BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam tubuh manusia, ada alat transportasi yang berguna sebagai pengedar
oksigen dan zat makanan ke seluruh sel-sel tubuh serta mengangkut karbon
dioksida dan zat sisa ke organ pengeluaran. Alat transportasi pada manusia
terkoordinasi dalam suatu sistem yang disebut sistem peredaran darah. Sistem
peredaran darah manusia terdiri atas darah, jantung, dan pembuluh darah.
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan)
tingkat tinggi yang berfungsi untuk mengirimkan zat-zat dan oksigen yang
dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme,
dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis
yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo atau hemato yang berasal
dari kata Yunani yang berarti haima yang berarti darah.
Darah manusia berwarna merah, namun dalam hal ini warna darah ada dua jenis
warna merah pada darah manusia. Warna merah terang menandakan bahwa darah
tersebut mengandung banyak oksigen, sedangkan warna merah tua menandakan bahwa
darah tersebut mengandung sedikit oksigen atau dalam arti lain mengandung
banyak karbondioksida. Warna merah pada darah disebabkan oleh adanya hemoglobin.
Hemoglobin adalah protein pernafasan (respiratory protein) yang
mengandung besi (Fe) dalam bentuk heme yang merupakan tempat terikatnya
molekul-molekul oksigen.
Darah juga mengangkut bahan-bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia
asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni.
B. Tujuan
1.
Mengetahui fungsi darah
2.
Mampu memahami prinsip kerja cara penentuan kadar Hb.
3.
Memahami prinsip kerja cara penentuan jumlah eritrosit
dan leukosit.
4.
Mengetahui komponen-komponen
darah
5.
Mengetahui penyakit-penyakit
yang erat kaitannya dengan darah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Darah
Darah adalah cairan yang ada pada manusia sebagai alat transportasi berfungsi
untuk mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh,
mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan
tubuh terhadap virus atau bakteri.
Darah
terdiri dari 55% Plasma Darah (bagian cair darah) dan 45% Korpuskuler (bagian
padat darah). Darah lebih berat dibandingkan air dan lebih kental. Cairan ini memiliki
rasa dan bau yang khas, serta pH 7,4. Warna darah bervariasi dari merah terang
sampai merah tua kebiruan bergantung pada kadar oksigen yang dibawa oleh sel
darah merah. Volume darah total sekitar 5 L pada laki-laki dewasa dan kurang
dari 5 L pada wanita dewasa. Volume ini bervariasi pada ukuran tubuh dan
berbanding terbalik pada jumlah jaringan adiposa. Volume ini juga bervariasi
sesuai dengan perubahan cairan darah dan konsentrasi elektrolitnya.
Gambar 2.1 Skema Susunan darah manusia
A. Plasma Darah
(Bagian Cair Darah)
Plasma darah adalah salah satu penyusun darah yang berwujud cair serta
mempengaruhi sekitar 5% dari berat badan manusia. Plasma darah memiliki warana
kekuning-kuningan yang didalamnya terdiri dari 90% air, 8% protein, dan 0,9%
mineral, oksigen, enzim, dan antigen. Sisanya berisi bahan organik, seperti
lemak, kolestrol, urea, asam amino, dan glukosa.
Plasma darah merupakan cairan darah yang berfungsi untuk mengangkut dan
mengedarkan sari-sari makanan ke seluruh bagian tubuh manusia, dan mengangkut
zat sisa metabolisme dari sel-sel tubuh atau dari seluruh jaringan tubuh ke
organ pengeluaran.
Di dalam plasma darah terdapat beberapa
protein terlarut yaitu:
1.
Albumin berfungsi untuk memelihara tekanan osmotik
2.
Globulin berfungsi untuk membentuk zat antibodi
3.
Fibrinogen adalah sumber fibrin yang berfungsi dalam proses pembekuan darah.
B. Korpuskuler
(Bagian Padat Darah)
Korpuskuler
terdiri dari tiga bagian:
A. Sel Darah
Merah (Eritrosit)
Sel darah merah atau
yang juga disebut eritrosit berasal dari bahasa Yunani yaitu, erythos yang
berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel. Eritrosit merupakan bagian
sel darah yang mengandung hemoglobin (Hb). Hemoglobin adalah biomolekul yang
mengikat oksigen. Sedangkan darah yang berwarna merah cerah dipengaruhi oleh
oksigen yang diserap dari paru-paru. Pada saat darah mengalir ke seluruh tubuh,
hemoglobin melepaskan oksigen ke sel dan mengikat karbondioksida. Jumlah
hemoglobin pada orang dewasa kira-kira 11,5-15 gram dalam 100 cc darah. Normal
Hb wanita 11,5 mg% dan laki-laki 13,0 mg%. Sel darah merah memerlukan protein
karena strukturnya terdiri dari asam amino dan memerlukan pula zat besi,
sehinnga diperlukan diet seimbang zat besi. Di dalam tubuh banyaknya sel darah
merah ini bisa berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel darah
merah. Apabila kedua-duanya berkurang maka keadaan ini disebut animea, yang
biasanya disebabkan oleh pendarahan hebat, penyakit yang melisis eritrosit, dan
tempat pembuatan eritrosit terganggu.
Bentuk sel darah merah pada manusia adalah bikonkaf atau berbentuk
piringan pipih seperti donat. Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter
sekitar 6-8 µm dan tebalnya sekitar 2 µm, eritrosit termasuk sel paling kecil
daripada sel-sel lainnya yang terdapat pada tubuh manusia. Jumlah sel darah
merah adalah jumlah yang paling banyak dibandingkan jumlah sel darah lainnya.
Secara normal, di dalam darah seorang laki-laki dewasa terdapat 25 trilliun sel darah merah
atau setiap satu milimeter kubik (1 mm3) darah trdapat 5 juta sel darah merah.
Pada perempuan dewasa, jumlah sel darah merah per milimeter kubiknya sebanyak 4,5 juta.
Sel darah merah hanya mampu bertahan selama 120 hari. Proses dimana eritrosit
diproduksi dimaksud eritropoiesies. Sel darah merah yang rusak akhirnya akan
pecah menjadi partikel-partikel kecil di dalam hati dan limpa. Sebagian besar
sel yang rusak dihancurkan oleh limpa dan yang lolos akan dihancurkan oleh
hati. Hati menyimpan kandungan zat besi dari hemoglobin yang kemudian diangkut
oleh darah ke sumsum merah tulang untuk membentuk sel darah merah yang baru.
Sumsum merah tulang memproduksi eritrosit, dengan laju produksi sekitar 2 juta
eritrosit per detik. Produksi dapat distimulasi oleh hormon eritoprotein (EPO)
yang disintesa ginjal. Hormon ini sering digunakan para atlet dalam suatu
pertandingan sebagai doping. Saat sebelum dan sesudah meninggalkan sumsum
tulang belakang, sel yang berkembang ini dinamakan retikulosit dan jumlahnya
sekitar 1% dari semua darah yang beredar.
Gambar 2.2 Sel Darah Merah (Eritrosit)
B. Sel Darah Putih (Leukosit)
Sel darah putih (leukosit) jauh lebih besar daripada sel darah merah. Namun
jumlah sel darah putih jauh lebih sedikit daripada sel darah merah. Pada orang
dewasa setiap 1 mm3 darah terdapat 6.000-9.000 sel darah putih.
Tidak seperti sel darah merah, sel darah putih memiliki inti (nukleus).
Sebagian besar sel darah putih bisa bergerak seperti Amoeba dan dapat menembus
dinding kapiler. Sel darah putih dibuat di dalam sumsum merah, kelenjar limfa,
dan limpa (kura). Sel darah putih memiliki ciri-ciri, antara lain tidak
berwarna (bening), bentuk tidak tetap (ameboid), berinti, dan ukurannya lebih
besar daripada sel darah merah.
Berdasarkan ada tidaknya granula di dalam plasma, leukosit dibagi :
a.
Leukosit Bergranula (Granulosit)
Neutrofil adalah sel darah putih
yang paling banyak yaitu sekitar 60%. Plasmanya bersifat netral, inti selnya
banyak dengan bentuk yang bermacam-macam dan berwarna merah kebiruan. Neutrofil
bertugas untuk memerangi bakteri pembawa penyakit yang memasuki tubuh. Mula
mula bakteri dikepung, lalu butir-butir di dalam sel segera melepaskan zat
kimia untuk mencegah bakteri berkembang biak serta menghancurkannya
Eosinofil adalah leukosit bergranula
dan bersifat fagosit. Jumlahnya sekitar 5%. Eosinofil akan bertambah jumlahnya
apabila terjadi infeksi yang disebabkan oleh cacing. Plasmanya bersifat asam.
Itulah sebabnya eosinofil akan menjadi merah tua apabila ditetesi dengan eosin.
Eosinofil memiliki granula kemerahan. Fungsi dari eosinofil adalah untuk
memerangi bakteri, mengatur pelepasan zat kimia, dan membuang sisa-sisa sel
yang rusak.
Basofil adalah leukosit bergranula
yang berwarna kebiruan. Jumlahnya hanya sekitar 1%. Plasmanya bersikap basa,
itulah sebabnya apabila basofil ditetesi dengan larutan basa, maka akan
berwarna biru. Sel darah putih ini juga bersifat fagositosis. Selain itu,
basofil mengandung zat kimia anti penggumpalan yang disebut heparin.
b.
Leukosit Tidak Bergranula (Agranulosit)
Limfosit adalah leukosit yang tidak
memiliki bergranula. Intiselnya hampir bundar dan terdapat dua macam limfosit
kecil dan limfosit besar. 20% sampai 30% penyusun sel darah putih adalah
limfosit. Limfosit tidak dapat bergerak dan berinti satu. Berfungsi sebagai
pembentuk antibodi.
Monosit adalah leukosit tidak
bergranula. Inti selnya besar dan berbentuk bulat atau bulat panjang.
Diproduksi oleh jaringan limfa dan bersifat fagosit.
Antigen adalah apabila ada benda asing ataupun mikroba masuk ke dalam tubuh,
maka tubuh akan menganggap benda yang masuk tersebut adalah benda asing. Akibatnya
tubuh memproduksi zat antibodi melalu sel darah putih untuk menghancurkan
antigen. Glikoprotein yang terdapat pada hati kita, dapat menjadi antigen bagi
orang lain apabila glikoprotein tersebut disuntikkan kepada orang lain. Hal ini
membuktikan bahwa suatu bahan dapat dianggap sebagai antigen untuk orang lain
tetapi belum tentu sebagai antigen untuk diri kita sendiri. Hal tersebut juga
berlaku sebaliknya.
Leukosit yang berperan penting terhadap kekebalan tubuh ada dua macam:
1) Sel
Fagosit
Sel fagosit akan menghancurkan benda asing dengan cara menelan (fagositosis).
Fagosit terdiri dari dua macam:
a)
Neutrofil, terdapat dalam darah
b)
Makrofag, dapat meninggalkan peredaran darah untuk masuk kedalam jaringan atau
rongga tubuh
2) Sel
Limfosit
Limfosit terdiri dari:
a) T
Limfosit (T sel), yang bergerak ke kelenjar timus (kelenjar limfa di dasar
leher)
b) B
Limfosit (B Sel)
Keduanya dihasilkan oleh sumsum tulang dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui
pembuluh darah, menghasilkan antibodi yang disesuaikan dengan antigen yang
masuk ke dalam tubuh. Seringkali virus memasuki tubuh tidak melalui pembuluh
darah tetapi melalui kulit dan selaput lendir agar terhindar dari lukosit. Namun
sel-sel tubuh tersebut tidak berdiam diri. Sel-sel tersebut akan menghasilkan
interferon suatu protein yang dapat memproduksi zat penghalang terbentuknya
virus baru (replikasi). Adanya kemampuan ini dapat mencengah terjadinya
serangan virus.
C.
Keping Darah (Trombosit)
Dibandingkan dengan sel darah lainnya, keping darah memiliki ukuran yang paling
kecil, bentuknya tidak teratur, dan tidak memiliki inti sel. Keping darah
dibuat di dalam sumsum merah yang terdapat pada tulang pipih dan tulang pendek.
Setiap 1 mm3 darah terdapat 200.000 – 300.000 butir keping darah. Trombosit
yang lebih dari 300.000 disebut trombositosis, sedangkan apabila kurang dari
200.000 disebut trombositopenia. Trombosit hanya mampu bertahan 8 hari.
Meskipun demikian trombosit mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses
pembekuan darah.
Pada saat kita mengalami luka, permukaan luka tersebut akan menjadi kasar. Jika
trombosit menyentuh permukaan luka yang kasar, maka trombosit akan pecah.
Pecahnya trombosit akan menyebabkan keluarnya enzim trombokinase yang
terkandung di dalamnya. Enzim trombokinase dengan bantuan mineral kalsium (Ca)
dan vitamin K yang terdapat di dalam tubuh dapat mengubah protombin menjadi
trombin. Selanjutnya, trombin merangsang fibrinogen untuk membuat fibrin atau
benang-benag. Benang-benang fibrin segera membentuk anyaman untuk menutup luka
sehingga darah tidak keluar lagi.
2.2.
Fungsi Darah
Darah memiliki bagian yang cair (plasma darah) dan bagian yang padat (sel
darah). Bagian – bagian tersebut memiliki fungsi tertentu dalam tubuh. Secara
garis besar, fungsi utama darah adalah sebagai berikut:
1.
Alat pengangkut zat-zat dalam tubuh, seperti sari-sari makanan, oksigen,
zat-zat sisa metabolisme, hormon, dan air.
2.
Menjaga suhu tubuh dengan cara memindahkan panas dari organ tubuh yang aktif ke
organ tubuh yang kurang aktif sehingga suhu tubuh tetap stabil, yaitu berkisar
antara 36 – 37oC.
3.
Membunuh bibit penyakit atau zat asing yang terdapat dalam tubuh oleh sel darah
putih.
4.
Pembekuan darah yang dilakukan oleh keping darah (trombosit)
2.3.
Alat-Alat Untuk Pemeriksaan Hematologi
Peralatan yang diperlukan
untuk pemeriksaan Hematologi adalah :
1.
Lanset darah
Lanset darah
disposable (sekali buang) diperlukan untuk mendapatkan darah kapiler. Lanset
yang baik adalah sekali berujung tajam dan melebar.
2.
Jarum, Semprit dan Botol
Jarum dan semprit disposable
digunakan untuk memperoleh darah vena dan arteri. Jarum hendaknya cukup besar,
berujung runcing, tajam dan lurus. Lebih baik lagi jika digunakan jarum dan
tabung hampa udara steril (venoject) yang membuat darah terhisap ke dalam
tabung dan benar-benar tak tercemar. Botol kecil steril digunakan untuk
menampung darah setelah diambil ke dalam semprit.
Gambar
2.3. Venoject
3.
Hemositometer
Hemositometer digunakan untuk
menghitung eritrosit, lekosit dan trombosit. Alat ini terdiri atas kamar
hitung, kaca penutup dan pipet.
a. Kamar hitung
Kamar hitung yang banyak
digunakan adalah improved Neubauer.
Gambar 2.4. Kamar Hitung
(Sumber : https://www.google.com/search?q= Kamar + hitung)
b. Kaca penutup
Kaca penutup dibuat benar-benar
datar, agak lebih tebal dari kaca obyek.
c. Pipet
Pipet yang digunakan adalah pipet
Thoma untuk mengencerkan eritrosit, terdiri atas pipa kapiler yang bergaris
bagi dan membesar pada salah satu ujung membentuk bola. Di dalam bola terdapat
sebutir kaca merah. Pipet Thoma untuk mengencerkan lekosit sama dengan pipet
eritrosit, namun di dalam bola terdapat sebutir kaca putih.
Gambar 2.5. Pipet Thoma
(Sumber : https://www.google.com/search?q= Thoma + pipet)
4.
Hemoglobinometer (hemometer)
Hemoglobinometer
digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin secara sederhana. Hemometer Sahli
masih digunakan di laboratorium-laboratorium kecil atau di lembaga-lembaga
pelayanan kesehatan dasar misalnya puskesmas. Sehingga, meskipun cara ini tak
dianjurkan karena akurasinya yang rendah namun masih perlu dipelajari. Alat ini
terdiri atas HCl, tabung reaksi dan pengaduk, pipet hemogobin serta warna
pembanding.
5.
Kaca obyek dan kaca penutup
Kaca obyek berukuran
1 x 3 inci. Sebaiknya pinggir kaca obyek benar-benar rata sehingga baik untuk
membuat sediaan apus. Kaca penutup harus tipis supaya dapat digunakan untuk
pemeriksaan mikroskopis.
2.4. Cara Memperoleh Sampel Darah
Dalam pemeriksaan
hematologi umumnya digunakan darah kapiler dan darah vena.
1.
Darah kapiler
Darah kapiler diambil dari ujung
jari atau anak daun telinga untuk orang dewasa dan dari tumit atau ibu jari
kaki untuk bayi. Tak boleh mengambil sampel darah dari bagian tubuh dengan
gangguan sirkulasi, misalnya sianosis atau iskemia. Cara mengambil sampel darah
kapiler adalah:
a. Lakukan desinfeksi dengan
alkohol 70% dan biarkan sampai mengering.
b. Pegang bagian yang dipilih
supaya tak bergerak
c. Tekan sedikit untuk mengurangi
nyeri
d. Tusuk dengan cepat dan cukup
dalam menggunakan lanset. Untuk jari, tusuk secara tegak lurus dengan
garis-garis sidik jari, jangan sejajar. Untuk daun telinga, tusuk pinggirnya,
jangan sisinya. Jangan dipijat-pijat, karena darah akan bercampur dengan cairan
jaringan sehingga menjadi lebih encer, yang berdampak terhadap akurasi hasil
pemeriksaan.
e. Buanglah tetes darah pertama
dengan kapas kering.
2. Darah vena
Pada orang dewasa vena yang
sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti. Untuk bayi, darah vena
dapat diambil dari vena jugularis atau sinus sagitalis superior. Cara mengambil
darah vena adalah:
a. Lakukan desinfeksi dengan
alkohol 70% dan biarkan sampai mengering.
b. Pasang torniket, sarankan
mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya vena terlihat jelas
c. Tegangkan kulit di atas vena
dengan tangan non dominan supaya vena tak bergerak
d. Tusuk kulit dengan jarum
sampai masuk vena
e. Longgarkan torniket secara
perlahan, lalu hisap darah sesuai dengan kebutuhan
f. Buanglah tetes darah pertama
dengan kapas kering.
g. Pasang kapas alkohol di atas
jarum lalu cabut jarum dengan cepat
h. Tekan daerah tusukan dengan
kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan oleh pasien)
i. Cabut jarum dari semprit lalu
alirkan darah ke botol secara perlahan melalui dinding botol supaya tidak
terjadi lisis sel-sel darah.
2.5. Pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb)
Cara pemeriksaan kadar Hb yang
lazim digunakan adalah cara fotoelektrik dan kolorimetrik visual.
1. Cara
fotoelektrik
Dengan cara ini, Hemoglobin
diubah menjadi sianmethemoglobin (hemoglobin-sianida) dalam larutan yang berisi
kalium ferrisianida dan kalium sianida. Larutan Drabkin mengubah hemoglobin,
oksihemoglobin, methemoglobin dan karboksihemoglobin menjadi sianmethemoglobin.
Cara ini tidak kita bahas lebih lanjut, yang jelas cara ini sangat bagus untuk
laboratorium rutin karena memiliki akurasi yang sangat tinggi.
2. Cara
kolorimetrik visual (cara Sahli)
Dengan cara ini, hemoglobin
diubah menjadi hematin asam yang berwarna coklat. Kemudian warna ini
dibandingkan dengan warna standar secara visual. Langkah-langkah pemeriksaan
dengan cara Sahli yaitu:
a. Masukkan 5 tetes HCl 0,1 N ke
dalam tabung pengencer
b. Isap darah kapiler atau darah
vena dengan antikoagulan EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) atau Kalium
Oksalat dengan menggunakan pipet Hb sampai tanda 20 μL tanpa terputus
c. Hapuslah darah diluar ujung
pipet
d. Segera alirkan darah ke dasar
tabung, jangan sampai ada gelembung udara
e. Angkat pipet sedikit lalu
hisap HCl 2 atau 3 kali untuk membersihkan darah
f. Aduklah supaya cepat terjadi
reaksi antara darah dan HCl. Selama pengadukan tambahkan setetes demi setetes
aquades.
g. Setelah 3-5 menit bandingkan
warna tersebut dengan warna standar sampai benar-benar sama. Bacalah kadar Hb
setinggi permukaan cairan dalam tabung
Kelemahan metode ini adalah:
a. Tak semua hemoglobin menjadi
hematin asam, misalnya karboksihemoglobin (Hb-CO2), methemoglobin dan
sulfhemoglobin.
b. Kemampuan visual pemeriksa
sangat mempengaruhi hasil.
c. Cahaya yang kurang terang
mempengaruhi hasil.
2.6. Penghitungan Sel-Sel Darah
Lekosit,
Eritrosit dan Trombosit dihitung setelah diencerkan. Pada laboratorium besar,
penghitungan dilakukan secara elektronik dan pengenceran otomatis sehingga
memberikan hasil yang sangat akurat. Selanjutnya cara ini tak dibahas. Selain
itu, masih ada cara manual yang tetap diperlukan hingga saat ini yaitu
menggunakan pipet dan kamar hitung.
A.Penghitungan
Leukosit
Untuk menghitung lekosit, darah
diencerkan dalam pipa lekosit lalu dimasukkan ke dalam kamar hitung. Pengencer
yang digunakan adalah larutan Turk. Langkah-langkah pemeriksaan yang diterapkan
adalah:
1. Hisap darah kapiler, darah
EDTA atau darah oksalat sampai tanda 0,5
2. Hapus kelebihan darah di ujung
pipet
3. Masukkan ujung pipet ke dalam
larutan Turk dengan sudut 45o, tahan agar tetap di tanda 0,5. Isap larutan Turk
hingga mencapai tanda 11. Jangan sampai ada gelembung udara
4. Tutup ujung pipet dengan ujung
jari lalu lepaskan karet penghisap
5. Kocok selama 15-30 detik
6. Letakkan kamar hitung dengan
penutup terpasang secara horisontal di atas meja
7. Kocok pipet selama 3 menit,
jaga agar cairan tak terbuang dari pipet
8. Buang semua cairan di batang
kapiler (3-4 tetes) dan cepat sentuhkan ujung pipet ke kamar hitung dengan
menyinggung pinggir kaca penutup dengan sudut 30o. Biarkan kamar hitung terisi
cairan dengan daya kapilaritas
9. Biarkan 2-3 menit supaya
lekosit mengendap
10. Gunakan lensa obyektif
mikroskop dengan pembesaran 10 kali, fokus dirahkan ke garis-garis bagi.
11. Hitunglah Leukosit di empat
bidang besar dari kiri atas ke kanan, ke bawah lalu ke kiri, ke bawah lalu ke
kiri dan seterusnya. Untuk sel-sel pada garis, yang dihitung adalah pada garis
kiri dan atas.
12. Jumlah lekosit per μL darah
adalah: jumlah sel dikali dengan 50.
B. Penghitungan Eritrosit
Untuk menghitung eritrosit, darah
diencerkan dalam pipa eritrosit lalu dimasukkan ke dalam kamar hitung.
Pengencer yang digunakan adalah larutan Hayem. Langkah-langkah pemeriksaan yang
diterapkan adalah:
1. Hisap darah kapiler, darah
EDTA atau darah oksalat sampai tanda 0,5
2. Hapus kelebihan darah di ujung
pipet
3. Masukkan ujung pipet ke dalam
larutan Hayem dengan sudut 450, tahan agar tetap di tanda 0,5. Isap
larutan Hayem hingga mencapai tanda 101. Jangan sampai ada gelembung udara
4. Tutup ujung pipet dengan ujung
jari lalu lepaskan karet penghisap
5. Kocok selama 15-30 detik
6. Letakkan kamar hitung dengan
penutup terpasang secara horisontal di atas meja
7. Kocok pipet selama 3 menit,
jaga agar cairan tak terbuang dari pipet
8. Buang semua cairan di batang
kapiler (3-4 tetes) dan cepat sentuhkan ujung pipet ke kamar hitung dengan
menyinggung pinggir kaca penutup dengan sudut 300. Biarkan kamar
hitung terisi cairan dengan daya kapilaritas
9. Biarkan 2-3 menit supaya
eritrosit mengendap
10. Gunakan lensa obyektif
mikroskop dengan pembesaran 40 kali, fokus dirahkan ke garis-garis bagi dalam
bidang besar yang tengah.
11. Hitunglah eritrosit di 5
bidang sedang yang masing-masing tersusun atas 16 bidang kecil, dari kiri atas
ke kanan, ke bawah lalu ke kiri, ke bawah lalu ke kiri dan seterusnya. Untuk
sel-sel pada garis, yang dihitung adalah pada garis kiri dan atas.
12. Jumlah lekosit per μL darah
adalah: jumlah sel dikali dengan 10000
Gambar 2.6. Penghitungan lekosit
dan eritrosit
(lingkaran besar: daerah
penghitungan lekosit, lingkaran kecil: daerah penghitungan eritrosit)
C. Penghitungan
trombosit
Ada 2 cara penghitungan trombosit
yaitu cara langsung dan cara tak langsung. Cara tak langsung tidak dibahas
dalam kuliah ini. Untuk menghitung trombosit secara langsung, darah diencerkan
dalam pipet eritrosit lalu dimasukkan ke dalam kamar hitung. Pengencer yang
digunakan adalah larutan Rees Ecker. Langkah-langkah pemeriksaan yang
diterapkan adalah:
1. Hisap cairan Rees Ecker sampai
tanda “1” dan buang lagi cairan tersebut
2. Hisap darah sampai tanda 0,5
dan cairan Rees Ecker sampai tanda 101 lalu kocok selama 3 menit
3. Lanjutkan langkah-langkah
seperti penghitungan eritrosit
4. Biarkan kamar hitung selama 10
menit dalam posisi horisontal supaya trombosit mengandap
5. Hitunglah trombosit dalam
seluruh bidang besar tengah dengan lensa obyektif besar
6. Jumlah trombosit per μL darah
adalah: jumlah trombosit dikali dengan 2000.
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
1. Darah adalah
cairan yang ada pada manusia sebagai alat transportasi berfungsi untuk
mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut
bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap
virus atau bakteri.
2. Alat-alat
untuk pemeriksaan Hematologi ialah :
a.
Lanset
b.
Jarum, Semprit, dan Botol
c.
Hemositometer
d. Hemoglobinometer (hemometer)
e. Kaca obyek dan kaca penutup
3. Pemeriksaan kadar Hemoglobin dapat dilakukan dengan
2 cara yaitu :
a. Cara Fotoelektrik
b. Cara Sahli
DAFTAR
PUSTAKA
Rahardjo,
Tur. 2011. Pengamatan Hematologi Pada Mencit Pasca Infeksi Plasmodium Berghei Iradiasi Gamma Stadium Eritrositik.
Jakarta. Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VII. Jakarta, (Diakses
tanggal 15 Mei 2014, 14:54)
Sinaga,Erlintan. 2011. Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia. Medan:
Universitas Negeri Medan
Tim Dosen Fisiologi Hewan. 2014. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan.
Medan : Universitas Negeri Medan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar