BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
belakang
Mikroorganisme tanah merupakan salah
satu faktor utama yang mempengaruhi kesuburan tanah. Sebagian besar pertumbuhan
tanaman tidak lepas dari mikroorganisme tanah. Mikroorganisme dapat hidup jika
didalam tanah terdapat asam amino. Asam amino ini berasal dari protein yang
diuraikan oleh bakteri dalam tanah. Tanaman bisa tumbuh dengan baik jika
mempunyai hubungan simbiosis mutualisme dengan mikroorganisme. Namun demikian
perlu diingat tidak semua mikroorganisme bermanfaat, ada mikroorganisme yang
merugikan.
Fungsi lain mikroorganisme tanah
adalah menguraikan bahan kimia yang sulit diserap menjadi bentuk yang mudah
diserap oleh tanaman. Mikroorganisme ternyata mengeluarkan suatu jenis zat yang
berfungsi untuk memperlancar penyaluran hara dan air dari akar ke daun. Zat
yang dikeluarkan mikroorganisme ini dapat membantu penyebaran air dan nutrisi
di seluruh permukaan daun. Keadaan ini akan meningkatkan produktivitas tanaman,
karena penyaluran air dan nutrisi dapat berjalan lancar.
1.2 Tujuan Makalah
1.
Untuk memenuhi tugas Mikrobiologi
2.
Untuk mengetahui jenis-jenis mikroba yang biasa digunakan dalam Pertanian
3.
Untuk
mengetahui cara mengatasi masalah pertanian dengan memanfaatkan mikroba
1.3 Batasan Masalah
1. Bioremediasi Dalam Bidang Pertanian
2. mengenal bakteri pda Proses Bioremediasi
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Mikrobiologi Pertanian
Mikrobiologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang jasad renik atau mikrobia. Mikrobia
berasal dari kata mikro yang berarti sangat kecil dan bio yang artinya hidup.
Dengan demikianMikrobia adalah jasad hidup yang sangat kecil dan tidak dapat
dilihat tanpa mikroskop.
Mikroba meliputi semua jasad
mikroskopik yang terdiri dari Arkhaebakteri, Khamir, Bakteri, Fungi,
Sianobakteri, dan Protozoa. Mikrobia merupakan jasad uniseluler dengan sifatnya
yang berbeda dari tumbuhan maupun hewan. Mikrobia mampu hidup dimana saja, di
lingkungan yang lembab, kering, suhu tinggi, maupun suhu rendah. Sel mikrobia
mampu melakukan proses untuk kelangsungan hidupnya tanpa tergantung pada
sel-sel yang lain dan sel mikrobia dapat memproduksi tenaga maupun berkembang
biak tanpa tergantung sel lain.
Mikrobamemiliki
arti penting di alam, Fungsi Mikroba diantaranya sebagai pembenah alam. Sebagai
pembenah alam, mikrobia dapat melakukan perombakan jasad-jasad yang telah mati
atau menguraikan polutan. Mikrobia juga berperan dalam biodegradasi yang
kemungkinan dapat menghasilkan produk yang dapat dikomersialisasikan , sehingga
dapat dikembangkan dalam industri.
Mikrobiologi bisa dikategorikan di bidang Industri dengan teknik
pemanfaatan mikrobia tersebut sebagai sel pengurai zat kimia. Mikrobia berperan
dalam biodegradasi yang kemungkinan dapat menghasilkan produk yang dapat
dikomersialisasikan , sehingga dapat dikembangkan dalam industri. Mikrobia juga
dapat melakukan berbagai transformasi kimia sehingga mikrobia dapat dikatakan
merupakan “pabrik kimia” karena mampu melakukan perubahan-perubahan kimia menjadi
produk-produk baru.
Mikrobiologi pertanian adalah teknologi mikro
tingkat sel yang bergerak di bidang pertanian. Mempelajari pertumbuahan
ataupun gejala penyakit tumbuhan dari sel yang paling kecil. Di dalamnya
termasuk bioteknologi pertanian yang menjadi otak dasar perkembangan kultur
jaringan
2.2.
Peran Mikrobiologi Dalam
Bidang Pertanian
Dalam bidang pertanian,
mikroorganisme/mikrobiologi dapat digunakan untuk peningkatan kesuburan tanah
melalui fiksasi N2, siklus nutrien, dan peternakan hewan. Nitrogen bebas
merupakan komponen terbesar udara. Unsur ini hanya dapat dimanfaatkan oleh
tumbuhan dalam bentuk nitrat dan pengambilan khususnya melalui akar.
Pembentukan nitrat dari nitrogen ini dapat terjadi karena adanya
mikroorganisme. Penyusunan nitrat dilakukan secara bertahap oleh beberapa genus
bakteri secara sinergetik.
Selain itu, mikroorganisme ini juga dapat digunakan sebagai agen pembusuk alami, yang akan mendekomposisi sampah-sampah organik menjadi materi inorganik sehingga dapat mengurangi kuantitas sampah, menyuburkan tanah dan dapat menjadi sumber nutrisi bagi tumbuhan (Anonim a, 2006). Seorang peneliti dari Amerika Serikat yaitu Waksman telah menemukan mikroorganisme tanah yang menghasilkan streptomisin, yaitu bakteri Streptomyces.
Selain itu, mikroorganisme ini juga dapat digunakan sebagai agen pembusuk alami, yang akan mendekomposisi sampah-sampah organik menjadi materi inorganik sehingga dapat mengurangi kuantitas sampah, menyuburkan tanah dan dapat menjadi sumber nutrisi bagi tumbuhan (Anonim a, 2006). Seorang peneliti dari Amerika Serikat yaitu Waksman telah menemukan mikroorganisme tanah yang menghasilkan streptomisin, yaitu bakteri Streptomyces.
Peran lain mikroba
dalam bidang pertanian antara lain dalam teknologi kompos bioaktif dan dalam
hal penyediaan dan penyerapan unsur hara bagi tanaman(biofertilizer). Kompos
bioaktif adalah kompos yang diproduksi dengan bantuan mikroba lignoslulotik
unggul yang tetap bertahan di dalam kompos dan berperan sebagai agensia hayati
pengendali penyakit tanaman. Teknologi kompos bioaktif ini menggunakan mikroba
biodekomposer yang mampu mempercepat proses pengomposan dari beberapa bulan
menjadi beberapa minggu saja. Mikroba akan tetap hidup dan aktif di dalam
kompos, dan ketika kompos tersebut diberikan ke tanah, mikkroba akan berperan
untuk mengendalikan organisme.
Dalam hal penyediaan
dan penyerapan unsur hara bagi tanaman(biofertilizer), aktivitas mikroba
diperlukan untuk menjaga ketersediaan tiga unsur hara yang penting bagi tanaman
antara lain, Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalim (K). Kurang lebih 74%
kandungan udara adalah N. Namun, N udara tersebut harus ditambat oleh mikroba
dan diubah bentuknya terlebih dahulu agar bisa langsung dimanfaatkan oleh
tanaman. Mikroba penambat N ada yang hidup bebas dan ada pula yang
bersimbiosis. Mikroba penambat N simbiotik antara lain : Rhizobium sp yang
hidup di dalam bintil akar tanaman kacang-kacangan ( leguminose ). Mikroba
penambat N non-simbiotik misalnya: Azospirillum sp dan Azotobacter sp. Mikroba
penambat N simbiotik hanya bisa digunakan untuk tanaman leguminose saja,
sedangkan mikroba penambat N non-simbiotik dapat digunakan untuk semua jenis
tanaman.
Mikroba tanah lain yang
berperan dalam penyediaan unsur hara adalah mkroba pelarut unsur fosfat (P) dan
kalium (K). Kandungan P yang cukup tinggi (jenuh) pada tanah pertanian kita,
sedikit sekali yang dapat digunakan oleh tanaman karena terikat pada mineral
liat tanah. Di sinilah peran mikroba pelarut P yang melepaskan ikatan P dari
mineral liat dan menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu
melarutkan P, antara lain: Aspergillus sp, Penicillium sp, Pseudomonas sp dan
Bacillus megatherium. Mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya
juga berkemampuan tinggi dalam melarutkan K.
Mikroba sebagai agen
biokontrol. Mikroba yang dapat mengendalikan hama tanaman antara lain: Bacillus
thurigiensis (BT), Bauveria bassiana , Paecilomyces fumosoroseus, dan
Metharizium anisopliae . Mikroba ini mampu menyerang dan membunuh berbagai
serangga hama. Mikroba yang dapat mengendalikan penyakit tanaman misalnya: Trichoderma sp yang mampu mengendalikan
penyakit tanaman yang disebabkan oleh Gonoderma
sp, JAP (jamur akar putih), dan
Phytoptora sp Beberapa biokontrol yang tersedia di pasaran antara lain:
Greemi-G, Bio-Meteor, NirAma, Marfu-P dan Hamago.
2.3.Pemanfaatan
Mikroorganisme Dalam Penyuburan Tanah
Mikroorganisme tanah merupakan salah
satu faktor utama yang mempengaruhi kesuburan tanah. Sebagian besar pertumbuhan
tanaman tidak lepas dari mikroorganisme tanah. Mikroorganisme dapat hidup jika
didalam tanah terdapat asam amino. Asam amino ini berasal dari protein yang
diuraikan oleh bakteri dalam tanah. Tanaman bisa tumbuh dengan baik jika
mempunyai hubungan simbiosis mutualisme dengan mikroorganisme. Namun demikian
perlu diingat tidak semua mikroorganisme bermanfaat, ada mikroorganisme yang
merugikan.
Fungsi lain mikroorganisme tanah
adalah menguraikan bahan kimia yang sulit diserap menjadi bentuk yang mudah
diserap oleh tanaman. Mikroorganisme ternyata mengeluarkan suatu jenis zat yang
berfungsi untuk memperlancar penyaluran hara dan air dari akar ke daun. Zat
yang dikeluarkan mikroorganisme ini dapat membantu penyebaran air dan nutrisi
di seluruh permukaan daun. Keadaan ini akan meningkatkan produktivitas tanaman,
karena penyaluran air dan nutrisi dapat berjalan lancar.
Mikroorganisme penyubur tanah dapat
juga dimanfaatkan dalam dunia pertanian. Pemanfaatan teknologi mikroba di
bidang pertanian dapat meningkatkan fungsi mikroba indigenous (asli alamiah),
dalam berbagai sistem produksi tanaman, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Pertanian ramah lingkungan secara
umum diartikan sebagai usaha pertanian yang bertujuan untuk memperoleh produksi
optimal tanpa merusak lingkungan, baik secara fisik, kimia, biologi, maupun
ekologi. Aspek keberlanjutan sistem produksi merupakan salah satu ciri
pertanian ramah lingkungan. Kriteria pertanian ramah lingkungan yaitu:
1)
Terpeliharanya keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekologis
biota pada permukaan dan lapisan olah tanah,
2)
Terpeliharanya kualita ssumber daya pertanian dari segifisik, hidrologis, kimiawi, dan biologi mikrobial,
3)
Bebas cemaran residu kimia, limbah organik, dan organik yang berbahaya atau mengganggu
proses hidup tanaman,
4)
Terlestarikannya keanekaragaman genetik tanaman budidaya,
5)
Tidak terjadi akumulasi senyawa beracun dan logam berat yang membahayakan atau melebihi batas ambang aman,
6)
Terdapat keseimbangan ekologis antara hama penyakit dengan musuh-musuh alami,
7)
Produktivitas lahan stabil dan berkelanjutan,
dan
8)
Produksi hasil panen bermutu tinggi dan aman sebagai pangan atau pakan
Atas dasar kriteria tersebut,
pertanian ramah lingkungan dapat didefinisikan sebagai: Pertanian yang
menerapkan teknologi serasi dengan kelestarian lingkungan, ditujukan untuk
optimalisasi pemanfaatan sumber daya pertanian, guna memperoleh hasil panen
optimal yang aman dan berkelanjutan.
Mikroba berguna (effective
microorganism) sebagai komponen habitat alam mempunyai peran dan fungsi
penting dalam mendukung terlaksananya pertanian ramah lingkungan melalui
berbagai proses, seperti dekomposisi bahan organik, mineralisasi senyawa
organik, fiksasi hara, pelarut hara, nitrifikasi dan denitrifikasi. Dalam
aliran .pertanian input organik., mikroba diposisikan sebagai produsen hara,
tanah dianggap sebagai media biosintesis, dan hasil kerja mikroba dianggap
sebagai pensuplai utama kebutuhan hara bagi tanaman. Di Amerika Serikat,
mikroba tanah dipandang sangat penting, sehingga menjadi salah satu indikator
dalam menentukan indeks kualitas tanah.
Semakin tinggi populasi mikroba
tanah semakin tinggi aktivitas biokimia dalam tanah dan semakin tinggi indeks
kualitas tanah.
2.3.1. Jenis dan
Fungsi Mikroba Penyubur Tanah
Mikroba penyubur tanah yang sering
digunakan dalam bidang pertanian antara lain adalah:
1. Bakteri
Fiksasi Nitrogen
Azotobacter vinelandii
Berbagai jenis bakteri fiksasi N2
secara hayati, antara lain terdiri atas rhizobia, sianobakter (ganggang hijau
biru), bakteri foto-autotrofik pada air tergenang dan permukaan tanah, dan
bakteri heterotrofik dalam tanah dan zona akar. Bakteri tersebut mampu mengikat
nitrogen dari udara, baik secara simbiosis (root-nodulating bacteria) maupun
nonsimbiosis (free-living nitrogen-fixing rhizobacteria). Pemanfaatan bakteri
fiksasi N2, baik yang diaplikasikan melalui tanah maupun
disemprotkan pada tanaman, mampu meningkatkan efisiensi pemupukan N. Dalam
upaya mencapai tujuan pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan, penggunaan
bakteri fikasi N2 berpotensi mengurangi kebutuhan pupuk N sintetis,
meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani dengan masukan yang lebih murah.
Bakteri fiksasi N2 yang
hidup bebas pada daerah perakaran dan jaringan tanaman padi, seperti Pseudomonas spp., Enterobacteriaceae, Bacillus, Azotobacter, Azospirillum, dan Herbaspirillum telah terbukti mampu
melakukan fiksasi N2. Bakteri fiksasi N2 pada rizosfer
tanaman gramineae, seperti Azotobacter paspali dan Beijerinckia spp., termasuk
salah satu dari kelompok bakteri aerobik yang mengkolonisasi permukaan akar. Di
samping itu, Azotobacter merupakan bakteri fiksasi N2 yang mampu menghasilkan
substansi zat pemacu tumbuh giberelin, sitokinin, dan asam indol asetat,
sehingga dapat memacu pertumbuhan akar. Populasi Azotobacter dalam tanah
dipengaruhi oleh pemupukan dan jenis tanaman.
Kelompok prokariotik fotosintetik,
seperti sianobakter, mampu mempertahankan kesuburan ekosistem pada kondisi
alami lahan pertanian melalui kemampuannya mengikat N2. Demikian pula bakteri
diazotrof endofitik yang hidup dalam jaringan tanaman, dapat mengeksploitasi
substrat karbon yang disuplai oleh tanaman tanpa berkompetisi dengan mikroba
lain. Bakteri ini berlokasi dalam jaringan akar atau berada pada jaringan yang
kompak, seperti buku batang dan pembuluh xilem, sehingga mampu tumbuh pada
lingkungan dengan tekanan O2 yang rendah yang sangat penting bagi aktivitas
enzim nitrogenase. Beberapa bakteri diazotrof endofitik selain mampu mengikat
N2 juga mampu mensekresikan hormon pertumbuhan asam indol-3-asetat, dan umumnya
tidak menyebabkan penyakit pada tanaman.
Bakteri diazotrof endofitik,
Herbaspirillum, yang diinokulasikan pada benih padi dalam larutan Hoagland yang
mengandung 15N-label dapat meningkatkan 40% total N tanaman. Infeksi
Herbaspirillum spp pada biji tanaman padi terjadi melalui akar dan stomata,
kemudian ditranslokasikan melalui xilem ke seluruh bagian tanaman.
Bakteri fiksasi N2 yang hidup
bersimbiosis dengan tanaman kacangkacangan (rhizobia) disebut juga sebagai
bakteri bintil akar (root nodulating bacteria). Pemanfaatan rhizobia sebagai
inokulan pupuk hayati dapat meningkatkan ketersediaan N bagi tanaman, yang
dapat mendukung peningkatan produktivitas tanaman kacang-kacangan. Keefektivan
inokulasi rhizobia dipengaruhi oleh kesesuaian inokulan rhizobia dengan jenis
dan varietas tanaman dan jenis tanah yang diinokulasi, serta dipengaruhi oleh
faktor kompetisi dengan rhizobia indigenous.
Rhizobium yang dapat menodulasi
tanaman kedelai secara efektif dikenal sebagai Bradyrhizobium japonicum, meskipun
pada kenyataannya B. japonicum tidak selalu merupakan mikrosimbion tunggal
untuk tanaman kedelai. Strain lain yang mampu menodulasi tanaman kedelai adalah
B. elkanii dan Bradyrhizobium liaoningense. Kemampuan menodulasi tanaman
kedelai dari B. japonicum lebih tinggi daripada B. elkanii.
2. Mikroba
Pelarut Fosfat
Bacillus amyloliquefaciens
Alternatif untuk meningkatkan efisiensi
pemupukan P dan untuk mengatasi rendahnya P tersedia atau kejenuhan P dalam
tanah adalah dengan memanfaatkan kelompok mikroorganisme pelarut Psebagai pupuk
hayati. Mikroorganisme pelarut P adalah mikroorganisme yang dapat melarutkan P
sukar larut menjadi larut, baik yang berasal dari dalam tanah maupun dari
pupuk, sehingga dapat diserap oleh tanaman.
Berbagai spesies mikroba pelarut P,
antara lain Pseudomonas, Microccus, Bacillus, Flavobacterium,
Penicillium, Sclerotium, Fusarium, dan Aspergillus, berpotensi
tinggi dalam melarutkan P terikat menjadi P tersedia dalam tanah. Mekanisme
pelarutan P dari bahan yang sukar larut terkait erat dengan aktivitas mikroba
bersangkutan dalam menghasilkan enzim fosfatase dan fitase dan asam-asam
organik hasil metabolisme seperti asetat, propionat, glikolat, fumarat, oksalat,
suksinat, dan tartrat, sitrat, laktat, dan ketoglutarat. Mekanisme pelarutan P
yang terikat dengan Fe (ferric phosphate) pada tanah sawah terjadi melalui
peristiwa reduksi, sehingga Fe dan P menjadi tersedia bagi tanaman. Proses
utama pelarutan senyawa fosfat-sukar larut karena adanya produksi asam organik
dan sebagian asam anorganik oleh mikroba yang dapat berinteraksi dengan senyawa
P-sukar larut dari kompleks Al-, Fe-, Mn-, dan Ca-. Kemampuan cendawan
melarutkan P lebih besar dibanding bakteri Cendawan dapat melarutkan P hingga
dua kali pada pH 4,6-2,9, dan bakteri sekitar 1,5 kali pada pH 6,5-5,1.
Penggunaan mikroba pelarut Posfat
merupakan salah satu pemecahan masalah peningkatan efisiensi pemupukan Posfat
yang aman lingkungan, yang sekaligus dapat menghemat penggunaan pupuk Posfat.
3. Mikoriza
Mikoriza berperan meningkatkan
serapan Posfat oleh akar tanaman. Mikoriza memiliki struktur hifa yang menjalar
luas ke dalam tanah, melampaui jauh jarak yang dapat dicapai oleh rambut akar.
Pada saat Posfat berada di sekitar rambut akar, maka hifa membantu menyerap Posfat
di tempat-tempat yang tidak dapat lagi dijangkau rambut akar. Daerah akar
bermikoriza tetap aktif dalam mengabsorpsi hara untuk jangka waktu yang lebih
lama dibandingkan dengan akar yang tidak bermikoriza. Berbagai tanaman berbeda
ketergantungannya terhadap mikoriza. Pada umumnya hubungan simbiosis antara
tanaman dan fungi mikoriza tidak bersifat spesifik, tetapi memiliki spektrum yang
luas. Sebagai contoh, 10 spesies cendawan mikoriza dapat mengkolonisasi dan
efektif pada jagung dan kedelai. Tanaman dengan akar besar lebih tergantung
pada mikoriza daripada tanaman dengan sistem akar yang memiliki rambut akar
banyak dan panjang. Cendawan mikoriza dapat bersimbiosis dengan tanaman pangan,
hortikultura, kehutanan, dan perkebunan.
4. Bakteri
pereduksi sulfat
Degradasi bahan organik di
lingkungan anerob dapat terjadi melalui proses reduksi sulfat. Reduksi sulfat
hampir mencapai 100% dari total emisi CO2 dari sediment mangrove. Bakteri
pereduksi sulfat yang terdiri atas genera Desulfovibrio, Desulfotomaculum,
Desulfosarcina, dan Desulfococcus mempunyai kemampuan memetabolisme senyawa
sederhana, seperti laktat, asetat, propionat, butirat, dan benzoat.
Perkembangan populasi bakteri
reduksi sulfat terhambat pada ketersediaan sulfat di ambang batas 2-10 µM per
liter. Ketersediaan Fe dan P dalam sedimen mangrove bergantung pada aktivitas
bakteri pereduksi sulfat. Pada saat sulfat direduksi oleh bakteri pereduksi
sulfat maka senyawa sulfur H2S dan HS akan diproduksi dan bereaksi
dengan Fe. Fe direduksi dari Fe(III) menjadi Fe(II), yang akan menghasilkan
pirit (FeS2) dan melepas Posfat terlarut. Bakteri pereduksi sulfat merupakan
perombak bahan organik utama dalam sedimen anaerob, dan berperan penting dalam
mineralisasi sulfur organik dan produksi Fe dan Posfat mudah larut.
5.
Rizobakteri penghasil zat pemacu tumbuh
Beberapa spesies bakteri rizosfer
(di sekitar perakaran) yang mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman sering
disebut Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) atau Rhizobakteria Pemacu
Pertumbuhan Tanaman (RPPT). RPPT terdiri atas genus Rhizobium, Azotobacter,
Azospirillum, Bacillus, Arthrobacter, Bacterium, Mycobacterium, dan Pseudomonas.
Rhizobium
Bakteri pemacu tumbuh secara
langsung memproduksi fitohormon yang dapat menginduksi pertumbuhan. Peningkatan
pertumbuhan tanaman dapat terjadi ketika suatu rizobakterium memproduksi
metabolit yang berperan sebagai fitohormon yang secara langsung meningkatkan
pertumbuhan tanaman. Metabolit yang dihasilkan selain berupa fitohormon, juga
antibiotik, siderofor, sianida, dan sebagainya. Fitohormon atau hormon tumbuh
yang diproduksi dapat berupa auksin, giberelin, sitokinin, etilen, dan asam absisat.
Bakteri pemacu tumbuh secara tidak
langsung juga menghambat patogen melalui sintesis senyawa antibiotik, sebagai
kontrol biologis. Beberapa jenis endofitik bersimbiosis mutualistik dengan
tanaman inangnya dalam meningkatkan ketahanannya terhadap serangga hama melalui
produksi toksin, di samping senyawa anti mikroba seperti fungi Pestalotiopsis
microspora, danTaxus walkchiana yang memproduksi taxol (zat antikanker).
Endofitik Neotyphodium sp
Menghasilkan N-formilonine dan a paxiline (senyawa antiserangga hama).
6. Mikroba Perombak
Bahan Organic
Trichoderma
longibrachiatum
Mikroorganisme perombak bahan
organik merupakan aktivator biologis yang tumbuh alami atau sengaja
diinokulasikan untuk mempercepat pengomposan dan meningkatkan mutu kompos.
Jumlah dan jenis mikroorganime turut menentukan keberhasilan proses dekomposisi
atau pengomposan. Di dalam ekosistem, mikroorganisme perombak bahan organik
memegang peranan penting karena sisa organik yang telah mati diurai menjadi
unsur-unsur yang dikembalikan ke dalam tanah dalam bentuk hara mineral N, P, K,
Ca, Mg, dan atau dalam bentuk gas yang dilepas ke atmosfer berupa CH4 atau CO2.
Dengan demikian terjadi siklus hara yang berjalan secara alamiah, dan proses
kehidupan di muka bumi dapat berlangsung secara berkelanjutan.
Mikroba perombak bahan organik dalam
waktu 10 tahun terakhir mulai banyak digunakan untuk mempercepat proses
dekomposisi sisa-sisa tanaman yang banyak mengandung lignin dan selulosa untuk
meningkatkan kandungan bahan organik dalam tanah. Di samping itu, penggunaannya
dapat meningkatkan biomas dan aktivitas mikroba tanah, mengurangi penyakit,
larva insek, biji gulma, dan volume bahan buangan, sehingga dapat meningkatkan
kesuburan dan kesehatan tanah.
Pengertian umum mikroorganisme
perombak bahan organik atau biodekomposer adalah mikroorganisme pengurai serat,
lignin, dan senyawa organik yang mengandung nitrogen dan karbon dari bahan
organik (sisa-sisa organik dari jaringan tumbuhan atau hewan yang telah mati).
Mikroba perombak bahan organik terdiri atas Trichoderma
reesei, T. harzianum, T. koningii, Phanerochaeta crysosporium, Cellulomonas,
Pseudomonas, Thermospora, Aspergillus niger, A. terreus, Penicillium, dan Streptomyces. Fungi perombak bahan
organik umumnya mempunyai kemampuan yang lebih baik dibanding bakteri dalam
mengurai sisa-sisa tanaman (hemiselulosa, selulosa dan lignin). Umumnya mikroba
yang mampu mendegradasi selulosa juga mampu mendegradasi hemiselulosa. Kelompok
fungi menunjukkan aktivitas biodekomposisi paling nyata, yang dapat segera
menjadikan bahan organik tanah terurai menjadi senyawa organik sederhana, yang
berfungsi sebagai penukar ion dasar yang menyimpan dan melepaskan hara di
sekitar tanaman.
Beberapa enzim yang terlibat dalam
perombakan bahan organik antara lain adalah β-glukosidase, lignin peroksidase
(LiP), manganese peroksidase (MnP), dan lakase, selain kelompok enzim reduktase
yang merupakan penggabungan dari LiP dan MnP, yaitu enzim versatile
peroksidase. Enzimenzim ini dihasilkan oleh Pleurotus eryngii, P. ostreatus,
dan Bjekandera adusta (Lankinen 2004). Selain mengurai bahan berkayu, sebagian
besar fungi menghasilkan zat yang besifat racun, sehingga dapat dipakai untuk
menghambat pertumbuhan/perkembangan organisme pengganggu, seperti beberapa
strain T. harzianum yang merupakan salah satu anggota Ascomycetes. Apabila
kebutuhan karbon (C) tidak tercukupi, fungi tersebut akan menghasilkan racun
yang dapat menggagalkan penetasan telur nematoda. Meloidogyn javanica (penyebab
bengkak akar), sedangkan bila kebutuhan C tercukupi akan bersifat parasit pada
telur atau larva nematoda tersebut. Fungi Zygomycetes (Mucorales) sebagian
besar berperan sebagai pengurai amylum, protein, lemak, dan hanya sebagian
kecil yang mampu mengurai selulosa dan khitin.
Pemanfaatan mikroorganisme perombak
bahan organik yang sesuai dengan substrat bahan organik dan kondisi tanah
merupakan alternatif yang efektif untuk mempercepat dekomposisi bahan organik
dan sekaligus sebagai suplementasi pemupukan. Proses perombakan bahan organik
yang terjadi secara alami akan membutuhkan waktu relatif lama (2 bulan) sangat
menghambat penggunaan bahan organik sebagai sumber hara. Apalagi jika
dihadapkan kepada tenggang waktu masa tanam yang singkat, sehingga pembenaman
bahan organik sering dianggap kurang praktis dan tidak efisien. Untuk mengatasi
hal tersebut, perlu dilakukan inokulasi mikroba terpilih guna mempercepat
proses perombakan bahan organik. Percepatan perombakan sisa hasil tanaman dapat
meningkatkan kandungan bahan organik dan ketersediaan hara tanah, sehingga masa
penyiapan lahan dapat lebih singkat dan mempercepat masa tanam berikutnya, yang
berarti akan meningkatkan intensitas pertanaman. Inokulan perombak bahan
organik telah tersedia secara komersial dengan berbagai nama, seperti EM-4,
Starbio, M-Dec, Stardek, dan Orgadek.
2.3.2 Jenis
Mikroba penyubur tanah lainnya
1. Azotobacter sp
Berfungsi untuk melindungi atau
menyelimuti hormon tumbuhan dan juga berfungsi sebagai mikroba penambat N
(nitrogen) dari udara bebas.
2.
Azoospirilium Sr
Berfungsi sebagai penambat N
(nitrogen) dari udara bebas untuk diserap oleh tanaman.
3.
Selulolitik
Menghasilkan enzim selulose yang berguna dalam proses
pembusukan bahan organik.
4.
Mikroba Pelarut Fosfat
Berfungsi untuk
melarutkan fosfat yang terikat dalam mineral Hat tanah menjadi senyawa yang
mudah diserap oleh tanaman, selain itu dapat membantu proses dekomposisi.
5.
Pseudomonas sp
Dapat
menghasilkan enzim pengurai yang disebut lignin berfungsi juga untuk memecah
mata rantai dari zat-zat kimia yang tidak dapat terurai oleh mikroba lainnya.
6.
Nitrosococcus
Merupakan
bakteri yang memiliki metabolisme berbasis oksigen. Berperan dalam proses
penambahan kesuburan tanah (membentuk humus)
7.
Nitrosomonas
Merupakan
sebuah bakteriberbentuk batang yangterdiri dari genus chemoauto trophic. Berperan
dalam proses nitrifikasi menghasilkan ion nitrat yang dibutuhkan tanaman
2.4. Penelitian Yang Berhubungan Dengan Mikrobiologi Pertanian
(Bioremediasi)
2.4.1. Pengertian Bioremediasi
Bioremediasi adalah pemanfaatan mikroorganisme (jamur,
bakteri) untuk membersihkan senyawa pencemar (polutan) dari lingkungan. Bioremediasi juga dapat dikatakan sebagai proses
penguraian limbah organik/anorganik polutan secara biologi dalam kondisi
terkendali.
2.4.2. Tujuan Bioremediasi
Bioremediasi
bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang
kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air) atau dengan kata lain mengontrol, mereduksi atau
bahkan mereduksi bahan pencemar dari lingkungan.
2.4.3.
Mekanisme Bioremediasi
Pada proses ini terjadi
biotransformasi atau biodetoksifikasi senyawa toksik menjadi senyawa yang
kurang toksik atau tidak toksik. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan
tersebut, sebuah peristiwa yang disebut biotransformasi. Pada banyak kasus,
biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan beracun terdegradasi, strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya
menjadi metabolit yang tidak berbahaya dan tidak beracun. Pendekatan umum untuk meningkatkan kecepatan
biotransformasi/ biodegradasi adalah dengan cara:
1.
Seeding, mengoptimalkan populasi dan aktivitas mikroba
indigenous (bioremediasi instrinsik) dan/atau penambahan mikroorganisme
exogenous (bioaugmentasi).
2.
Feeding, memodifikasi lingkungan dengan penambahan
nutrisi (biostimulasi) dan aerasi (bioventing).
Proses utama pada
bioremediasi adalah biodegradasi, biotransformasi dan biokatalis. Salah satu
mikroorganisme yang berfungsi sebagai bioremediasi adalah jamur vesikular
arbuskular mikoriza (vam). Jamur vam dapat berperan langsung maupun tidak
langsung dalam remediasi tanah. Berperan langsung, karena kemampuannya menyerap
unsur logam dari dalam tanah dan berperan tidak langsung karena menstimulir
pertumbuhan mikroorganisme bioremediasi lain seperti bakteri tertentu, jamur
dan sebagainya.
Sejak tahun 1900an,
orang-orang sudah menggunakan mikroorganisme untuk mengolah air pada saluran air. Saat ini, bioremediasi telah
berkembang pada perawatan limbah buangan yang berbahaya (senyawa-senyawa kimia
yang sulit untuk didegradasi), yang biasanya dihubungkan dengan kegiatan
industri. Yang termasuk dalam polutan-polutan ini antara lain logam-logam
berat, petroleum hidrokarbon, dan senyawa-senyawa
organik terhalogenasi seperti pestisida, herbisida, dan lain-lain.
Banyak aplikasi-aplikasi
baru menggunakan mikroorganisme untuk mengurangi polutan yang sedang diujicobakan. Bidang bioremediasi
saat ini telah didukung oleh pengetahuan yang lebih baik mengenai bagaimana
polutan dapat didegradasi oleh mikroorganisme, identifikasi jenis-jenis mikroba yang baru dan bermanfaat, dan kemampuan untuk meningkatkan bioremediasi
melalui teknologi genetik. Teknologi genetik molekular sangat penting untuk mengidentifikasi gen-gen yang mengkode enzim yang terkait pada bioremediasi.
Karakterisasi dari gen-gen yang bersangkutan dapat meningkatkan pemahaman kita
tentang bagaimana mikroba-mikroba memodifikasi polutan beracun menjadi tidak berbahaya.
Strain atau jenis mikroba rekombinan yang
diciptakan di laboratorium dapat lebih efisien dalam mengurangi polutan.
Mikroorganisme rekombinan yang diciptakan dan pertama kali dipatenkan adalah bakteri "pemakan minyak". Bakteri ini dapat mengoksidasi senyawa hidrokarbon yang umumnya ditemukan pada minyak bumi. Bakteri tersebut tumbuh lebih
cepat jika dibandingkan bakteri-bakteri jenis lain yang alami atau bukan yang
diciptakan di laboratorium yang telah diujicobakan. Akan tetapi, penemuan
tersebut belum berhasil dikomersialkan karena strain rekombinan ini hanya dapat
mengurai komponen berbahaya dengan jumlah yang terbatas. Strain inipun belum
mampu untuk mendegradasi komponen-komponen molekular yang lebih berat yang
cenderung bertahan di lingkungan.
Pada bioremediasi
microbial terdapat faktor-faktor utama yang menentukan: yaitu Populasi mikroba,
Konsentrasi nutrien, Pasokan oksigen, Suhu dan kelembaban.
2.4.4 Penelitian tentang Bioremediasi
Peranan Mikroba Tanah pada kegiatan Rehabilitas Lahan Bekas
Tambang (Roles of Soil Microbes in Ex-Mining Land Rehabilitation) Oleh:
Enny Widyati, Vol. V No. 2 : 151-160, 2008.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, banyak
mikrobiologi yang bermanfaat bagi manusia, dan disini kami membahas
mikrobiologi yang bermanfaat di bidang pertanian yang telah dilakukan di Lahan
bekas tambang yang mempunyai kandungan logam-logam tinggi dapat dikoloni oleh
mikroba tanah. Dengan pengelolaan yang tepat, bakteri-bakteri yang merugikan
seperti bakteri pengoksidasi sulfur (BOS) dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
recovery logam-logam terutama besi, nikel, tembaga, emas, dan perak.
Kegiatan rehabilitasi lahan bekas tambang dapat ditingkatkan dengan bantuan
mikroba tanah. Melalui proses bioremediasi, mikroba tanah dapat menggunakan
logam sebagai aktivator enzim atau aseptor elektron untuk pertumbuhannya
sehingga logam menjadi tidak berbahaya di alam. Mikroba yang berperan pada
proses bioremediasi tersebut membantu memberikan lingkungan tanah yang lebih
baik untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Mikroba tanah juga aktif berasosiasi
dengan tanaman pada lahan tersebut sehingga tanaman menjadi lebih tahan tumbuh
pada lahan bekas tambang yang mempunyai kandungan logam-logam tinggi. Dalam hal
ini mikroba menghalangi tanaman menyerap logam dengan cara menahan logam di
akar, mikroba menghasilkan enzim tertentu yang dapat mengurangi toksisitas
logam atau mikroba bahkan membantu tanaman mengakumulasi logam dalam jumlah
yang lebih besar tetapi tanaman tidak keracunan. Karena itu proses rehabilitasi
areal bekas tambang dapat dipercepat dengan bantuan mikroba tanah.
BAB
III
SIMPULAN
Bioremediasi merupakan pemanfaatan mikroorganisme
(jamur, bakteri) untuk membersihkan senyawa pencemar (polutan) dari lingkungan.
Bioremediasi juga dapat dikatakan sebagai proses
penguraian limbah organik/anorganik polutan secara biologi dalam kondisi
terkendali.
Bioremediasi
bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang
kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air) atau dengan kata lain mengontrol, mereduksi atau
bahkan mereduksi bahan pencemar dari lingkungan.
Dengan pengelolaan yang
tepat, bakteri-bakteri yang merugikan seperti bakteri pengoksidasi sulfur (BOS)
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan recovery logam-logam terutama
besi, nikel, tembaga, emas, dan perak. Kegiatan rehabilitasi lahan bekas
tambang dapat ditingkatkan dengan bantuan mikroba tanah. Melalui proses
bioremediasi, mikroba tanah dapat menggunakan logam sebagai aktivator enzim
atau aseptor elektron untuk pertumbuhannya sehingga logam menjadi tidak
berbahaya di alam. Dalam hal ini mikroba menghalangi tanaman menyerap logam
dengan cara menahan logam di akar, mikroba menghasilkan enzim tertentu yang
dapat mengurangi toksisitas logam atau mikroba bahkan membantu tanaman
mengakumulasi logam dalam jumlah yang lebih besar tetapi tanaman tidak
keracunan. Karena itu proses rehabilitasi areal bekas tambang dapat dipercepat
dengan bantuan mikroba tanah.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.2011.Yahoo.https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=2011022
044328AagErga
(diakses tanggal 9 Pebruari 2015)
Anonim.2012.Pemanfaatan
Mikroorganisme dalam Penyuburan Tanah. http://lembagapendidikanmuzye.blogspot.com/2012/11/pemanfaatan-mikroorganisme-dalam-penyuburan-tanah.html
(diakses tanggal 9 Pebruari 2015)
Kusnadi,dkk. 2003.Mikrobiologi. Bandung: JICA
Rao, Subba. 1986. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. New Delhi: Institut
Riset Pertanian india
Tidak ada komentar:
Posting Komentar