid inipun jelas menyimpang dari prinsip mendel.
Setelah
kita mempelajari dua macam perkawinan tersebut di atas jelaslah bahwa pada
peristiwa berangkai, keturunan dari perkawinan dihibrid ternyata menyimpang
dari prinsip mendel.
P X
Sayap normal Sayap keriput
Dada bergaris-garis Dada bergaris-garis
F1 ( Gen-gen dalam susunan trans )
Sayap
normal
Dada
normal
F2
|
Cu Sr
Tidak ada
|
Cu sr
|
cu Sr
|
cu sr
Tidak ada
|
Cu Sr
Tidak ada
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Cu sr
|
-
|
Sayap normal
Dada
bergaris-garis
|
Sayap normal
Dada normal
|
-
|
cu Sr
|
-
|
Sayap normal
Dada normal
|
Sayap keriput
Dada normal
|
-
|
cu sr
Tidak ada
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Diagram perkawinan pada lalt
Drosophila dimana gen-gen terngkai sempurna dengan susunan trans pada
dihibridnya. Berhubung dengan itu perkawinan dihibrid menghasilkan keturunan
dengan perbandingan fenotip 2:1:1:0 atau 2:1:1.
Rangkai tidak sempurna
Gen-gen
yang terangkai pada satu kromosom biasanya letaknya tidak berdekatan satu
dengan yang lainnya, sehingga gen-gen itu dapat mengalami perubahan letak yang
disebabkan karena ada penukaran segmen dari kromatid-kromatid pada sepasang
kromosom homolog, peristiwa mana disebut pindah silang (dalam bahasa inggris:
“crossing over”)
Contoh: Pada tanaman ercis (Pisum sativum) dikenal gen-gen
terangkai, ialah:
+ ( = Pengganti huruf besar M) = gen untuk warna ungu pada
bunga
m = gen untuk warna merah pada bunga
+ (= Pengganti huruf besar B) = gen untuk serbuk sari
panjang
B= gen untuk serbuk sari bulat
Tanaman
ercis dihibrid tentunya mempunyai dua kemungkinan genotip:
( Gen-gen terangkai sis ) = bunga ungu, serbuk
sari panjang
( Gen- gen terangkai trans ) = bunga ungu,
serbuk sari panjang
1.
Gen-gen terangkai tak sempurna dalam
susunan cis
Misalnya tanaman ercis berbunga
merah, serbuk sari bulat ( ) dikawinkan dengan tanaman berbunga
ungu, serbuk sari panjang homozigotik ( ). Tanaman F1 berbunga ungu, serbuk
sari panjang heterozigotik ( ). Jika tanaman f1 ini diujisilangkan
(ditestcross), di dapatkan sekumpulan tanaman F2 yang terdiri dari :
192 tanaman berbunga ungu, serbuk sari panjang
23 tanaman berbunga ungu, serbuk sari bulat
30 tanaman berbunga merah, serbuk sari panjang
182 tanaman berbunga merah, serbuk sari bulat
Hasil
uji silang ini cukup mengherankan, karena tidak memperlihatkan perbandingan
1:1:1:1 seperti yang lazim kita peroleh pada waktu melakukan uji silang pada
dihibrid. Ini disebabkan akibat terjadinya pindah silang gen-gennya ( yaitu
gamet + + dan gamet m b) dibentuk paling
banyak, sebaliknya gamet-gamet yang gen-gennya mengalami pindah silang ( yaitu
gamet + b dan m + ) dibentuk sedikit, sehingga menghasilkan keturunan sedikit
pula.
P1 X
Ungu, panjang Merah, bulat
F1
Ungu,
panjang
Uji silang : x
Ungu, panjang Merah, bulat
F2 Genotip Fenotip Banyaknya Frekuensi Tipe
Ungu,
panjang 192 0,4496 Parental
Ungu,
bulat 23 0,0538 Rekombinasi
Merah,
panjang 30 0,0702 Rekombinasi
Merah,
bulat 182 0,4262 Parental
Jumlah 427 1,0000
Uji silang
pada tanaman ercis dihibrid, dimana gen-gen terangkai tidak sempurna dan
tersusun dalam keadaan sis. Hasil uji silang memperlihatkan perbandingan
n:1:1:n.
Apabila kita perhatikan baik-baik, maka hasil
ujisilang yang jumlahnya banyak, mempunyai fenotip seperti tanaman parental.
Karena itu hasil yang jumlahnya banyak dinamakan tipe parental. Tanaman-tanaman yang jumlahnya sedikit
adalah hasil adanya pindah silang gen-gen dan tanam-tanaman ini mempunyai
fenotip yang baru sama sekali, artinya fenotip ini tidak terdapat pada tanaman
parental maupun pada tanaman dihidridnya. Berhubung dengan itu hasil uji silang
yang jumlahnya sedikit sebagai akibat adanya pindah silang gen-gen dinamakan
tipe rekombinasi.
Besarnya
presentasi rekombinasi pada contoh di atas
= x 100% = 12,41
% . Jadi tipe parentalnya = 100% - 12,41% = 87,59%.
Jika hasil uji silang yang jumlahnya banyak
dinyatakan dengan n, sedang yang jumlahnya
sedikit dinyatakan dengan 1, maka hasil uji silang pada dihibrid dimana gen-gen
nya terangkai tak sempurna dan berada dalam keadaan sis akan memperlihatkan
perbandingan n:1:1:n.
2. Gen-gen terangkai tak sempurna dalam susunan trans
Misalnya tanaman ercis berbunga merah,
serbuk sari panjang homozigotik ( ) dikawinkan
dengan tanaman berbunga ungu homozigotik, serbuk sari bulat ( ). Tanaman F1
berbunga ungu, serbuk sari panjang heterozigotik ( ),. Jika
tanaman F1 ini diuji silangkan, Didapatkan sekumpulan
tanaman F2 yang terdiri dari :
·
192 tanaman berbunga
ungu, serbuk sari panjang
·
23tanaman berbunga
merah, serbuk sari panjang
·
30 tanaman berbunga
merah, serbuk sari panjang
·
182 tanaman berbunga
merah, serbuk sari bulat
Hasil
uji silang ini cukup mengherankan, karena tidak memperlihatkan perbandingan
1:1:1:1 seperti yang lazim kita peroleh pada waktu melakukan ujjisilang pada
dihibrid. Ini disebabakan akibat terjadinya pindah silang gen-gen pada tanaman
dihibrid. Gamet-gamet yang tidak mengalami pindah silang gen-gennya (yaitu
gamet + + dan gamet m b) dibentuk paling banyak, sebaliknya gamet-gamet yang
gennya mengalammi pindah silang (yaitu gamet + b dan m+) dibentuk sedikit
sehingga mengalami keturunan sedikit pula.
Gambar 2: uji
silang pada tanaman ercis dihibrid, dimana gen-gen terangkai tidak sempurna
tersusun dalam keadaan sis. Hasil uji silang memperlihatkan perbandingan
n:1:1:n.
2.2 DASAR
SITOLOGIS PINDAII SILANG
Sewaktu pernbelahan meiosis masing-masing kromosom mengalami
duplikasi dan membentuk
z kromatida; kromosom-kromosom homolog bersinapsis dan pindah
silang terjadi antara 2
kromatid yang tak sejenis. Proses yang terakhir
ini meriputi pematahan dan penyambungan
kembali kedua kromatida yang pindah silang itu, sedangkan yang dua
lainnya (yang terluar) tak
mengalami perubahan. Di bawah ini adalah
digambarkan pindah silang yang terjadi
antara loci A dan B.
Gambar 2: Sinapsis dan Pindah Silang
2.3 PEMETAAN KROMOSOM
Peta kromosom
ialah gambar skema sebuah kromosom yang dinyatakan sebagai sebuah garis lurus
dimana diperlihatkan lokus setiap gen yang terletak pada kromosom itu sentomer
dari kromosom biasanya dianggap sebagai
pangkal, maka diberi tanda 0 (angka nol). Pada lokus setiap gen dibubuhkan angka yang menunjukkan jarak antara gen itu dengan
sentromer atau jarak antara satu gen dengan yang lain
(Gambar x-). Jarak itu diberi ukuran unit dan I unit = l % pindah silang.
Misalnya pada
lokus gen p tertulis angka 6,2.
Ini berarti bahwa jarak antara
sentromer ke gen p ialah 6,2 unit.
Pada lokus gen q tertulis.
6,2 10
0 p q
Gambar:
Contoh peta kromosom
angka l0 berarti bahwa jarak antara sentromer dengan gen q
ialah 10 unit. Dengan sendirinya dapat diketahui jarak antara gen p dan q ialah
10-6,2= 3,8 unit. Jarak antara gen p,dan
gen q disebut jarak peta. peta krornosom tanpa menunjukkan letak
sentromer dinamakan peta relatipe.
Misalnya:
13 17,7 26,2
r s t
Gambar
di atas memperlihatkan peta relatip.
Jarak antara gen r - s : 4,7 unit; s-t = 8,5unit; r-t: 13,2 unit. Sekarang
sudah dapat dibuat peta kromosom (walaupun belum lengkap) dari lalat Droshophila tanaman tertentu seperti seperti jagung, hewan ternak dan manusia. Saat
dimulainya pembuatan peta peta kromosom
dilakukan pada tahun 1920 oleh
para ahli genetika Drisophila seperti
T.H Morgan, C.B. Bridges dan A.H. Strutevan.
Mernbuat peta
kromosom dengan gen rangkap tiga
Di muka
telah diketahui bahwa dengan
menggunakan crua gen yang rerangkai,
adanya pindah s'ang ganda tidak dapat diketahui dari
keturunan hasil uji silang. Berhubung dengna itu untuk membuat peta
kromosom seyogyanya kita menggunakan gen rangkap tiga diwaktu dilakukan uji silang
(dalam bahasa inggris: three-point cross).
Contohnya sebagai berikut:
Mula-mula kita mengawinkan lalat
drosophila betina homozigotik untuk gen-gen resesip cu(sayap berlekuk), sr
(tubuh bergaris) dan e (tubbuh hitam) dengan lalat jantan tipe liar (normal)
homozigotik, yaitu Cu (sayap lurus), Sr (tubuh tak bergaris) dan E (tubuh
normal).
Gen-gen tersebut terdapat pada
krosom no.III. lalat-lalat betina F1 (yang berbentuk trihibrid) kemudian diuji
silang dengan lalat-lalat jantan yang sama sekali reseseip, yaitu sayap
berlekuk, tubuh bergaris, tubuh hitam. hasilnya berupa lalat-lalat F2 yang
dapat dilihat pada gambar.
Setelah
kita mendapatkan lalat-lalat F2 sebagai hasil ujisilang itu, kita mengambil
langkah sebagai berikut:
1)
Tetapkan genotip-genotip
parental dengan jalan:
a)
Jika mungkin
mengadakan rekonstruksi perkawinan lalat-lalat parental
b)
Memperhatikan kelas
fenotip yang paling banyak dalam keturunana. Akan tetapi cara ini tidak cermat
untuk
Gambar
3 : uji silang
pada lalat Drosophila dengan gen rangkap tiga
Menetapkan
genotip-genotip parental. Hanya berguna apabila data tentang parentalnya tidak
diketahui.
2)
Tetapkanlah
tipe-tipe rekombinasi yang dihasilkan
oleh adanya pindah silang ganda. Tipe-tipe ini ditandai oleh kelas-kelas
fenotip yang paling sedikit.
Kemudian kita tetapkan urutan letak gen yang sebenarnya, dengan
membandingkan genotip tipe-tipe parental dengan genotip tipe-tipe
rekombinan hasil pindah silang ganda. Tentu ada satu gen yang ber beda dan gen
inilah yang sebenarnya letak ditengah.
Pada contoh ini Cu Sr E dan cu sr e merupakan tipe-tipe parental.
Tipe-tipe rekombinasi hasil
pindah silang ganda adalah Cu sr E dan
cu Sr e. Disini nampak bahwa letak
gen sr pada tipe rekombinasi berbeda dengan pada tipe parental. Berhubung dengan itu gen sr
letaknya di tengah, yaitu diantara gen cu dan e urutan letak gen yang
benar iarah cu sr e atau e sr cu.
Pada contoh ini kebetulan
urutan letak gen itu sudah benar.
3) Setelah
urutan letak gen yang sebenarnya
diketahui, maka dicari jarak peta antara gen-gen tersebut.
Pindah silang (disingkat: ps) antara gen cu dan sr menghasilkan
kelas fenotip 3,4,7 dan 8. Jumlah tipe rekombinasi dari kelas-keias ini ialah 1O7 + 97 + I + 2 = 207. Karena itu ps antara
cu dan sr = 207/1926 = l0,7%
Ps antara
gen sr dan e menghasilkan kelas fenotip 5,6,7
dan 8. Jumlah tipe rekombinasi dari kelas-kelas
ini iaiah 86 + 94 + 1+ 2 = 183.
Karena itu Ps antara sr dan e = 183/1926 = 9,50%.
Jadi : jarak antara gen cu –sr = 0,75 unit
jarak antara gen sr –e = 9,50
unit
4)
Gambar peta
kromosom relatip adalah sebagai berikut:
Cu 10,75 sr 9,50 e
Kita tidak melukiskan letak gen-gen
itu sesungguhnya, karena tidak sisebutkan tenrang letak titik 0 (sentromer),
sehingga jarak salah satu gen itu dari sentromer pun tidak diketahui. Untuk
mendapatkan letak titik 0 diperlukan percobaan-percobaan dengan ribuan macam
perkawinan.
Penggunaan gen rangkap tiga ini
hanya akan bermanfaat apabila letak gen satu dengan yang terangkai tidak
terlalu dekat sehingga masih dimungkinkan berlangsung pindah silang ganda. Para
ahli genetika Drosophila telah
menetapkan bahwa batas minimum itu adadalh 10 unit, jadi apabila jarak antara
satu gen dengan lainnya kurang dari 10 unit, maka tidak akan terjadi pindah
silang ganda.
Biasanya untuk pembuatan peta genetis Drosophila dipergunakan “three point test cross”, yang menggunakan 3 gen
pada kromosom yang sama, bila jarak antara gen-gen tersebut lebii dari l0 unit. Karena dalam hal ini
dapat terjadi "double crossing
overo (Gambar 3).
Contoh :
Pada Drosophilla: b :
tubuh black )
vg=
sayap vestigial) pada kromsom II
cn
= rnata cinnabar)
|
Lalat
betina brack-cinnabar-vestigiar disirangften dengan jantan normal, kemudian Fl
betina yang heterozigotik ditest cross
dengan jantan black-cinnabar-vestigial. Hasilnya sebagai berikut + + + Normal 332
|
b cn vg Black-cinnabar-vestigial
326
b + + Black 35
+ cn vg Cinnabar-vestigial 31
|
b cri + Black-cinnabar 36
+ + vg vestigial
34
|
+ cn + Cinnaber 4
b + vg Black-vestigial 2
Total 800
Peta genetis
beberapa mutasi yang diketahui pada kromosom X Drosophila melanogaster. Ditunjukkan pula kolerasi antara peta
genetis dan peta sitologis pada lokus-lokus tertentu.
Pindah silang ganda
Jarak antara b - cn : 8,25%
+ 0,75% = 9% atau 9 m.u
cn - vg : 8,75Vo + 0,75o% = 9,5%
atau 9,5 m.u.
b -- vg = 9 m.u. + 9,5 m.u. = 18,5 m.u
Gambar
peta: b cn vg
9 9,5
Dari hasil
di atas
dapat dilihat bahwa bila kita mengadakan penyilangan tanpa menggunakan mutan cinnabar, maka jarak
yang akan diperoleh ialah 17 unit dan
bukan 18,5 unit, karena
dideteksinya double cross_over yang sebetulnya
terjadi.
2.4 KOINSIDENSI
DAN INTERFERENSI
Bila dua
gen letaknya sangat berdekatan, maka tak akan
terjadi double crossing over di
antaranya. Dengan lain perkataan,
crossing-over pada satu titik rupa-rupanya menghalang-halangi crossing over
dalam jarak tertentu pada kedua sisi. Efek penghalangan ini
disebut interferensi pada Drosophila interferens menghalangi terjadinya
crossing over yang ke-2 dalam jarak ±l0
unit, dan berangsur menjadi berkurang
makin jauh jarak gen-gen. Derajat
kekuatan interferensi ini bervariasi : pada bermacam-macam bagian dari kromosom yang berlainan dari spesies
yang sama, dan dalam kromosom-kromosom dari spesies yang berlainan. pada
umumnya interferensi terbesar terdapat
di dekat sentromer dan pada ujung-ujung kromosom.
Derajat kekuatan interferensi
ini dinyatakan dengan koefisien
dari koinsidensi, jadi :
Koefisien
dari Koinsidensi = D.co.yang
diamati = 0
D.c.o.yang diharapkan E
Dalam contoh
diatas :
Persen crossing over antara b -- cn (+ d.c,o.) 9,00%
Persen crossing
over antara cn -- vg (+ d.c.o.) 9,50%
D.c.o. yang
diharapkan bila tak ada interferensi
(0,09
× 0,095) 0,86%
Jumlah d.g.o. yang diharapkan (E) (0,86% dari 800) 7,00
Jumlah d.c.o. yang diamati (dari data) (0) 6,00
Koefisien
dari Koinsidensi 6 : 0.86.
7
Bila
intererensi berkurang, koinsidensi meningkat. Konsidensi bervariasi antara 0, yang berarti penghalangan secara
total, sampai l, yang berarti tak
ada penghalangan sama sekali.
Koinsidensi + Interferensi : 1,0.
2.5 PENENTUAN
URUTAN GEN-GEN
Bila kita
rnengadakan three-point test cross dan mendapatkan data dari fenotipe yang diamati, masih harus kita tentukan apakah urutan gen-gen yang dipakai dalam menggambarkan penyilangan
itu sudah betul. Hal ini dapat dicek dengan mencocokkan a, c,o dan d.c.o. yang secara berurutan
memberikan data yang terbesar dan
terkecil. Umpama:
Fenotipe yang
diamati Jumlah
individu
+ + + 30
+ + e 6
+ b + 339
+ b c 137
a + + 142
a + c 291
a b + 3
a b c 34
n.c.o. ialah , +
b + 339 d.c.o. ialah: +
+ c 6
a+c
291 a b
+ 3
Bila urutan di
atas memang sudah betul maka .fenotipe d.c.o seharusnya + + +
dan a b c, tetapi nyatanya tidak;
jadi posisi gen-gen harus dirubah sedemikian rupa sehingga
seterah terjadi a.o,maka gen c berada
bersama-sama dengan + + , dan a b dengan +. Ini didapatkan bira kita menukarkan a dan b, sehingga n.c.o. menjadi b + + dan t a c (fenotipe tak berubah), dan setelah terjadi d.c.o. kedudukan gen menjadi + + c dan b a +. Data menjadi :
b + + 339)
+ a c 291) n.c.o
+ + + 30)
b a c 34) s.c.o antara b-a
b + c 137)
+ a + 142) s.c.o antara a-c
+ + + 6)
b a + 3) d.c.o antara b-a-c
Contoh soal :
Pada tanaman
jagung terdapat tiga gen resesif
yang terletak pada satu kromosom yang sama
: va = variabie sterile; V=
wirescent; dan gl= glossy. Dua tanaman
homozigotik disilangkan dan menghasilkan keturunan Fl yang semuanya normal. Hasil test cross
Fl adalah sebagai berikut; 60 virescent;
4g virescent, glossy ; 7 glossy; 270
variable ste-rile virescent, glossy; 4 variabre sterile, virescent ; 40 variable sterile; 62 variable stedile, glossy; 235 normal.
Pertanyaan:
a) Tentukanlah urutan
gen
b) Bagaimanakah fenotipe dan genotipe parentalnya ?
c) Tentukgnlah
konstitusi gen pada Fl
d) Gambarkan peta pautan dari ketiga gen tersebut.
e) hitunbglah koefisien
dari koinsidensi.
Penyelesaian : Bila
kita umpamakan bahwa urutan
adalah va-v-gl
maka data F2 adalah
:
+ v + 60.
+ v gl 48
t + gt 7
va v gl 270
va v + 4
va + + 40
va + g 162
+ + + 235
a)
n.c.o , va v
gl atau F1 : va
v gl bila terjadi d.c.o.
+ + +
+ + +
Hasilnya adalah : va
+ gl tidak cocok dengan d.c.o data.
+
v +
Maka
kedudukan (urutan) gen-gen tersebut harus diubah sedemikian rupa sehingga hasil d.c.o. menjadi glossy dan variable sterile, virescent.
Bila
urutan menjadi va - gl - v, maka Fl menjadi
: va gl v
+
+ +
Maka bila terjadi d.c.o. hasilnya adalah :
va (fenotipe : variable sterile, virescent dan glossy). Jadi
urutan gen adalah va - gl - v.
b) Genotipe P :
va gl v x + + +
va gl v + + +
Fenotipe : variable sterile, x normal
Glossy, virescent
c) F1 : va gl
v fenotipe : normal
+ + +
d)
Data F2 menjadi :
v2 gl v 270
+ + + 235
nco
va + + 40
+ gl v 48
sco va - gl
Va gl + 62
sco gl - v
+ + v 60
Va + v 4
+ gl + 7
dco
725
Jarak va – gl :
40+48+7+4 x 100 % = 13, 64 %
726
Jarak gl – v :
62+60+7+4 x 100 % = 18,32 %
726
Peta genetis :
va gl v
13,64 18,32
e)
koefisien dari koinsidensi : 0 = 11
E 0,1364
x 0,1832 x 726
=
11 = 0,16
18
BAB III
Kromosom
adalah bagian dari sel yang membawa gen-gen dan gen-gen ini selama meise
mempunyai kelakuan berdasarkan prinsip-prinsip Mendel, yaitu memisahkan secara
bebeas.
Rangkai
sempurna yaitu apabilap gan-gen yang berdekatan satu dengan lain,
maka meiose selama gen-gen tidak mengalami perubahan letak, sehingga gen-gen itu
bersema-sama menuju ke
gamet.
Peta
kromosom ialah gambar skema sebuah kromosom yang dinyatakan sebagai sebuah
garis lurus dimana diperlihatkan lokus setiap gen yang terletak pada kromosom
itu sentomer dari kromosom biasanya dianggap
sebagai pangkal, maka diberi tanda 0 (angka nol).
Bila
dua gen letaknya sangat berdekatan, maka tak akan
terjadi double crossing over di
antaranya. Dengan lain perkataan,
crossing-over pada satu titik rupa-rupanya menghalang-halangi crossing over
dalam jarak tertentu pada kedua sisi. Efek penghalangan ini
disebut interferensi pada Drosophila interferens menghalangi terjadinya
crossing over yang ke-2 dalam jarak ±l0
unit, dan berangsur menjadi berkurang
makin jauh jarak gen-gen.
DAFTAR PUSTAKA
Edi,
syahmi 2014. Genetika dasar. Medan :
Universitas negeri
Suryo. 2004. Genetika.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar