BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Analisis genetika tidak bisa dilakukan kalau tidak ada
keragaman organisme. Percobaan persilangan pada kacang kapri bisa dilakukan
karena adanya keragaman warna biji, bentuk biji, dan warna bunga. Dari mana
keragaman genetika itu berasal, bagaimana terjadinya? Jawaban dari pertanyaan
ini secara sederhana bisa dikatakan bahwa organisme memiliki kecenderungan
untuk mengalami perubahan dari satu karakter menurun ke karakter lainnya.
Proses perubahan menurun ini disebut mutasi.
Berdasarkan Perubahan
Pada Bahan Genetiknya, Mutasi dibedakan menjadi mutasi gen (mutasi DNA) dan
mutasi kromosom berdasarkan perubahan pada genetiknya, mutasi gen menyebabkan
perubahan ciri atau sifat individu. Tetapi tidak menyebabkan jumlah atau struktur
kromosom. Adapun mutasi kromosom menyebabkan perubahan jumlah atau struktur
kromosom suatu individu yang berujung pada perubahan ciri atau sifat individu
tersebut.
Kelompok
kami yaitu kelompok IV (empat) hanya membahas materi mengenai mutasi gen, untuk
lebih jelasnya, akan dibahas pada bab selanjutnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Mutasi
Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada bahan genetik (DNA maupun RNA), baik pada taraf urutan gen maupun pada taraf kromosom. Mutasi pada tingkat kromosom disebut aberasi. Mutasi pada
gen dapat mengarah pada munculnya alel baru dan menjadi dasar bagi
kalangan pendukung evolusi mengenai munculnya variasi-variasi baru pada spesies.
Perubahan pada sekuens basa DNA akan menyebabkan perubahan pada protein yang
dikode oleh gen. Contohnya, bila gen yang mengkode suatu enzim mengalami
mutasi, maka enzim yang dikode oleh gen mutan tersebut akan menjadi inaktif
atau berkurang keaktifannya akibat perubahan sekuens asam amino. Namun mutasi
dapat pula menjadi menguntungkan bila enzim yang berubah oleh gen mutan
tersebut justru meningkat aktivitasnya dan menguntungkan bagi sel.
2.1.1
Mutasi Gen
Mutasi gen atau disebut juga mutasi titik (Point mutations)
adalah perubahan urutan satu atau dua pasang basa DNA yang menyusun gen. Urutan
nukleotida dalam sebuah DNA disalin dengan kesalahan yang sangat kecil, yaitu
kurang dari satu kesalahan untuk setiap sepuluh miliar nukleotida. Kesalah itu
akan terus menerus disalin dan diteruskan kesemua generasi sel berikutnya
karena urutan yang salah itu dianggap sebagai urutan yang benar. Perubahan atau
mutasi gen bersifat acak, artinya dapat terjadi pada pasangan basa nitrogen
(ada sekitar 1200-1500 pasangan basa) mana saja di sepanjang kromosom. Mutasi
gen terjadi selama proses translasi ataupun transkripsi pada saat sintesis
protein. Perubahan satu urutan nukleotida saja dapat menyebabkan pengaruh yang
tidak bisa dianggap kecil, bergantung pada bagian mana perubahan itu terjadi.
Mutasi gen atau perubahan urutan nukleotida mungkin mengakibatkan tidak aktif
atau tidak terbentuknya protein penting. Ada dua tipe mutasi gen, yaitu
substitusi basa dan mutasi pergeseran rangka.
Mutasi gen disebabkan oleh adanya
perubahan dalam urutan nukleotida perubahan genotif. Bahan- bahan penyebab
terjadinya mutasi disebut dengan mutagen. Sedangkan individu yang
memperlihatkan perubahan sifat (fenotipe) akibat mutasi disebut mutan.
Mutagen dibagi menjadi 3, yaitu:
Mutasi
gen bisa terjadi pada jaringan somatik atau pada jaringan nutfah (germinal).
Jika terjadi pada jaringan somatik, maka kadang-kadang fenotipenya tampak
kontras dikelilingi oleh sel-sel normal. Jaringan atau sel yang mengalami
mutasi pada tanaman bisa diperbanyak melalui kultur sel atau jaringan sehingga diperoleh
klon-klon yang identik dengan sel atau jaringan yang mengalami mutasi tersebut,
dan mungkin jadi tanaman. Secara definisi mutasi somatik tidak diwariskan pada
zuriatnya, kecuali kalau jaringan mutan pada tanaman klon ini berkembang
menjadi jaringan nutfah yang menghasilkan gamet dan diwariskan pada zuriatnya.
Mutasi
nutfah tejadi pada jaringan yang akan menghasilkan sel-sel gamet. Jika sel-sel
gamet mutan ini melakukan fertilisasi, maka mutasi ini akan diteruskan ke
generasi berikutnya.
Fenotipe hasil mutasi
bisa kelompokkan ke dalam lima kelas yaitu, Mutasi Morfologi, Mutasi Letal,
Mutasi kondisional, Mutasi Biokimia dan
Mutasi Resistan.
a. Mutasi
Morfologi, Mutasi Morfologi efeknya dapat dilihat seperti bentuk, warna, atau
ukuran. Warna mata putih pada Drosophila, tanaman kate pada Pisum sativum, dan askospora albino
merupakan contoh-contoh mutasi morfologi.
b. Mutasi
Letal, Mutasi letal dikenali dengan adanya alel baru yang efeknya letal,
mematikan organisme. Kadang-kadang penyebab utama kematian mudah
diidentifikasi, sebagai contoh ketidaknormalan darah pada manusia. Akan tetapi
kerap kali gen ini baru dikenali hanya melalui efeknya pada mortalitas.
c. Mutasi
Kondisional, Mutasi dalam kelas ini, alel mutan mengekspresikan fenotipe
mutannya pada suatu kondisi tertentu yang disebut kondisi restriktif sedangkan pada kondisi lainnya mengekspresikan
fenotipe normal, kondisi ini disebut kondisi
permisif. Muatan-muatan kondisonal terhadap temperatur telah dan paling
sering dipelajari. Sebagai contoh pada Drosophila
dikenal “ dominan letal peka terhadap suhu “. Individu heterozigot ( H+/H) dalam kelas fenotipenya normal pada suhu 20ºC (kondisi
permisif), akan tetapi mati jika suhunya dinaikkan sampai 30ºC (kondisi
restriktif).
d. Mutasi
Biokimia, Mutan kelas ini dapat diidentifikasi dengan hilangnya atau berubahnya
beberapa fungsi biokimia dalam sel. Perubahan ini dicirikan dengan hilangnya
kemampuan untuk tumbuh dan berkembangbiak. Akan tetapi dalam banyak kejadian
kemampuan tumbuh mutan dapat pulih kembali
melalui penambahan nutrisi tertentu dalam media pertumbuhannya. Mutasi
biokimia telah banyak di pelajari dan dianalisis pada mikroorganisme.
Mikroorganisme kebanyakan prototropik :
artinya mikroorganisme ini dapt mandiri untuk nutrisinya, dan dapat hidup pada
substrat yang mengandung garam-garam anorganik sederhana dan suatu sumber
energi. Medium semacam ini disebut muatan minimal. mutan biokimia kerap kali auksotropik : artinya mikroorganisme ini
harus diberi tambahan nutrisi komple untuk pertumbuhannya. Sebagai contoh pada
cendawan terdapat suatu kelas mutan biokimia yang tidak dapat tumbuh kecuali
kalau diberi bahan kimia sel penting
adenin dalam media pertumbuhannya. mutan auksotrofik ini disebut ad atau “memerlukan-adenin”.
e. Mutasi
Resistan, Sel atau organisme yang termasuk dalam kelompok mutasi resistan,
mampu tumbuh dalam media yang mengandung beberapa inhibitor tertentu, seperti
sikloheksimida, patogen tertentu, yang untuk tipe liar biasanya rentan.
Mutan-mutan jenis ini telah banyak digunakan secara intensif, karena mudah
diseleksi dan mudah dilihat.
2.1.2
Kegunaan mutasi
Mutasi adalah suatu proses biologi yang telah ada selama adanya
kehidupan dalam planet bumi ini. Alel mutan yang telah dibahas dalam bab
sebelum ini tidak bernilai di dalam mengkaji proses mutasi sendiri, akan tetapi
sangat berguna sebagai ciri genetik atau sebagai wakil gen : fungsi persisnya
tidak begitu penting, kecuali sebagai suatu cara untuk melacaknya.
Akan tetapi dalam genetika modern gen mutan telah mempunyai
peranan lain karena fungsi persisnya penting. Gen mutan dapat digunakan dalam
menguraikan bagian-bagian penting fungsi biologi dan memeriksa cara bekerjanya
dan hubungannya. Jadi suatu pengkajian fungsi biologi tertentu dapat menarik
untuk mempunyai sebanyak mungkin bentuk mutan yang mempengaruhi fungsi biologi
tersebut. Untuk mengidentifikasi keragaman genetik sama dengan mengidantifikasi
komponen proses biologi, yaitu:
Sistem Melacak Mutasi
Kestabilan bentuk suatu
spesies dari generasi ke generasi menunjukkan bahwa mutasi merupakan suatu
proses yang langka. Keadaan ini membuat masalah bagi pakar genetik yang mencoba
mendemonstrasikan mutasi.
Suatu sistem untuk
melacak mutasi diperlukan agar pada suatu keadaan, kehadiran suatu alel mutan
dikenal pada tingkat fenotipenya. Sistem semacam ini menjamin bahwa setiap
mutasi langka yang mungkin ada tidak akan terlewati.
Sistem ini harus dibuat
agar mutasi resesif tidak akan terselubungi oleh alel normal dominan
pasangannya. Sebagai contoh, kita dapat menggunakan sistem melacak yang pertama
kali dibuat dan digunakan oleh Lewis Stadler dalam tahun 1920 untuk mempelajari
mutasi pada jagung dari alel C, yang
fenotipenya biji berwarna, ke alel c, ekspresinya biji putih. Warna biji
jagung disini ditentukan oleh fenotipe endospermanya. Jika dilihat kembali
dalam bab siklus hidup tumbuhan, kita ketahui bahwa jaringan endosperma
terbentuk dari sel hasil fusi dua nukleus betina haploid identik dengan satu
nukleus haploid dari sel polen jantan. Jadi jaringan ini mempunyai tiga set
kromosom (3n). Keadaan ini tidak akan tetap menampakkan efeknya dalam kehadiran
dua alel resesif.
Stadler menyilangkan
betina cc x jantan CC dan memeriksa ribuan biji pada
tongkol jagung hasil persilangan ini. Setiap biji mewakili individu zuriat.
Dalam keadaan tidak ada mutasi, semua biji jagung akan Ccc berfenotipe berwarna.
Jadi kalau dijumpai satu biji jagung putih maka sudah dapat dipastikan telah
terjadi dari C ke c dalam
tetua jantan CC. Meskipun pekerjaan
yang harus dilakukan banyak, akan tetapi metode ini sangat langsung dan dapat
dipercaya untuk melacak mutasi.
Sistem ini dapat
dikembangkan ke sebanyak lokus yang dapat dibuat heterozigotnya dengan mudah
dalam satu silangan. Contoh :
++ ++ ++ ++ x aa bb cc dd
Mutan 1
Normal Mutan
2
+a bb +c +d +a +b
+c +d +a +b
+c dd
Dengan
meningkatkan banyaknya lokus spesifik yang dipelajari, maka peneliti
meningkatkan kemungkinan melacak suatu mutasi dalam percobaannya. Uji semacam
ini disebut uji lukos spesifik. Sistem ini sudah digunakan secara ekstensif
dalam genetika jagung pada dan mamalia.
Sejauh mana Mutasi
Terjadi?
Jika sistem melacak
mutasi terjadi tersedia, peneliti dapat merancang percobaan untuk menemukan
mutasi. Satu hal sudah pasti adalah bahwa mutasi adalah kejadian yang langka
seperti dapat dilihat dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1 Frekuensi
mutasi pada beberapa lokus jagung
Banyaknya Rataan Banyaknya
Mutasi per jutaan
Gen Gamet diuji Mutasi Gamet
R r 554786 273 492.0
I i 265391 28 106.0
Pr pr 647102 7 11.0
Su su 1678736 4 2.4
Y y 1745280 4 2.2
Sh sh 2469285 3 1.2
Wx wx 1503744 0 0.0
Dua istilah yang umum
dipergunakan untuk menghitung mutasi yaitu :
1.Laju
mutasi dan
2.
Frekuensi mutasi.
Laju Mutasi
Laju mutasi adalah suatu besaran yang
mewakili suatu usaha pengukuran banyaknya peluang kejadian mutasi spesifik yang
terjadi dalam satu satuan waktu tertentu. Waktu dapat berupa satau atau
beberapa satuan pengukuran. Suatu satuan satu generasi organisme, generasi sel,
atau pembelahan sel biasanya lebih digunakan daripada satuan waktu aktual
seperti hari jam.
Frekuensi
Mutasi
Frekuensi mutasi adalah frekuensi
suatu macam mutasi atau mutan yang spesifik dijumpai dalam suatu populasi sel
atau individu. Populasi sel dapat berupa gamet (dalam organisme tingkat tinggi)
atau spora aseksual, atau setiap tipe sel lainnya. Nilai peubah ini lebih mudah
diukur dibandingkan dengan laju mutasi. Misalkan dalam suatu populasi berukuran
1000 individu tanaman dijumpai 3 individu memperlihatkan fenotipe mutan
spesifik tertentu, maka frekuensi mutasinya sama dengan 0,3%.
Induksi
Mutasi
Frekuensi
mutasi bisa ditingkatkan dengan menggunakan agen yang bisa meningkatkan
frekuensi mutasi dibandingkan frekuensi mutasi alami. Agen ini disebut Mutagen.
Beberapa agen yang bisa meningkatkan frekuensi mutasi adalah : radiasi sinar X,
sinar 7g, sinar ultra violet (UV), dan bahan kimia EMS (etil metanesulfonat).
Pemuliaan
Mutasi
Mutasi dapat digunakan bukan hanya
untuk mengupas tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem biologi,
tetapi dapat juga digunakan dalam program pemuliaan tanaman. Seperti telah
dibahas sekilas di dalam bab pendahuluan, bahwa di dalam mencari varietas
tanaman dengan sifat yang lebih baik diperlukan adanya keragaman sifat-sifat
dan rekombinasi baru dari sifat-sifat yang baik melalui persilangan. Salah satu
cara untuk membuat keragaman sifat-sifat adalah melalui penggunaan mutagen.
Dengan cara ini diharapkan terjadi mutasi buatan yang menimbulkan keragaman
sifat yang baik untuk diseleksi.
Berbagai prosedur bisa dipakai untuk
membuat mutasi buatan dengan mutagen. Diantaranya melalui perlakuan mutagen
terhadap polen, dan kemudian polen ini dipakai untuk polinasi. Pada generasi
berikutnya mutasi dominan akan tampak, sedangkan mutasi resesif akan tampak
setelah penyerbukan sendiri pada generasi selanjutnya. Cara lainnya adalah
melalui perlakuan mutagen terhadap biji. Sel dalam embrio di dalam biji mungkin
menjadi mutan, dan mungkin akan menjadi jaringan nutfah atau jaringan somatik.
Jika mutasi terjadi dalam jaringan somatik maka setiap mutasi dominan akan
tampak pada tanaman yang tumbuh dari biji tersebut,akan tetapi mutasi akan
berakhir di tanaman itu. Mutasi nutfah (germinal), akan tampak pada generasi
kemudian, yang kemudian bisa diseleksi sesuai dengan sifat yang diperlukan. Jadi
mutasi bukan hanya dapat dipakai untuk analisis genetik dan pengupasan sistem
dalam biologi, tetapi dapat juga digunakan dalam berbagai macam percobaan dan
penggunaan praktis.
2.1.3 Jenis-Jenis Mutasi Gen
Menurut
Kejadiannya
a. Spontan
(spontaneous mutation), Mutasi spontan adalah mutasi (perubahan materi genetik)
yang terjadi akibat adanya sesuatu pengaruh yang tidak jelas, baik dari
lingkungan luar maupun dari internal organisme itu sendiri. Mutasi ini terjadi di alam secara
alami (spontan), dan secara kebetulan.
b. Induksi
(induced mutation), Mutasi terinduksi adalah mutasi yang terjadi akibat paparan
dari sesuatu yang jelas, misalnya paparan sinar UV. Secara mendasar tidak
terdapat perbedaan antara mutasi yang terjadi secara alami dan mutasi hasil
induksi.
Berdasarkan
jenis sel yang bermutasi
a. Mutasi
somatik adalah mutasi yang terjadi pada sel-sel somatik. Mutasi somatik dapat
diturunkan dan dapat pula tidak diturunkan. Mutasi somatik dapat dialami oleh embrio/janis maupun orang
dewasa.
·
Mutasi
somatik pada embrio/janin menyebabkan cacat bawaan
·
Mutasi
somatik pada orang dewasa cenderung menyebabkan kanker.
b. Mutasi
gametik germinal adalah mutasi yang terjadi pada sel gamet. Karena terrjadinya
di sel gamet, maka akan diwariskan oleh keturunannya. Mutasi gametik disebut mutasi germinal. Bila mutasi tersebut
menghasilkan sifat dominan, akan terekspresi pada keturunannya. Bila resesif
maka ekspresinya akan tersembunyi.
Berdasarkan jenis kromosom yang mengalami mutasi
pada sel gamet:
a. Mutasi autosomal, Mutasi sel kelamin yang terjadi pada kromosom autosom.
Mutasi jenis ini menghasilkan mutasi yang dominan dan mutasi yang resesif.
b. Mutasi tertaut kelamin,
Mutasi sel kelamin yang terjadi pada
kromosom seks (kromosom kelamin), berupa tertautnya beberapa gen dalam kromosom
kelamin.
Berdasarkan
Bagian yang Bermutasi
Berdasarkan bagian yang
bermutasi, mutasi dibedakan menjadi mutasi gen dan mutasi kromosom.
a. Substitusi basa
Mutasi
gen pada tipe ini merupakan mutasi gen yang paling sering terjadi. Pada tipe
ini suatu nukleotida digantikan atau ditukar dengan nukleotida lainnya dan hal
itu akan memengaruhi asam amino yang disintesis. Berdasarkan perubahan
nuukleotidanya, substitusi basa dibedakan menjadi transisi dan transversi.
Transisi merupakan substitusi tau pertukaran antar basa sejenis, misalnya antar
purin dan purin (A ↔ G) atau antara pirimidin dan pirimidin (C ↔ T). Sementara
itu tranversi merupakan substitusi antarbasa nitrogen yang tidak sejenis,
misalnya antara purin dengan pirimidin atau sebaliknya (A/G ↔ C/T).
Secara
fungsional substitusi basa juga dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
1.
mutasi bisu (silent mutations)
2.
mutasi bermakna salah, dan
3.
mutasi tidak bermakna.
Mutasi bisu (silent
mutations) merupakan perubahan urutan nukleotida pada kodon triplet yang
tidak mengubah asam amino. Hal itu disebabkan substitusi basa pada cetakan DNA
menghasilkan kodon lain yang mengode atau menyandi asam amino yang sama.
Perhatikan Gambar berikut ini.
DNA asal DNA
mutan
|
|
Gambar 2.1 :
Mutasi Bisu. Transisi CTT à
CTC menghasilkan kodon yang juga mengode glutamin.
Mutasi Bermakna
salah (missense mutations) merupakan perubahan urutan basa (nukleotida) DNA yang menghasilkan perubahan
pada mRNA yang menerjemahkan menjadi asam amino yang berbeda. Mutasi jenis ini
bertanggung jawab terhadap munculnya penyakit Epidermolysis bullosa dan penyakit sel sabit (sikle-cell disease). Pada penyakit sel sabit, nukleotida ke-17 gen
penyusun hemoglobin (bagian dari rantai beta) yang terdapat pada kromsom 11
berubah dari kodon GAG (Untuk menyandi
glutamin) menjadi GTG (untuk menyandi valin). Akibatnya urutan asam amino
penyusun hemoglobin yang seharusnya Val-His-Leu-Tir-Pro-Val-Glu. Itu berarti terjadi perubahan pada asam amino keenam.
Peristiwa itu terjadi sebagai akibat kesalahan replikasi pada saat meiosis. Hal
itu menyebabkan hemoglobin yang terbentuk menjadi rusak dan tidak dapat
mengangkut oksigen. Efek samping rusaknya hemoglobin adalah perubahan bentuk
sel-sel darah merah dari bentuk bikonkaf menjadi bentuk sabit jika dalam
keadaan konsentrasi oksigen rendah.
|
|
||||||||
Gambar 2.2 :
Fotomikrograf sel-sel darah merah
Sumber : Bradfield.2002
Pada mutasi bermakna salah ini, perubahan suatu kode genetik
(umumnya pada posisi 1 dan 2 pada kodon) sehingga menyebabkan asam amino yang
terkait pada rantai polipeptida berubah. Perubahan pada asam amino dapat
menghasilkan fenotip mutan apabila asam amino yang berubah merupakan asam amino
esensial bagi protein tersebut. Jenis mutasi ini dapat disebabkan oleh
peristiwa transisi dan tranversi.
|
|
DNA Asal DNA
Mutan
Gambar 2.3 :
Mutasi bermakna salah dimana DNA asal memiliki kode kodon glisin, namun pada
DNA mutan berubah menjadi lisin.
Mutasi tidak
bermakna (nonsense mutations) adalah mutasi yang menggantikan suatu kodon
untuk suatu asam amino dengan satu atau tiga kodon stop (stop codon). Dengan
kata lain, mutasi tidak bermakna adalah mutasi yang menghasilkan kodon stop
(stop codon). Hal ini menyebabkan proses transkipsi dalam sintesis protein
berhenti lebih awal dan menghasilkan polipeptida yang pendek dan biasanya tidak
berfungsi. Contoh mutasi tidak bermakna yaitu:
|
|
DNA Asal DNA
mutan
Gambar 2.4 : Mutasi tidak bermakna (a) mengubah
suatu asam amino menjadi kodon stop. Disini transversi AT menjadi TA mengubah
kodon dari lisin menjadi kodon stop UAA.
Gambar 2.5 : Mutasi tidak bermakna (b) mengubah suatu asam amino menjadi kodon stop.
b. Mutasi Pergeseran rangka
Mutasi pergeseran rangka terjadi apabila ada
penambahan (adisi/insersi) atau pengurangan (delesi) satu atau beberapa
pasangan basa dari suatu kodon. Akibatnya, terjadi perubahan (pergeseran) kodon
saat dibaca selama proses translasi. Selanjutnya, hal itu akan mengubah arti
mRNA saat di translasi atau diterjemahkan. Mutasi ini menghasilkan gen-gen
sampah. Seluruh urutan asam amino pada polipeptida sesudah tempat pergeseran
akan mengalami kerusakan.
|
Pada mutasi pergeseran
rangka tipe insersi, terjadi penambahan nukleotida (basa nitrogen) dalam
potongan DNA yang memengaruhi seluruh urutan asam amino. Penambahan tersebut
disebabkan oleh penyisipan basa nitrogen baru ataupun penggandaan (duplikasi)
basa nitrogen.
|
|
Gambar
2.6 : Penambahan (insersi) basa sitosin (C) membentuk urutan asam amino yang
baru.
Sementara itu, pada
mutasi pergeseran rangka tipe delesi, terjadi kehilangan atau pengurangan
nukleotida (basa nitrogen) tertentu yang memengaruhi pengodean atau penyandian
suatu protein yang menggunakan potongan DNA ini. Hal itu terjadi akibat basa
nitrogen terlepas dari ikatannya. Sebagai contoh, jika suatu gen yang mengode
asam amino glutamin (Glu) dengan urutan basa CTT mengalami kehilangan basa
nitrogen sitosin (C) maka asam amino glutamin tidak dapat terbentuk. Akibatnya,
terbentuk urutan asam amino baru yang berbeda dengan asalnya.
DNA
asal DNA
mutan
|
|
Gambar 2.7 : Pengurangan (delesi)
basa sitosin (C) mengacaukan pesan sesudah asam amino tirosin (Tir)
2.1.4
Mutagen
Baik mutasi gen maupun
mutasi kromosom dapat muncul secara spontan. Tetapi frekuensinya oleh adanya
radiasi mengion, yaitu sinar x, sinar , sinar , sinar , yang dipancarkan oleh isotop radioaktif
elemen-elemen tertentu. sinar ultraviolet menghamburkan energinya kepada
atom-atom yang dijumpainya dan menyebabkan eksitasi, sehingga molekul yang
mengandung bentuk ion-ion tersebut menjadi lebih reaktif . reaktifitas yang
mengikat dari atom-atom yang terdapat dalam molekul DNA adalah dasar dari efek
mutagenic sinar ultraviolet dan radiasi mengion. Ratusan zat kimia diketahui
mempunyai efek mutagenic yang berkisar antara efek yang rendah dan efek yang
sangat tinggi. Dalam tabel XIV.1 terdapat beberapa mutagen kimia dapat dibagi
menjadi 2 kelompok:
1. Zat yang mutagenic terhadap DNA yang
sedang bereplikasi maupun yang tak bereplikasi, yaitu agen=agen yang
menyebabkan alkilas seperti : gas mustard , nitrogen mustard, EMS, EES, NTG,
dan HNO2.
2. Zat yang mutagenic hanya terhadap
DNA yang sedang berreplikasi sepeti: zat warna akridin dan analog basa.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Mutasi gen adalah
perubahan urutan satu atau dua pasang basa DNA yang menyusun gen. Mutasi
gen terjadi selama proses translasi ataupun transkripsi pada saat sintesis
protein. Mutasi gen atau perubahan urutan nukleotida mungkin
mengakibatkan tidak aktif atau tidak terbentuknya protein penting. Ada dua tipe
mutasi gen, yaitu substitusi basa dan mutasi pergeseran rangka.
Substitusi
basa, Pada tipe ini suatu nukleotida digantikan atau ditukar dengan nukleotida
lainnya dan hal itu akan memengaruhi asam amino yang disintesis. Berdasarkan
perubahan nuukleotidanya, substitusi basa dibedakan menjadi transisi dan
transversi. Transisi merupakan substitusi tau pertukaran antar basa sejenis. Sementara
itu tranversi merupakan substitusi antarbasa nitrogen yang tidak sejenis. Secara
fungsional substitusi basa juga dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: mutasi bisu
(silent mutations), mutasi bermakna salah, dan mutasi tidak bermakna.
Mutasi
pergeseran rangka terjadi apabila ada penambahan (adisi/insersi) atau
pengurangan (delesi) satu atau beberapa pasangan basa dari suatu kodon.
DAFTAR PUSTAKA
Edi,Syahmi.2014. Diktat Kuliah Genetika Dasar.Medan:FMIPA
UNIMED
Hadioetomo,dkk (2006), Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI
Press
Hartana,Alex.1992.Genetika Tumbuhan.Bogor:IPB
Pujiyanto,Sri.2008. Menjelajah Dunia Biologi 3.Solo:Platinum
Stansfield, dkk (2003), Biologi Molekuler dan Sel. Jakarta :
Erlangga
Halo, blog ini sangat membantu bagi saya. Izin copy ya.. Terimakasih!
BalasHapus