PENDAHULUAN
Tujuan
pendidikan yang hendak dicapai secara nasional maupun oleh lembaga pendidikan
sekolah masih jauh dari harapan. Hal ini terjadi praktik-praktik tidak efektif
dalam pengelolaan sekolah dan belum menggunakan strategi belajar mengajar yang
baik. Ini terjadi dikarenakan berbagai macam hal yaitu kurang dipahaminya
filsafat, pendekatan, metode dan strategi belajar yang tepat dalam memangun
PAKEM (Pembelajaran Aktif, Efektif dan Menyenangkan).
Makalah ini diharapkan dapat menjadi literatur mengenai
bagaimana kita sebagai calon guru dapat belajar PAKEM (Pembelajaran Aktif,
Efektif, dan Menyenangkan) agar terwujud
tujuan pendidikan.
BAB II
ISI
2.1
Defenisi Filsafat Pendidikan
Filsafat
pendidikan merupakan terapan dari filsafat, yang berarti bahwa filsafat
pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja fisafat dan akan menggunakan
hasil-hasil kajian dari filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang
hasil realitas, pemgetahuan, dan nilai, khususnya yang berkaitan dengan praktek
pelaksanaan pendidikan. Ada sembila tipe filsafat pendidikan yang paling
berpengaruh dalam dunia pendidikan yaitu sebagai berikut:
2.1.1
Filsafat Pendidikan Idealisme
Inti dari ajaran filsafat pendidikan idealisme adalah
manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dibandingkan
dengan materi kehidupan manusia, roh itu pada dasarnya dianggap suatu hakikat
yang sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut dengan penjelmaan dari roh
atau sukma.
Menurut paham idealisme guru harus
membimbing atau mendiskusikan dengan pesrta didik bukan prinsip-prinsip
ekternal, malainkan sebagai kemungkinan-kemungkinan yang perlu dikembangkan,
serta juga harus diwujudkan sedapat mungkin watak yang terbaik. Pendidikan
bukan menjejalkan pengetahuan dari luar kedalam diri seseorang, melainkan
memberikan kesempatan untuk membangun atau mengkonstruksikan pengalaman dalam
diri seseorang.
2.1.2
Filsafat Pendidikan Realisme
Realisme dalam berbagai bentuk menurut ahli menarik garis
pemisah yang tajam antara yang mengetahui dan yang diketahui, dan pada umumnya
cenderung ke arah dualisme atau monisme materialistik. Seorang pengikut
materialisme mengatakan bahwa jiwa dan materi sepenuhnya sama. Jika demikian
halnya, sudah tentu dapat juga sama-sama dikatakan jiwa adalah materi seperti
mengatakan materi adalah niwa. Tetapi apakah orang berusaha melacak roh samapai
kepada materi ataukah materi sampai kepada roh?
Sistem pendidikan realisme percaya
bahwa dengan sesuatu atau lain cara, ada hal-hal yang adanya terdapat di dalam
dan tentang dirinya sendiri, dan yang hakekatnya tidak terpengaruh oleh
seseorang.hubungan fisik yang berbeda.
2.1.3
Filsafat Pendidikan Materialisme
Karakteristik umum pendidikan yang
menganut filsafat materialime pendidikan adalah semua sains seperti biologi,
kimia, psikologi, fisika, sosiologi, ekonomi, dan yang lainnya ditinjau dari
dasar fenomena materi yang berhubungan secara kasual (sebab akibat), apa yang
dikatakan jiwa dan segala kegiatannya adalah merupakan suatu gerakan yang
kompleks dari otak, sistem urat saraf, atau oragan-organ tubuh lainnya, apa
yang disebut dengan nilai dan cita-cita, makna dan tujuan hidup, keindahan dan
kesenangan serta kebebasan, hanyalah sekedar nama nama atau semboyan, simbol
subyektif manusia untuk situasi atau hubungan fisik yang berbeda. Jadi semua
fenomena sosial maupum alam fenomena psikologi adalah merupakan bentuk-bentuk
tersembunyi dari realitas fisik. Hubungan-hubungannya dapat berubah secara
kasual.
2.1.4
Filsafat Pendidikan Pragmatisme
Pendidikan dalam paham ini bukan
merupakan suatu proses pembentukandari luar, dan juga bukanmerupakan suatu
pemerkahan kekuatan-kekuatan laten dengna sendirinya, melainkan merupakan suatu proses reorganisasi dan rekonstruksi
dari pengalaman-pengalaman individu, yangberarti bahwa setiap manusia belajar
dari pengalaman.
2.1.5
Filsafat Pendidikan Eksistensialisme
Filsafat ini memfokuskan pada
pengalaan-pengalaman individu. Eksistensi adalah cara manusia hidup.
Pendidikan, proses pembelajaran, harus berlangsung sesuai dengan minat dan
kebutuhan peserta didik, tidak ada pemaksaan penguasaan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan, melainkan ditawarkan. Tuntunlah peserta didik agar dapat
menemukan dirinya dan kesadaran akan dunianya. Guru endaknya memberian
kebebasan kepada peserta didik untuk memilih dan memberi mereka
pengalaman-pengalaman yang akan membantu menemukan makna dari kehidupan mereka.
2.1.6
Filsafat Pendidikan Progresivisme
Menurut penganut aliran ini bahwa kehidupan manusia
berkembang terus menerus dalam suatu daerah yang positif. Apa yang dipandang
benar sekarang belum tentu benar pada masa yang akan datang. Oleh sebab itu,
peserta didik bukan dipersiapkan untuk menghidupi kehidupan masa kini,
melainkan mereka harus dipersiapkan menghadapi kehidupan masa datang.
Guru atau pendidik harus berperan
sebagai pembimbing dan fasilitator agar peserta didik terdorong atau terbantu
untuk mempelajari dan memiliki pengalaman tentang hal-hal yangpenting
bagikehidupan mereka, bukan memberikan sejumlah kebenaran yang disebut abadi.
Yang penting adalah bahwa guru atau pendidik harus memfasilitasi peserta didik
agar memiliki kesempatan yang luas untuk bekerja sama atau kooperatif di dalam
kelompok, memecahka masalah yang dipandang penting oleh kelompok bukan oleh
guru, dalam kelompoknya.
2.1.7
Filsafat Pendidikan Perenialisme
Di zaman kehidupan modern ini banyak
menimbulkan krisis diberbagai bidang kehidupan manusia, terutama dalam bidang
pendidikan.Untuk mengembalikan keadaan krisis ini, maka perenialisme memberikan
jalan keluar yaitu berupa kembali kepada kebudayaan masa lampau yang dianggap
cukup ideal dan teruji ketangguhannya.
Ciri utama perenialisme memandang bahwa keadaan sekarang adalah sebagai
zaman yang mempunyai kebudayaan yang tergangganggu oleh kekacauan, kebingungan,
dan kesimpangsiuran. Berhubung dengan itu dinilai sebagai zaman yang
membutuhkan usaha untuk mengamankan lapangan moral, intelektual dan lingkungan
sosial kultural yang lain. Ibarat, kapal yang akan berlayar, zaman memerlukan
pangkalan dan arah tujuan yang jelas. Perenialisme
berpendapat bahwa mencari dan menemukan pangkalan yang demikian ini merupakan
tugas yang pertama dari filsafat dan
filsafat pendidikan
Perenialisme bukan merupakan
suatu aliran baru dalam filsafat, dalam arti perenialisme bukanlah suatu
pengetahuan yang menyusun filsafat baru, yang berbeda dengan filsafat yang
telah ada. Teori dan konsep pendidikan perenialisme dilatar belakangi oleh filsafat- filsafat plato sebagai bapak
realism klasik, dan filsafat Thomas Aquinas yang mencoba memadukan antara filsafat Aristoteles dengan ajaran ( filsafat) gereja
katolik yang tumbuh pada zamannya ( Abad pertengahan).
Perenialisme merupakan aliran
filsafat yang susunannya mempunyai kesatuan, dimana susunannya itu merupakan
hasil pikiran yang memberikan kemungkinan bagi seseorag untuk bersikap yang
tegas dan lurus.
Perenialisme merupakan suatu
aliran dalam pendidikan yang lahir pada Abad ke dua puluh.Perenialisme lahir
sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif.Perenialisme menentang
pandangan progrivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang
baru.Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan,
ketidakpastian dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral,
intelektual, dan sisio-kultural.Oleh karena itu, perlu ada usaha mengamankan
ketidakberesan tersebut.
Mohammad Noor Syam ( 1984)
mengemukakan pandangan perenialisme, bahwa pendidikan harus lebih banyak
mengarahkan pusat perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan
tangguh. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan untuk kembali atau
proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti ke dalam keadaan ideal.
Peranialisme tidak terlihat jalan yang meyakinkan, selain kembali pada prinsip
prinsip yang telah sedemikian rupa membentuk sikap kebiasaan, bahwa
keperibadian manusia yaitu kebudayaan dahulu ( yunani kuno) dan kebudayaan abad
pertengahan.
1. Pendidikan
Perenialisme memandang kebenaran
sebagai hal yang konstan, abadi atau perennial.Tujuan pendidikan, menurut
pemikiran perenialis adalah memastikan bahwa siswa memperoleh pengetahuan
tentang prinsip-prinsip atau gagasan –gagasan besar yan tidak berubah.
2. Kurikulum
Menurut kaum
perenialisme harus menekankan pada pertumbuhan intelektual siswa pada seni dan
sains. Untuk menjadi “ terpelajar secara cultural ”, para siswa harus
berhadapan dengan bidang –bidang ini yang merupakan karya terbaik dan paling
signifikan yang diciptakan oleh manusia.
Kurikulum perenialis Hutchins
didasarkan pada asumsi mengenai pendidikan :
a) Pendidikan
harus mengangkat pencairan kebenaran manusia yang berlangsung terus –menerus.
b) Karena
kerja pikiran adalah bersifat intelektual dan memfokuskan pada gagasan-gagasan.
c) Pendidikan
harus menstimulasi para mahasiswa untuk berfikir serta mendalami mengenai
gagasan-gagasan signifikan.
3. Prinsif
pendidikan perenialisme secara umum yaitu :
a. Pada
hakikatnya manusia adalah sama di manapun dan kapanpun ia berada, yang walaupun
lingkungannya berbeda. Tujuan pendidikan adalah sama dengan tujuan hidup, yaitu
mencapai kebiajakan dan kebijakan, untuk memperbaiki manusia atau dengan kata
lain pemuliaaan manusia. Oleh karena itu maka pendidikan harus sama bagi semua
orang kapanpun dan di manapun.
b. Bagi
manusia, pikiran adalah kemampuan yang paling tinggi. Karena itu manusia harus
menggunakan pikirannnya untuk mengembangkan bawaannya sesuai dengan tujuannya.
Manusia memiliki kebebasan namun harus belajar untuk mempertajam pikiran dan
dapat mengontrol hawa nafsunya. Kegagalan yang dialami peserta didik jangan
dengan cepat menyalahkan lingkungan yang kurang menguntungkan atau nuansa
psikologis yang kurang menyenangkan, namun guru hendaknya dapat mengatasinya
dengan pendekatan intelektual yang sama bagi semua peserta didik. Tugas
pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasti, dan
abadi. Kurikulum diorganisasikan dan ditentukan terlebih dahulu oleh orang
dewasa, dan ditujukan untuk melatih aktivitas akal, untuk mengembangkan akal.
c. Fungsi utama pedidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang
pasif dan abadi. Pengetahuan yang penting diberikan kepada peserta didik adalah
mata pelajaran pendidikan umum atau general education, bukan mata pelajaran
yang hanya penting sesaat atau menarik minat pada saat tertentu saja atau
seketika. Mata pelajaran yang esensi adalah bahasa, sejarah, matematika, IPA,
filsafat dan seni, dan 3 R ‘s; membaca, menulis, dan membimbing.
d. Pendidikan adalah persiapan untuk hidup bukan peniruan untuk hidup.
Peserta didik seharusnya mempelajari
karya-karya besar dalam literature yang menyangkut sejarah, filsafat, seni,
kehidupan sosil, terutama politik dan ekonomi
2.1.8
Filsafat Pendidikan Esensialisme
Gerakan
esensialisme muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa orang pelopornya,
seperti William C. Bagley, Thomas Bringgs, Frederick Breed, dan Isac L.
Kandell.
Esensialisme bukan
merupakan suatu aliran filsafat tersendiri, yang mendirikan suatu bangunan
filsafat itu sendiri, melainkan suatu gerakan yang memprotes pendidkan
progresivisme.
ESENSI ( Essence )
ialah hakikat barang sesuatu yang khusus sebagai sifat terdalam dari suatu
sebagai satuan yang konseptual dan akali.
Esensi ( essentia )
adalah yang membuat sesuatu menjadi apa adanya. Esensi mengacu pada aspek-aspek
yang lebih permanen dan mantap dari suatu yang berlawanan dengan yang
berubah-ubah, parsial atau fenomenal.
1. Konsep pendidikan
a. Gerakan
back to basics
Gerakan back to
basics dimulai dipertentangan tahun 1970 adalah dorongan skala besar yang
muktahir untuk menerapkan program- program esensialis disekolah-sekolah.Ahli
pendidikan esensialis tidak memandang sebagai orang yang jahat, dan tidak pula
memandang anak sebagai seorang yang alamiah yang baik.
Para pemikir
Esensialisme pada umumnya tidak memiliki kesatuan garis karena mereka
berpandangan pada filsafat yang berbeda namun, di antara mereka ada kesepakatan
tentang prinsip dasar filsafat esensialisme yang berkaitan dengan pendidikan.
b. Tujuan
pendidikan
Tujuan pendidikan
adalah untuk meneruskan warisan budaya dan warisan sejarah melalui pengetahuan
inti yang terakumulasi dan telah tertahan dalam kurun waktu yang lama serta
merupakan suatu kehidupan yang telah teruji oleh waktu dan dikenal oleh semua
orang.
Selain merupakan
warisan budaya, tujuan pendidikan esensialisme adalah ” mempersiapkan manusia
untuk hidup”. Namun, hidup tersebut sangat kompleks dan luas, sehingga
kebutuhan- kebutuhan untuk hidup tersebut berada di luar wewenang sekolah.
c. Kurikulum
Kurikulum
esensialis menekankan pengajaran fakta-fakta : kurikulum itu kurang memiliki
kesabaran dengan pendekatan- pendekatan tidak langsung yang diangkat oleh kaum
progesivisme. Kurikulum esensialisme seperti halnya perenialisme, yaitu
kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran.
d. Peranan
sekolah dan guru
Peranan sekolah
adalah memelihara dan menyampaikan warisan budaya dan sejarah pada generasi
pelajar dewasa ini melalui hikmat dan pengalaman yang terakumulasi dari
disiplin tradisional.
Mengenai peranan
guru banyak persamaannya dengan perenialisme. Guru dianggap sebagai seseorang
yang mengusai lapangan subjek khusus, dan merupakan model contoh yang sangat
baik untuk yang ditiru. Guru merupakan orang yang menguasai pengetahuan dan
kelas berada di bawah pengaruh dan pengawasan guru.
Penganut paham
Essensialisme mengemukakan beberapa prinsip pendidikan ( Sadulloh, 2003 ),
sebagai berikut :
a. Pendidikan
dilakukan dengan usaha keras, tidak timbul dengan sendirinya dari dalam diri
peserta didik.
b. Inisyatif
pelaksanaan pendidikan datang dari guru bukan peserta didik. Guru berperan
menjembatani antara dunia orang dewasa dengan dunia peserta didik, karena itu
kendali pelaksanaan pembelajaran ada pada guru atau pendidik.
c. Inti
proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah ditentukan.
Materi pelajaran direncanakan sepenuhnya oleh orang dewasa dan sekolah baik
adalah apabila sekolah tersebut berpusat paa masyarakat ( society centered
school ).
d. Metode-metode
tradisional yang bertautan dengan disiplin mental merupakan metode yang
diutamakan dalam pendidikan di sekolah. Pengikut essensialisme mengakui bahwa problom solving
atau metode pemecahan masalah ada manfaatnya, namun tidak perlu dilaksanakan
dalam setiap pembelajaran, karena pengetahuan tidak selalu didasarkan atas fakta-fakta, tetapi banyak yang abstrak
sehingga tidak dapat dipecahkan ke dalam masalah-masalah yang konkrit.
Tujuan
akhir pendidikan adalah meningkatkan kesejahteraan atau kebahagiaan sesai
dengan tuntutan demokrasi.
2.1.9
Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme
Sebagaimana yang dinyatakan oleh
Caroline Pratt (1948), seorang rekonstruksionis social yang berpengaruh periode itu: “ Nilai terbesar suatu sekolah harus menghasilkan
manusia-manusia yang dapat berpikir secara efektif dan bekerja secara
konstruktif, yang saat bersamaan dapat membuat suatu dunia yang lebih baik
dibandingkan dengan sekarang ini untuk hidup di dalamnya ”.
Rekonstruksionisme
adalah suatu kelanjutan yang logis dari cara berpikir progresifisme dalam
pendidikan. Tidak cukup kalau individu belajar hanya dari pengalaman-pengalaman
di kemasyaratan di sekolah.
Tujuan pendidikan
adalah untuk menumbuhkan kesadaran peserta didik akan masalah-masalah sosial,
ekonomi dan politik yang dihadapi manusia bukan hanya nasional, regional akan
tetapi juga secara global.
Kurikulum merupakan subjek matter yang berisikan
masalah-masalah sosial, ekonomi, politik yang beranekaragam, yang dihadapi umat
manusia, termasuk masalah-masalah sosial
dan pribadi terdidik itu sendiri. Mengenai perana guru, paham
rekonstruksionalisme sama dengan progresivisme. Guru harus menyadarkan si
pendidik terhadap masalah- masalah yang dihadapi manusia, membantuk terdidik
mengidentifikasi masalah-masalah untuk dipecahkannya, sehingga terdidik
memiliki kemampuan memecahkan tersebut.
Sekolah merupakan
agen utama untuk perubahan sosial, politik, dan ekonomi di masyarakat. Tugas
sekolah adalah mengembangkan “ rekayasa sosial”, dengan tujuan mengubah secara
radikal wajah masyarakat dewasa ini dan masyarakat yang akan datang.
Brameld ( Sadulloh,
2003 ), mengemukakan teori pendidikan Rekonstruksionisme terdiri dari lima
tesis, yakni :
a. Pendidikan
berlangsung saat ini untuk menciptakan tata sosial baru yang akan mengisi
nilai-ilai dasar budaya masa kini, selaras dengan yang
mendasarikekuatan-kekuatan ekonomi dan sosial masyarakat modern.
b. Demokrasi
sejati merupakan dasar dari kehidupan masyarakat baru. Lembaga utama di masyarakat
ditentukan dan dikontrol oleh masyarakat itu sendiri. Segala harapan dan
kepentingan/kebutuhan masyarakat menjadi tanggung jawab masyarakat melalui
wakil-wakil yang dipilih.
c. Anak
sekolah dan pendidikan diatur oleh kekuatan budaya dan sosial. Rekonstruksionisme
memandang khidupan beradab adalah hidup berkelompok, sehingga sekolah harus
berlangsung dalam kelompok yan berati bahwa kelompok memegang peran yang sangat
penting disekolah. Sekolah adalah realisasi dari sosial ( social self
realization ); melalui sekolah akan ikembangkan bukan hanya sifat sosialnya
akan tetapi kemampuan untuk melibatkan diri dalam perencanaan sosial.
d. Guru
memegang peranan penting dalam pendidikan di sekolah akan tetapi dalam
pelaksaanaan tugasnya harus selalu memperhatikan prosedur yang demokratis.
e. Tujuan
pendidikan adalah untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan
krisis budaya, dan untuk menyesuaikan kebutuhan dengan sains sosial yaitu
nilai-nilai universal.
Penyusunan
kurikulum, isi pelajaran, metode yang dipakai, struktur administrasi, dan cara
bagaimana guru dilatih, sebaiknya harus ditinjau kembali dan disesuaikan dengan
teori kebutuhan tentang sifat dasar manusia secara rasional dan ilmiah.
2.1.10
Filsafat Pendidikan Pancasila
Dalam
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional no.20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spirituaal keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdaasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan menyediakan kesempatan atau
kondisi optimal bagi terjadinya belajar dan proses pembelajaran. Pendidik berperan
sebagai fasilitator, organisator, dan motivator, memfasilitasi pembelajaran,
mengarahkan atau menuntun, dan mendorong peserta didik dlam aktifitas
belajarnya agar berlangsung efektif dan efisien.
Selanjutnya dalam UU Ssisdiknas tahun 2003 BAB II Pasal 3
dijelaskan tujuan pendidikan sebagai berikut: pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan memebentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan berlangsung di keluarga,
di rumah, di sekolah, dan di masyarakat. Pendidikanharus berlangsung dengan
keteladanan dan komunikasi. Orang tua adalah pendidik di keluarga, di rumah;
guru dan tenaga pendidik lainnya adalah pendidik di sekolah; tokoh atau pemuka
agama, alim ulama, pejabat mulai dari jabatan paling rendah sampai pada jabatan
yang paing tinggi yang ada di masyarakat dan negara adalah pendidik sekaligus
sebagai teladan bagi peserta didik (Purba.2014).
2.2
Konsep Pendekatan Belajar
Mendefinisikan
pendekatan pembelajaran
perlu dipahami arti dan masing-masing kalimat tersebut Depdikbud (1990: 180)
pendekatan dapat diartikan, “sebagai proses, perbuatan, atau cara untuk
mendekati sesuatu”. Menurut Suharno, Sukardi, Chodijah dan Suwalni (1998: 25)
bahwa, “pendekatan pembelajaran diartikan model pembelajaran”. Sedangkan
pembelajaran menuzut H.J. Gino dkk.(1998:32) bahwa, “pembelajaran atau
intruction merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa
belajar dengan tujuan mengaktifkan faktor intern dan faktor ekstern dalam
kegiatan belajar mengajar”.Sukintaka (2004: 55) bahwa, “pembelajaran mengandung
pengertian, bagaimana para guru mengajarkan sesuatu kepada peserta didik,
tetapi di samping itu juga terjadi peristiwa bagaimana peserta didik
mempelajarinya”.
Pengertian
pendekatan dan pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendekatan
pembelajaran merupakan cara kerja mempunyai sistem untuk memudahkan pelaksanaan
proses pembelajaran dan membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai pendapat Wahjoedi (1999 121) bahwa,
“pendekatan pembelajaran adalah cara mengelola kegiatan belajar dan perilaku
siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar sehingga dapat memperoleh
hasil belajar secara optimal”. Menurut Syaifuddin Sagala (2005: 68) bahwa, “Pendekatan
pembelajaran merupakan jalan yang akan ditcmpuh oleh guru dan siswa dalam
mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu”.
Pendekatan pembelajaran dapat
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran,
yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih
sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari
pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada guru (teacher centered approach).
2.3
Konsep Model Pembelajaran
Model pembelajaran pada dasarnya
merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru.Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran.Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran
tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Berikut
ini adalah pengertian model pembelajaran
menurut pendapat para tokoh pendidikan antara lain:
Agus Suprijono : pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.
Mills
: “model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses actual yang
memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan
model itu”
Richard I Arends : model pembelajaran
mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap kegiatan di dalam pembelajaran, lingkungan pembelajaran
dan pengelolaan kelas.
Sedangkan model pembelajaran menurut Kardi dan
Nur ada limamodel
pemblajaran yang dapat digunakan dalam mengelola pembelajaran, yaitu:
pembelajaran langsung, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berdasarkan
masalah, diskusi, dan learning strategi.
2.4
Konsep Metode Belajar
Menurut Nana Sudjana (2005: 76)
metode pembelajaran adalah, “Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan
guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pengajaran”. Sedangkan M. Sobri Sutikno (2009: 88) menyatakan, “Metode
pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh
pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk
mencapai tujuan”.
Metode pembelajaran dapat
diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2)
demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman
lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
2.5
Konsep Strategi Belajar
Strategi
pembelajaran merupakan suatu serangkaian rencana kegiatan yang termasuk
didalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan
dalam suatu pembelajaran.Strategi pembelajaran disusun untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.Strategi pembelajaran didalamnya mencakup pendekatan, model,
metode dan teknik pembelajaran secara spesifik.Adapun beberapa pengertian
tentang strategi pembelajaran menurut para ahli adalah sebagai berikut:
Hamzah B. Uno (2008:45) Strategi pembelajaran merupakan hal
yang perlu diperhatikan guru dalam proses pembelajaran.
Dick
dan Carey (2005:7)Strategi pembelajaran adalah komponen-komponen dari suatu set
materi termasuk aktivitas sebelum pembelajaran, dan partisipasi peserta didik
yang merupakan prosedur pembelajaran yang digunakan kegiatan selanjutnya.
Gerlach dan Ely (1990) Strategi pembelajaran merupakan
cara-cara yang dipilih untuk
menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran
tertentu
Strategi pemblajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien.Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina
Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna
perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual
tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan
pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke
dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery
learning dan (2) group-individual
learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara
penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara
strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
2.6
Konsep PAKEM
PAKEM adalah singkatan dari
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa
dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa
sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun
pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru
tentang pengetahuan. Sehingga, jika
pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif,
maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.
Peran aktif dari siswa sangat
penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan
sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar
guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai
tingkat kemampuan siswa.Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang
menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar
sehingga waktu curah perhatiannya tinggi.
Menurut hasil penelitian,
tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan
menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak
menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran
berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang
harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak
efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
Secara garis besar, gambaran
PAKEM adalah sebagai berikut:
Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang
mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar
melalui berbuat.
Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara
membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar
untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku
dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’ Guru
menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara
belajar kelompok.
Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya
sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan
melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
2.7
Aspek Kunci Pembelajaran Efektif
Pembelajaran
efektif adalah pembelajaran yang mampu membentuk moralitas peserta didik, dan
adat kebiasaany yang terbentuk merupakan suatu perbuatan yang dilakukan dengan
berulang-ulang, perbuatan tersebut akan menjadi kebiasaan karena dua faktor,
pertama adanya kesukaan hati terhadap suatu pekerjaan, dan kedua menerima
kesukaan itu dengan melahirkan suatu perbuatan.
Terdapat beberapa aspek kunci dalam pembelajaran efektif,
yaitu:
1. Kejelasan (clarity).
Seorang guru yang akan memberikan sebuah informasi secara
jelas berarti dia harus menyajikan informasi tersebut dengan cara-cara yang
mempu membuat siswa mudah memahaminya. Dalam literatur riset ada dua pendekatan
yang berbeda yang dapat digunakan untuk mengkaji kejelasan guru. Pendekatan
pertama menguraikan kejelasan dalam kaitan dengan penyajian informasi oleh guru
bahwa apa yang dilakukan oleh guru dapat mempermudah pemahaman siswa.
Pendekatan ini sering mengacu pada kejelasan kognitif.
Kejelasan yang jelas dan samar-samar menjadi bagian
penting dari perilaku guru, diacu sebagai kejelasan kognitif. Ini bisa
dipertimabngkan bahwa jika anda memberikan penjelasan yang jelas kepada siswa,
anda perlu menggunakan pola bahasa dan ungkapan yang tidak membingungkan
mereka. Ada sejumlah usul dari literatur bahwa hunbungan antara kejelasan
kognitif dan prestasi siswa adalaj lebih kuat ketimbang hubungan antara
kejelasan verbal dengan prestasi siswa.
2. Variasi (Variety)
Variasi guru, atau variabilitas, merupakan istilah yang
digunakan untuk menjelaskan perubahan-perubahan yang sengaja dibuat guru untuk
menyajikan materi pelajaran.
3. Orientasi Tugas (Task Orientation)
Karakteristik utama dari pembelajaran langsung adalah
pengorganisasian dan pengstrukturan lingkungan belajar secara baik didalam
aktifitas guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran , dimana guru dan
siswa bekerja dalam bingkai yang sistematik. Orientasi tugas yang dilakukan
guru terkait dengan:
a. embantu siswa untuk mencapai
hasil belajar yang spesifik.
b. memungkinkan siswa untuk
belajar mengenalinformasi yang relevan.
c. mengajukan pertanyaan untuk
membuka pemikiran siswa.
d. mendorong siswa untuk
berfikir dengan bebas
e. keberhasilan kognitif siswa.
4. Keterlibatan Siswa dalam
Pembelajaran (Engagement in Learning)
Pentingnya keterlibata siswa dalam belajar dijelaskan
oleh beberapa ahli. Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh sejumlah waktu yang
dihabiskan siswa untuk mengerjakan tugas akademik yang sesuai. Kesimpulan ini
mendukung temuan ahli lainnya dimana guru yang efektif menghabiskan waktu
mereka dengan dengan cara yang berbeda dari guru yang tidak efektif. Dalam
studi itu, guru efektif menghabiskan kurang dari 15% lebih waktu di dalam
interaksi pembelajaran dan 35% lebih sedikit waktu yang dihabiskan untuk
memonitoring kegiatan-kegiatan siswa dibanding guru yang tidak efektif.
Kesimpulannya adalah bahwa penggunaan waktu yang sesuai oleh guru dapat
memaksimalkan waktu siswa.
5. Pencapaian Kesuksesan Siswa
yang Tinggi (Student Success Rate)
Pembelajaran yang sukses
menghasilkan prestasi siswa adalah hal penting karena mampu menjadi kekuatan
pendorong. Mutu pembelajaran sering tertuju pada mutu lulusan, tapi merupakan
kemustahilan sekolah menghasilkan lulusan yang bermutu, kalau tidak melalui
proses pembelajaran yang bermutu pula (Supardi.2013).
2.8
Metode dan Strategi Terlaksananya PAKEM
Berikut ini
adalah strategi agar terlaksana Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan:
1. Memahami sifat
yang dimiliki anak
Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin
tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang
miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia – selama mereka normal –
terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar
bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif.
Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan
yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat, anugerah
Tuhan, tersebut.Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak karena hasil
karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong
anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur
seperti yang dimaksud.
2. Mengenal anak
secara perorangan
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang
bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda.Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif,
Menyenangkan, dan Efektif) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus
tercermin dalam kegiatan pembelajaran.
Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan
kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya.
Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu
temannya yang lemah (tutor sebaya).
Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat
membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut menjadi
optimal.
3. Memanfaatkan
perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara
alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat
dimanfpengorganisasian belajar
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara
alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain.Perilaku ini dapat
dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar.Dalam melakukan tugas atau membahas
sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok.
Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan
tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan
mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran.Namun demikian, anak perlu juga
menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.
4. Mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah
Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan
masalah.Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.Kritis untuk
menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan
masalah.Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa
ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir.
Oleh karena itu, tugas guru adalah
mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau
mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata
“Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata
“Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).
5. Mengembangkan
ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang
sangat disarankan dalam PAKEM.Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk
memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan
diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi
bagi siswa lain.
Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja
perorangan, berpasangan, atau kelompok.Pajangan dapat berupa gambar, peta,
diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya.Ruang kelas yang
penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat
membantu guru dalam PEMBELAJARAN karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas
suatu masalah.
6. Memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya)
merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak.Lingkungan dapat
berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber
belajar).Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak
merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak
selalu harus keluar kelas.Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas
untuk menghemat biaya dan waktu.Pemanfaatan lingkungan dapat men-gembangkan
sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat,
merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan
membuat gambar/diagram.
7. Memberikan umpan
balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi
interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan
salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa.Umpan balik hendaknya lebih mengungkap
kekuatan daripada kelemahan siswa.
Selain itu, cara memberikan umpan balik pun
harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam
menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa
hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru
berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa
daripada hanya sekedar angka.
8. Membedakan
antara aktif fisik dan aktif mental
Banyak guru yang sudah merasa puas bila
menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak.Apalagi jika bangku
dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan.Keadaan
tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM.
Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif
fisik.Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan
gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental
adalah tumbuhnya
perasaan tidak takut ; takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut
diamarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab
rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari
temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan Pakem.
BAB III
PENUTUP
Filsafat
Pendidikan yang dianut oleh negara Indonesia adalah Filsafat Pendidikan
Pancasila, yang isinya tertuang didalam
Undang-undang Dasar dan di perjelas didalam Undang-undang Sisdiknas tahun 2003
BAB II Pasal 3.
Adalah penting untuk mengetahui bagaimana metode,
strategi maupun tehknik kita mewujudkan pendididikan nasional tersebut. Yaitu
dengan Pembelajarn Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan yaitu lewat
delapan teknik yaitu :
1. Memahami sifat
yang dimiliki anak.
2. Mengenal anak
secara perorangan .
3. Memanfaatkan
perilaku anak dalam pengorganisasian belajar.
4.Mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah.
5. Mengembangkan
ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik.
6. Memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar.
7. Memberikan umpan
balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar.
8. Membedakan
antara aktif fisik dan aktif mental.
DAFTAR
PUSTAKA
Admin.
2008. Beda Strategi, Model, Pendekatan,
Metode, dan Teknik Pembelajaran. (http://smacepiring.wordpress.com/).
desember
2015)
Astrini,
femilia. 2011. Definisi strategi, metode
dan teknik pembelajaran. http://
Majid, Abdul. 2008. Perencanaan
Pembelajaran Mengembangkan Potensi Guru. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Purba, Edward dan Yusnadi. Filsafat
Pendidikan. Medan: UNIMED PRESS.
Sudrajat, Akhmad. 2008.Konsep Pakem.http://www.konseppakem.com.
(14 Feb. 15).
Supardi.2013. Sekolah Efektif Konsep
Dasar dan Praktiknya. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Wina
Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:Kencana Prenada Media
Group.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar