BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya manusia merupakan
makhluk yang berbeda dari makhluk lainnya, perbedaan tersebut terletak pada
kemampuan manusia dalam hal pengetahuan dan perasaan. Pengetahuan manusia jauh
lebih berkembang daripada pengetahuan makhluk lainnya, sementara melalui
perasaan manusia mengembangkan eksistensi kemanusiaannya. Manusia dengan akal
budinya mampu memperbaruhi dan
mengembangkan sesuatu untuk kepentingan hidup, dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya. Kehidupan manusia sangatlah komplek, begitu pula hubungan yang
terjadi pada manusia sangatlah luas. Hubungan tersebut dapat terjadi antara
manusia dengan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan makhluk hidup yang
ada di alam, dan manusia dengan Sang Pencipta, setiap hubungan tersebut harus
berjalan seimbang.
Manusia juga harus bersosialisasi
dengan lingkungan, yang merupakan pendidikan awal dalam suatu interaksi sosial.
Hal ini menjadikan manusia harus mempunyai ilmu pengetahuan yang berlandaskan
ketuhanan. Karena dengan ilmu tersebut manusia dapat membedakan antara yang hak
dengan yang bukan hak, antara kewajiban dan yang bukan kewajiban. Sehingga
norma-norma dalam lingkungan berjalan dengan harmonis dan seimbang.
Manusia dan kebudayaan merupakan
salah satu ikatan yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia
sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka
sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan
sehari hari dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha
Kuasa
Pendidikan sebagai hasil kebudayaan
haruslah dipandang sebagai “motivator” terwujudnya kebudayaan yang tinggi.
Selain itu pendidikan haruslah memberikan kontribusi terhadap kebudayaan, agar
kebudayaan yang dihasilkan memberi nilai manfaat bagi manusia itu sendiri
khususnya maupun bagi bangsa pada umumnya.
Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa kualitas manusia pada suatu negara akan menentukan kualitas kebudayaan
dari suatu negara tersebut, begitu pula pendidikan yang tinggi akan
menghasilkan kebudayaan yang tinggi. Karena kebudayaan adalah hasil dari
pendidikan suatu bangsa.
1.2. Tujuan
1. Untuk
mengetahui konsep manusia dan kebudayaan
2. Untuk
mengetahui fungsi akal budi bagi manusia
3. Untuk
mengetahui pengertian kebudayaan
4. Untuk
mengetahui manusia sebagai pencipta kebudayaan
5. Untuk
mengetahui mode kebudayaan
6. Untuk
mengetahui sistem budaya
7. Untuk
mengetahui perubahan kebudayaan
8. Untuk
mengetahui persoalan-persoalan kebudayaan
BAB II
pembahasan
Konsep Manusia Dan Kebudayaan
Manusia
adalah mahluk ciptaan Nya yang paling unggul dari segi kecerdasan sehingga
mampu melahirkan kebudayaan. Kebudayaan lahir berkat adanya kecerdasan
tersebut.
2.1.
Fungsi Akal Budi Manusia
Manusia dari segi biologis mempunyai volume otak tiga
kali lebih besar dari kera besar Afrika sehingga mampu berfikir dan
menggembangkan gagasan karena kecerdasan nya. Seekor chimpanse mempunyai
kecerdasan dengan menggambil sebatang ranting kayuuntuk menggambil buahyang
tidak bisa dijangkaunya. Tapi mampukah ia berfikir melalui simbol seperti hal
nya manusia mempunyai bahasa, mempunyai angka dan menggembangkan nya menjadi
pikiran yang rumit. Tentu tidak jika mereka mampu menggembangkan kecerdasan
maka ia menjadi mahluk berbudaya selain manusian. Didalam otak inilah proses
akal budi berlangsung dengan sangat rumit.
Akal budi adalah sumber rasa diri,
suatu rasa yang kadang bersifat pribadi, dan terkadang dibagi dengan orang
lain, melalui imajinasi dan akal budi menjadi sarana bagi kita untuk mengubah
dunia abstrak menjadi kenyataan. Leonardo dan vinci sudah mempuyai gagasan
tentang pesawat terbang pada masa Renaissance dulu. Manusia masa lalu dengan
cerita, mitos, atau mimpi berimajinasi untuk terbang sampai kebulan dan hal itu
menjadi kenyataan pada tahun enam puluhan. Kebalikan dari itu manusia juga
mampu mengabstrakkan apa yang dialaminya menjadi gagasan-gagasan yang
abstrak.jadi dengan adanya kecerdasan ini manusia mampu merealisasikan gagasan
yang abstrak dan mampu mengabstrakkan hal-hal yang real. Melalui media bahasa
dan symbol-simbol lainnya kecerdasan semakin berkembang.
Berbekal bahasa, manusia dapat
menciptakan dunia jenis baru dialam, dunia kesadaran yang mawas diri dan dunia
yang kita ciptakan serta dinikmati bersama orang lain, yang kita sebut budaya.
Bahasa menjadi alat kita dan budaya ruang tempat kita hidup. Kita punya sekitar
50 fonem yang melahirkan 100.000 kosa kata dan semua itu bisa dipadukan dalam
kalimat –kalimat tak terbatas jumlahnya. Manusia mempunyai bahasa dan kemampuan
untuk menyimpan gagasan kemudian gagasan yang bersifat tersebut tertanam dalam
otak. Gagasan bertemu gagasan lain akan melahirkan gagasan barudemikian
seterusnya otak manusia mampu menampung gagasan-gagasan yang tak terbatas
jumlahnya. Dari gagasan-gagasan ini lahirlah ilmu pengetahuan, seni, cara-cara
manusia berhubungan dengan penciptanya, mengatasi kesulitan-kesulitan lainnya
supaya dapat bertahan hidup.
2.2. Pengertian Kebudayaan
Betapa uniknya tingkah laku seorang
individu tetapi ia harus menyepakati adanya tingkah laku yang berlaku bagi
semua orang. Misalnya orang inggris tidak makan daging anjing, Orang muslim
tidak makan daging babi. Contoh lainnya ketika didalam upacara bendera orang
akan menyanyikan lagu kebangsaan dengan hikmat. Pola-pola tingkah laku umum tadi
merupakan ekspresi dari kebudayaan sekelompok orang.
Kita tidak menyadari kebudayaan kita
sendiri karena karena tingkah laku kita ”dituntun” oleh kebudayaan kita. Dengan
otomatis tanpa banyak pertimbangan kita membaca do’a didalam hati jepada tuhan.
Kita sadar ketika kita mendapatkan orang lain yang mempunyai keyakinan dan
kebiasaan yang berbeda dengan kita. Orang lain dengan kita berdo’a dengan
hikmatnya dengan suara yang bisa didengar oleh semua yang hadir dimeja makan.
Kita sadar bahwa cara berlalu lintas orang-orang di negeri lain sangat
toleransi kepada pengguna jalan lain sehingga tidak berhenti seenaknya,
menghargai pejalan kaki yang sangat berbeda dengan cara berlalu lintas di kota
medan. Ketika kita sadar akan perbedaan tingkah laku tersebut bahwa ada
perbedaan dalam kebudayaan.
Suatu pemikiran dikatakan kebudayaan
bila pemikiran tersebut sudah dipunyai oleh anggota masyarakat. Tapi kita
melihat sistem pertanian subak di bali, sistem peladangan berpindah, sistem
kekerabatan masyarakat batak, sistem kesenian masyarakat, sistem religi suatu
masyarakat, konsumerisme, sistem standar mutu global merupakan suatu subsistem
dari kebudayaan yang lebih luas. Kata kebudayaan biasa digunakan oleh orang
yang mewakili kebiasaan-kebiasaan tertentu dari suatu masyarakat. Misalnya
kalau orang batak, jawa, atau lainnya menari maka tarian itu di sebut sebagai
budaya batak, jawa, atau yang lainnya. Terlalu kecil untuk menyebut tarian
sebagai kebudayaan. Tetapi kalau kita ambil sebagai contoh, kalau orang
berpakaian ’’you can see” disebut orang tersebut sudah dipengaruhi oleh budaya
barat. Hal ini terlalu menyederhanakan persoalan dan menumpulkan konsep
kebudayaan.
Kata budaya barasal dari bahasa
sanskerta budhayah yaitu bentuk jamak
dari kata budi atau akal. Yang berkenaan dengan akal budi tetapi dalam
penekanan kata kerjanya bahasa latin menyebutkan sebagai corela yang artinya mengolah, menyuburkan, mengembangkan tanah.
Dari kata latin ini lahirlah turunan dari bahasa inggrisnya sebagai culture yang umum dikalangan antropologi
diterjemahkan sebagai kebudayaan. Sedangkan kata cutural diterjemahkan menjadi budaya.
Antropolog Kroeber dan kluckhohn
telah menghimpun 164 definisi kebudayaan, dimana definisi –definisi tersebut
masing-masing member penekanan pada deskriftif, historis, normatis, psikologis,
structural dan genetis. Sedangkan keesing mengidentifikasi empat pendekatan
terhadap kebudayaan antara lain sebagai berikut:
1.
Kebudayaan sebagai sistem adaptif yang
fungsi utamanya adalah penyesuian diri masyarakat terhadap lingkungan nya.
2.
Kebudayaan sebagai sistem kognitif yang
tersusun dari apapun yang diketahui dalam berpikir menurut cara tertentu yang
berlaku bagi warga kebudayaan.
3.
Kebudayaan sebagai sistem struktur dari
simbol-simbol yang di miliki bersama yang memiliki analogi dengan struktur
pemikiran manusia.
4.
Kebudayaan sebagai sistem simbol yang
terdiri simbol-simbol dan makna –makna yang dimiliki bersama, yang dapat di
identifikasi, dan bersifat publik.
Dari semua definisi tersebut
akhirnya bermuara kepada perdebatan apakah kebudayaan itu merupakan kognitif
atau konkrit. Karena sebagian ahli berpendapat bahwa kebudayaan merupakan
kawasan kognitif yang berarti ada dalam pikiran manusia. Sebagian ahli
mengatakan bahwa atas lawlwess dalam saifuddin 2005 mendefinisikan kebudayaan
sebagai polo-pola prilaku dan keyakinan (dimendiasi oleh simbol) yang di
pelajari , rasional, terintegrasi, dimiliki bersama, dan secara dinamik adaftif
dan yang tergantung pada interaksi social manusia demi eksistensi mereka.
Dengan demikian suatu budaya
meruapakan suatu kumpulan pengetahuan yang di dalamnya sangat tergantung kepada
simbol-simbol yang merupakan citra bunyi, kata, gambar yang mempunyai makna.
Untuk melarang anaknya tidak bermain di semak belukar, si orang tua tidak akan
mengatakan:’’ Nak, kau jangan main
disemak sana karena disana ada binatang seperti cacing, besar, bersisik,
berlari sangat cepat, punya lidah yang bercabang, kalau menggigit bisa
mematikan’’. Orang tuanya akan bilang:’’Nak, jangan main disana karena banyak
ular’’. Kata ular merupakan citra bunyi yang mewakili gagasan tentang binatang
berbisa yang berlari sangat cepat, bentuknya seperti cacing tetapi bersisik dan
besar. Kebudayaan karena ia merupakan seperangkat pengetahuan maka ia sangat
tergantung dengan adanya simbol-simbol yang maknanya diolah oleh otak manusia.
Sifat pengetahuan tadi tidak
bersifat biologis namun bisa dipelajari di antaranya melalui sosialisasi
didalam keluarga dan di masyarakat sehingga menjadi pengetahuan yang bersifat
publik tersebut telah menjadi bahagian dari kehidupan individu yang
bersangkutan. Pengetahuan dan pola-pola tingkah laku digunakan sebagai strategi
adaptasi terhadap longkungan alam maupun buatan.
2.3. Manusia Sebagai Pencipta Kebudayaan
Budaya tercipta dari hasil dari interaksi antara
manusia dengan segala isi yang ada di alam raya ini. Manusia di ciptakan oleh
Tuhan dengan di bekali akal dan pikiran sehingga mampu untuk berkarya di muka
bumi ini dan secara hakikatnya menjadi khalifah di muka bumi ini. Di samping
itu manusia juga memiliki akal, pikiran, intelegensia, intuisi, perasaan,
emosi, kemauan, dan perilaku. Dengan semua kemampuan yang dimiliki oleh manusia
maka mauusia bisa menciptakan kebudayaan. Kebudayaan bersifat abstrak.
Namun, perwujudan dari kebudayaan adalah benda- benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya berupa
perilaku dan benda- benda yang bersifat nyata misalnya bahasa, peralatan
hidup, religi, seni, dan lain sebagainya.
Ada hubungan dialektika
antara manusia dan kebudayaan. Kebudayaan adalah produk manusia namun manusia
itu sendiri adalah produk kebudayaan dengan kata lain, kebudayaan ada karena
manusia yang menciptakannya dan manusia dapat hidup ditengah kebudayaan yang
diciptakannya. Kebudayaan akan terus hidup manakala ada manusia sebagai
pendukungnya.
Kebudayaan mempunyai nilai kebudayaan yang sangat
besar bagi manusia. Hasil karya manusia menimbulkan teknologi yang mempunyai
kegunaan utama dalam melindungi manusia terhadap lingkungan
alamnya. Kebudayaan itu sendiri memiliki peran sebagai:
1) Suatu hubungam pedoman antara manusia atau
kelompoknya.
2) Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan
kemampuan-kemampuan lain.
3) Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia.
4) Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus
bertindak dan berprilaku didalam pergaulan.
5) Pengatur agar manusia dapat mengerti bagaimama
seharusnya bertindak, berbuat dan menentukan sikapnya jika berhubungan dengan
orang lain.
6) Memenuhi kebutuhan manusia.
2.4. Mode Kebudayaan
Mode atau
fashion adalah cara dan gaya melakukan dan membuat sesuatu yang sering
berubah-ubah serta diikuti orang banyak. Hal terakhir ini merupakan ciri khas
dari mode yakni sifatnya missal. Mode atau fashion tidak hanya tampak pada cara
orang memotong dan menggunakan pakaian, cara mengatur rambut dan sebagainya,
tetapi juga dalam hal mengejar sesuatu yang baru di bidang lain., misalnya
tarian tradisional jawa dielaborasi dengan kesenian melayu atau bali akan lahir
tarian kontemporer modern, tetapi dari mode juga akan melahirkan sesuatu yang
dianggap aneh oleh masyarakat misalnya rambut dengan gaya funky, dengan di cat
berwarna-warni. Dari mode akan lahir sesuatu yang baru yang bersifat inovatif
yang mungkin nantinya akan dianggap biasa.
Dalam sistem budaya ini terbentuk
unsur-unsur yang paling berkaitan satu dengan lainnya. Sehingga tercipta tata
kelakuan manusian yang terwujud dalam unsure kebudayaan sebagai satu kesatuan.
Berikut akan dijelaskan tentang unsur-unsur kebudayaan tersebut.
|
|
|
|
|
|
|
|
Gambar 2.1
Bagan Mode Kebudayaan
Menurut model ini kebudayaan
merupakan strategi dalam upaya memenuhi kebutuhan primer, sekunder, dan
integratif manusia. Misalnya saja dalam memenuhi kebutuhan makan manusia
mengembangkan mata pencaharian sebagai peramu dan pemburu, sistem pertanian,
perladangan berpindah dan menetap. Manusia juga sangat dikendalai oleh sistem
lingkungan selama teknologi masih terbatas. Sistem pertanian intensif tidak mungkin
terjadi di daerah pegunungan yang sulit mendapatkan air, kecuali mengandalkan
hujan. Sistem mata pencaharian berburu, bertani merupakan mata pencaharian yang
bersifat subsistensi yaitu mata pencaharian yang bertujuan untuk mencukupi
kebutuhan hidup sehari- hari, adalah gejala yang universal. Tetapi, pola- pola
berburu, bertani masing- masing, masyarakat mengembangkan polanya sendiri
sebagai bentuk adaptasi terhadap lingkungannya. Apa yang ditanam, bagaimana
cara memanen, pengetahuan- pengetahuan tetang musim, pengetahuan terhadap hama
masing- masing masyarakat mempunyai ciri
khasnya sendiri. Dalam rangka memenuhi kebutuhan ini diperlukan organisasi
sosial untuk mengorganisasikan pekerjaan ini misalnya kekerabatan dalam
masyarakat tradisional. Mengacu kepada model diatas maka kekerabatan merupakan
pemenuhan kebutuhan sekunder. Dalam sistem kekerabatan perlu menegakkan aturan-
aturan atau norma yang bertujuan mengintegrasikan dan melestarikan kelompok
kekerabatan tadi.
Pada masyarakat industri berbeda lagi
secara umum kebutuhan akan pangan sudah tidak subsisten lagi tapi sudah untuk
kepentingn komoditas maka dikembangkanlah agroindustri. Untuk memenuhi
kebutuhan maka diperlukan jaringan- jaringan pemasaran dengan sistem pembagian
kerja yang profesional, membuat standar mutu dari suatu produk.
Mode kebudayaan itu sendiri dibagi
atas 3 wujud, yaitu:
a. Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang
berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan
ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga
masyarakat. Jika masyarakat tersebut
menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan
ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga
masyarakat tersebut.
b. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas
adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat
itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial
ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan
adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat
diamati dan didokumentasikan.
c. Artefak (karya)
Artefak
adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan
karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat
diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga
wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud
kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain.
Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada
tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
2.5.
Sistem Budaya
Sistem
budaya merupakan komponen-komponen dari suatu kebudayaan, menurut Keesing
(dalam Saifuddin 2005), komponen tersebut adalah :
1. Kebudayaan
sebagai sistem adaptif yang fungsi utamanya adalah penyesuaian diri masyarakat
terhadap lingkungannya.
2. Kebudayaan
sebagai sistem kognitif yang tersusun dari apapun yang diketahui dalam berpikir
menurut cara tertentu yang berlaku bagi warga kebudayaan.
3. Kebudayaan
sebagai sistem struktur dari sismbol-simbol yang dimiliki analogi dengan
struktur pemikiran manusia.
4. Kebudayaan
sebagai sistem simbol yang terdiri simbol-simbol dan makna-makna yang dimiliki
bersama, yang dapat diidentifikasi, dan bersifat publik.
Kebudayaan
sebagai sistem adaptif mempunyai fungsi sebagai sarana untuk menyesuaikan diri
terhadap lingkungan baik lingkungan alam maupun sosial. Sebagai salah satu
contoh pertanian subsistensi dengan cara peladangan berpindah merupakan
strategi adaptasi terhadap lingkungan perbukitan yang hanya mengandalkan air
dari hujan. Sehingga padi yang dikembangkan berbeda dari pada sawah. Di dalam
kebudayaan industri menerapkan aturan-aturan standar mutu adalah strategi
adaptasi terhadap pasar global.
Kebudayaan
sebagai sistem kognitif adalah segala sesuatu proses yang terjadi di dalam otak
manusia. Cara berpikir masyarakat tradisional, misalnya, lebih banyak
mengandalkan analogi-analogi sedangkan cara berpikir ilmiah yang memerlukan
bukti-bukti untuk mendukung pernyataannya.
Kebudayaan
sebagai sistem struktur dari simbol-simbol yang dimiliki memiliki anlogi dengan
struktur pemikiran manusia. Di dalam kesenian, membuat rumah, dalam menulis
cerita komposisi yang terlahir merupakan model dari pemikiran manusia. Misalnya
penempatan kanan kiri, utara-selatan, barat-timur, hitam-putih, siang-malam
merupakan salah satu model berpikir manusia secara oposisi biner. Karena dalam
berpikir manusia ikut serta bagaimana
kita tahu kanan kalau kita tidak mengetahui kiri sebelumnya. Bagaimana
kita tahu malam kalau sebelumnya kita tidak mengalami siang. Pembagian kategori
yang bertentangan ini merupakan ekspresi model berpikir yang kita sadari.
Kebudayaan
sebagai sistem simbol dan makna-makna yang dimiliki bersama. Simbol merupakan
hubungan antara penanda dan petanda berdasarkan konvensi. Bagi orang Indonesia
bendera merah putih (penanda) dan makna yang bisa kita baca (petanda) adalah
berani dan suci. Mungkin bagi kebudayaan lain merah putih belum tentu mempunyai
makna yang sama dengan kita. Dalam menyampaikan suatu konsepsi peranan
simbol-simbol sangat penting, simbol dapat berupa kata, angka, gerak tubuh yang
bermakna. Bagaikan suatu kalimat, suatu simbol bisa langsung dibaca maknanya,
tetapi adakalanya suatu simbol tidak berdiri sendiri sehingga maknanya bisa
dibaca ketika ia muncul bersama dengan simbol-simbol lain.
2.6. Perubahan Kebudayaan
Sering kita membedakan generasi kita
dan orang tua kita, sering generasi kita mengatakan orang tua kita kolot dan
sering pula orang tua kita mengatakan kita tidak beradat lagi karena sudah
keluar dari pakem-pakem tingkah laku orang tua. Tahun tujuh puluhan KB masih
dilarang oleh agama tetapi sekarang diperbolehkan asal tidak menggugurkan
kandungan. Pada tahun enam puluhan wanita tabu untuk memakai celana panjang
tetapi sekarang sudah merupakan hal biasa. Perempuan dahulu haruslah seorang
ibu rumah tangga sebagai rekan suami yang tinggal didapur sehingga di sebut “orang
rumah” sekarang wanita tidak lagi harus di dapur masyarakat sudah menerima jika
perempuan bekerja diluar rumah. Hal ini menegaskan bahwa kebudayaan itu
bersifat dinamis dalam rangka strategi adaptasi. Ketika penduduk semakin
bertambah dan lahan tidak bertambah maka prinsip banyak anak banyak rejeki
menjadi tidak adaptif lagi maka dicari strategi adaptasi baru yaitu menekan
jumlah pertumbuhan penduduk.
Bagaimana dan mengapa kebudayaan
berubah? Beberapa faktor yang menyebabkan kebudayaan berubaah yaitu:
2.6.1.
Discovery dan Invention
Discovery dan Invention bisa berupa
benda-benda seperti roda, bajak, komputer, bisa juga berupa tingkah laku atau
gagasan misalnya demokrasi, pembelian dan penjualan. Discovery berarti
bertambahnya pengetahuan sedangkan invention berarti aplikasi baru dari
pengetahuan tersebut. Discovery atau invention bisa ditemukan dari dalam atau
luar masyarakat. Apabila discovery atau invention ditolak maka tidak terjadi
perubahan. Suatu perubahan akan terjadi apabila discovery dan invention
diterima sebagai inovasi. Inovasi diterima dengan membuat perhitungan biaya dan
keuntungan.
2.6.2.
Difusi
Adalah peminjaman elemen-elemen
kebudayaan baru yang dipinjam dari luar dan diintegrasikan kedalam kebudayaan
kelompok penerima. Peminjaman ini bisa mengakibatkan lompatan kebudayaan namun
bisa juga menjadi fatal akibatnya. Untuk mempercepat laju pertumbuhan
industrinya pada abad ke-19 Jerman mengadopsi teknologi Inggris dan Belgia
untuk menghindari kegaagalan dan kesalahan-kesalahan. Demikian juga seperti
yang dilakukan oleh Jepang.
2.6.3.
Akulturasi
Akulturasi mirip dengan difusi dalam
arti peminjaman. Apabila difusi meminjamnya dengan sukarela maka akulturasi
lebih cenderung dipaksakan oleh kelompok masyarakat yang lebih kuat. Penaklukan
Spanyol terhadap Mexico memaksa kelompok-kelompok penduduk lokal menerima
Katolik. Negara-negara dunia ketiga dipaksa menerima demokrasi oleh
negara-negara maju.
2.6.4.
Revolusi
Revolusi adalah perubahan secara
drastis daan cepat yang biasanya disertai dengan pemberontakan. Revolusi Iran
tahun 1979 dengan menggulingkan rezim Shah Iran Reza Pahlevi yang membawa
perubahan-perubahan dalam sendi-sendi kehidupan rakyat Iran dari sekuler
menjadi Islam. Begitu juga Mustafa Kemal Attaturk mengubah masyarakat Turki
dari Ialam menjadi sekuler. Indonesia telah mengalami beberapa revolusi yaitu
berdirinya negara Indonesia tahun 1945, orde baru, dan reformasi yang membawa
dampak perubahan-perubahan yang drastis. Pada masa reformasi menjadikan negara
Indonesia menjadi lebih demokratis
menggantikan rezim yang otoriter. Pemilu lebih terbuka dengan lebih banyak
partai yang berperan dengan berbagai variasi ideologi. Orang lebih berani untuk
mengkritisi kebijakan pemerintah.
2.7.
Persoalan – Persoalan Kebudayaan
Demikian luasnya cakupan kebudayaan
semakin banyaknya persoalan- persoalan di tingkat detailnya yang tak
habis-habisnya untuk dikaji. Namun dalam kepentingan kita ada dua permasalahan
yang penting yaitu kita secara bersama-sama menghadapi globalisasi. Selain itu
semakin pluralnya dunia kehidupan perlu kita mengajukan pemikiran-pemikiran
tentang multikulturalisme.
2.7.1. Adaptasi
Terhadap Globalisasi
Globalisasi adalah mengintensifnya
hubungan-hubungan sosial dari dunia dimana tempat-tempat yang berjauhan saling
mempengaruhi. Dengan demikian kejadian disuatu tempat diakibatkan oleh
kejadian-kejadian yang bermil-mil jauhnya, demikian juga sebaliknya. Dalam arti
yang sempit globalisasi dapat dipahami sebagai karakteristik globalisasi yang
kecenderungan menyatunya internasionalisasi proses pembagian kerja
internasional yang baru, perpindahan penduduk dari selatan ke utara, lingkungan
kompetisi baru yang mempercepat proses itu, dan internasionalisasi negara
sebagai agen globalisasi dunia. Kunci utama dalam memahami globalisasi adalah
perekonomian kapitalisme mutakhir dan industrialisme.
Kapitalisme adalah sistem produksi
komoditi, yang dipusatkan atas hubungan kepemilikan pribadi atas modal ke tanpa
pemilikan pribadi dari tenaga kerja. Sisyem melahirkan sistem kelas antara
pemilik modal dan tenaga kerja. Usaha kapitalis bergantung kepada pasar-pasar
kompetitif, harga-harga yang menjadi pertanda bagi investor, produsen dan
konsumen. Masyarakat kapitalis mempunyai ciri-ciri institusional tertentu,
pertama : tahanan ekonomi yang sifatnya kompetitif dan ekspansif, selalu
konsisten dalam inovasi teknologi. Kedua adalah ekonomi diisolasi dari
institusi politik. Namun pembaharuan dan perubahan dalam bidang ekonomi dapat
mengguncang institusi-institusi lain. Ketiga adalah penyekatan antara politik
dan ekonomi yang didasarkan atas keunggulan dan kepemilikan pribadi dalam cara
produksi. Keempat, otonomi negara dikondisikan oleh hal-hal yang menggantungkan
nasib pada akumulasi modal. Seiring dengan kapitalisme adalah industrialisme.
Industrialisme adalah suatu cara produksi yag menggunakan sumber energi yang
berasal dari non hidup dimana berperan dalam permesinan dalam memproduksi
barang- barang. Organisasi sosial harus teratur, mesin, input dn output
bahan-bahan mentah dan barang-barang dapat terkordinasi dengan baik.
Industrialisme kaena itu tidak hanya mempengaruhi tempat kerja, tetapi juga
mempengaruhi transportasi, komunikasi dan kehidupan domestik. Dari kedua
institusi tersebut dapat berjalan berkat adanya pengawasan ( surveillance ).
Tidak ada negara yang mampu
membentengi diri dari gobalisasi karena tidak ada negara yang mampu berdiri
sendiri dalam mencukupi kebutuhannya. Indonesia perlu devisa tetapi sumber daya
manusianya tidak mampu mengolah sumber daya alam maka Indonesia mengundan
investor asing untuk mengeksploitasi sumber daya tersebut. Harga BBM di
Indonesia menyesuaikan denan harga BBM di pasar intenasional, penjualan
aset-aset BUMN kepada perusahaan asing. Kecap Bango sekarang dimiliki oleh
Unilever dari Belanda, pabrik rokok Sempurna sekarang dimiliki oleh perusahaan
Philip Morris yang memproduksi rokok Marlboro.
Logika globalisasi yang merupakan
anak kandung dari kapitalisme membuat
pemerintah tak berdaya dalam menghadapi perusahaan-perusahaan multisional. Ini
bukan hanya monopoli kita saja, dimana pun pemerintah tidak punya kekuatan dan
memang tidak dibolehkan mencampuri urusan ekonomi dengan politik. Hal ini
membawa dampak terhadap gejolak pada rakyat Indonesia, bagaimana reaksi
masyarakat ketika mengahadapi kenaikan harga BBM. Subsidi tidak boleh dilakukan
berdasarkan logika kapitalisme karena bisa mendistorsi pasar.
Apa yang dunia pendidikan kita
rentan terhadap pengaruh global adalah semakin mudahnya tenaga ahli asing
memasuki pasar kerja Indonesia dan semakin mudahnya perguruan tingi asing
beroperasi di Indonesia. Ini adalah tantangan besar dalam mengahadapinya.
Intinya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Hal ini
dapat dicapai dengan pendidikan manusia Indonesia. Hal ini telah membuat
pemerintan menguji coba kebijakan-kebijakan kurikulumnya, kemudian memberi
anggaran dana pendidikan yag lebih besar.
Uji coba-uji coba kebijakan terus
berlangsung sampai saat ini seiring degan kondisi global yang sangat dinamis.
Salah satu indikator keberhasilan dalam meningkatkan mutu dapat dikatakan
berhasil apabila lulusan dapat bersaing dalam pasar tenaga kerja internasional.
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi
terhadap lingkungan global adalah meningkatkan mutu sumber daya manusia.
Bagaimana upaya untuk meningkatkan mutu maka harus diciptakan suatu etos kerja
yang tinggi. Telah terbukti bangsa-bangsa yang mempunyai etos kerja yang tinggi
berhasil mengejar ketertinggalan dengan bangsa-bagsa lain yang lebih dulu maju.
2.7.2.
Multikulturalisme
Persoala multikulturalisme perlu
menjadi pusat perhatian dalam rangka mebangun suatu masyarakat yang
terintegrasi. Kekayaan budaya Indonesia dapat menjadi sumber konflik apabila
tidak ditangani dengan baik. Contoh yang representif adalah masyarakat.
Sumatera Utara yang sangat beragam yang menyimpan potensi konflik walaupun
sampai saat sekarang kita masih beranggapan bahwa sekarang masih aman-aman
saja. Negara-negara maju mengembangkan kebijakan multikulturalisme untuk mengintegrasikan
penduduknya yang beranekaragam dari segi kebudayaannya.
2.7.3. Masyarakat
Majemuk
Masyarakat
majemuk adalah masyarakat yang terdiri dari berbagai macam karakteristik
kebudayaan baik perbedaan dalam bidang etnis, golongan, agama, tingkat sosial
yang tinggal dalam suatu komunitas tertentu.Dalam kajian masyarakat
majemuk,kajian tentang etnisitas banyak mengambil perhatian para ahli.
Menurut J.S. Furnivall,
masyarakat majemuk merupakan masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih
komunitas maupun kelompok-kelompok yang secara budaya dan ekonomi terpisah
serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda satu dengan lainnya.
Nasikun, menyatakan
bahwa masyarakat majemuk merupakan suatu masyarakat yang menganut sistem nilai
yang berbeda di antara berbagai kesatuan sosial yang menjadi anggotanya. Para
anggota masyarakat tersebut kurang memiliki loyalitas terhadap masyarakat
sebagai suatu keseluruhan, kurang memiliki homogenitas kebudayaan, atau bahkan
kurang memiliki dasar untuk mengembangkan sikap saling memahami.
2.7.4.
Multikulturalisme Sebagai Ideologi
Multikulturalisme
adalah sebuah ideologi yang mengakui dan mengutamakan perbedaan kesederajatan,baik
perbedaan individu maupun kelompok yang di lihat secara budaya dalam
masyarakat. Lawrence A. Blum, seorang guru besar filsafat di Universitas
of Massachusetts di Amherst, mengatakan definisi multikulturalisme sebagai
berikut. “Multikulturalisme meliputi
sebuah pemahaman, penghargaan dan penilaian atas budaya seseorang, serta sebuah
penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain. Ia meliputi
sebuah penilaian terhadap budaya-budaya orang lain, bukan dalam arti menyetujui
seluruh aspek dari budaya-budaya tersebut, melainkan mencoba melihat bagaimana
sebuah budaya yang asli dapat mengekspresikan nilai bagi anggota-anggotanya
Masyarakat
multikultural Indonesia adalah sebuah masyarakat yang berdasarkan pada ideologi
multikulturalisme atau Bhinneka Tunggal Ika yang multikultural, yang melandasi
corak struktur masyarakat Indonesia.
Pada
masyarakat multikultural, individu maupun kelompok dari berbagai budaya dan
suku bangsa hidup dalam kesatuan sosial tanpa kehilangan jati diri budaya dan
suku bangsanya meskipun tetap ada jarak. Masyarakat multikultural merupakan
masyarakat yang kelompok suku bangsa dan budayanya berada dalam kesetaraan
derajat dan toleransi sejati.
Adapun karakteristik dari suatu masyarakat
multikultural dapat diuraikan sebagai berikut.
- Dalam masyarakat multikultural,
tiap-tiap budaya bersifat otonom.
- Masyarakat multikultural dalam
perkembangannya akan bersinggungan dengan konsep hidup bersama untuk
mencari kehidupan bersama.
- Adanya semangat untuk hidup
berdampingan secara damai (peaceful coexistence) dalam perbedaan
kultur yang ada, baik secara individual maupun secara kelompok dan
masyarakat.
- Dikembangkannya toleransi,
saling memahami, dan menghargai perbedaan yang ada.
- Terkait
dengan upaya pencapaian civility (keadaban), yang amad esensial
bagi terwujudnya keadaban yang demokratis.
Dalam
model multikulturalisme ini, sebuah masyarakat pandang sebagai sebuah
kebudayaan yang berlaku umum dalam masyarakat tersebut yang coraknya seperti
sebuah mozaik. Di dalam mozaik tercakup semua kebudayaan dari
masyarakat-masyarakat yang lebih kecil yang membentuk terwujudnya masyarakat
yang lebih besar, yang mempunyai kebudayaan yang seperti sebuah mozaik
tersebut. Model multikulturalisme ini sebenarnya telah digunakan sebagai acuan
oleh para pendiri bangsa Indonesia dalam mendesain apa yang dinamakan sebagai
kebudayaan bangsa, sebagaimana yang terungkap dalam penjelasan Pasal 32 UUD
1945, yang berbunyi “Kebudayaan bangsa (Indonesia) adalah puncak-puncak
kebudayaan di daerah”.
Hal yang harus
kita waspadai adalah munculnya perpecahan etnis, budaya dan suku di dalam tubuh
bangsa kita sendiri. Bangsa Indonesia yang kita ketahui bersama memiliki
bermacam-macam kebudayaan yang dibawa oleh banyak suku, adat-istiadat yang
tersebar di seluruh Nusantara. Dari Sabang sampai Merauke kita telah banyak
mengenal suku-suku yang majemuk, seperti; Suku Jawa, Suku Madura, Suku Batak,
Suku Dayak, Suku Asmat dan lainnya. Yang kesemuanya itu mempunyai keunggulan
dan tradisi yang berbeda satu dengan yang lainnya.
BAB
III
PENUTUP
Budaya
meruapakan suatu kumpulan pengetahuan yang di dalamnya sangat tergantung kepada
simbol-simbol yang merupakan citra bunyi, kata, gambar yang mempunyai makna.
Kebudayaan mempunyai nilai
kebudayaan yang sangat besar bagi manusia. Hasil karya manusia menimbulkan
teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi manusia
terhadap lingkungan alamnya.
Mode kebudayaan itu sendiri dibagi
atas 3 wujud, yaitu:
1. Gagasan (Wujud ideal)
2. Aktivitas (tindakan)
3. Artefak (karya)
Sistem
budaya merupakan komponen-komponen dari suatu kebudayaan, menurut Keesing
komponen tersebut adalah :
1.
Kebudayaan sebagai sistem adaptif
2.
Kebudayaan sebagai sistem kognitif
3.
Kebudayaan sebagai sistem struktur
4.
Kebudayaan sebagai sistem simbol
Ada
Beberapa faktor yang menyebabkan kebudayaan berubaah yaitu:
1.
Discovery dan Invention
2.
Difusi
3.
Akulturasi
4.
Revolusi
Ada
beberapa macam persoalan-persoalan kebudayaan yaitu:
1.
Adaptasi terhadap globalisasi
2.
Multikulturalisme
3.
Masyarakat majemuk
4.
Multikulturalisme sebagai ideologi
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. http://kantongajaibputri.blogspot.com/2011/11/tugas-isbd- manusia-sebagai-makhluk.html
(Di Akses Tanggal 30 agustus 2014)
Sembiring,
Dermawan. 2014. Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar.
Medan: Universitas Negeri
Medan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar