Jumat, 06 Maret 2015

Pembelajaran PAKEM

BAB I
PENDAHULUAN
            Tujuan pendidikan yang hendak dicapai secara nasional maupun oleh lembaga pendidikan sekolah masih jauh dari harapan. Hal ini terjadi praktik-praktik tidak efektif dalam pengelolaan sekolah dan belum menggunakan strategi belajar mengajar yang baik. Ini terjadi dikarenakan berbagai macam hal yaitu kurang dipahaminya filsafat, pendekatan, metode dan strategi belajar yang tepat dalam memangun PAKEM (Pembelajaran Aktif, Efektif dan Menyenangkan).
            Makalah ini diharapkan dapat menjadi literatur mengenai bagaimana kita sebagai calon guru dapat belajar PAKEM (Pembelajaran Aktif, Efektif, dan Menyenangkan) agar terwujud  tujuan pendidikan.
           




















BAB II
ISI
2.1  Defenisi Filsafat Pendidikan
            Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, yang berarti bahwa filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja fisafat dan akan menggunakan hasil-hasil kajian dari filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang hasil realitas, pemgetahuan, dan nilai, khususnya yang berkaitan dengan praktek pelaksanaan pendidikan. Ada sembila tipe filsafat pendidikan yang paling berpengaruh dalam dunia pendidikan yaitu sebagai berikut:
2.1.1                    Filsafat Pendidikan Idealisme
            Inti dari ajaran filsafat pendidikan idealisme adalah manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi kehidupan manusia, roh itu pada dasarnya dianggap suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut dengan penjelmaan dari roh atau sukma.
            Menurut paham idealisme guru harus membimbing atau mendiskusikan dengan pesrta didik bukan prinsip-prinsip ekternal, malainkan sebagai kemungkinan-kemungkinan yang perlu dikembangkan, serta juga harus diwujudkan sedapat mungkin watak yang terbaik. Pendidikan bukan menjejalkan pengetahuan dari luar kedalam diri seseorang, melainkan memberikan kesempatan untuk membangun atau mengkonstruksikan pengalaman dalam diri seseorang.
2.1.2                    Filsafat Pendidikan Realisme
            Realisme dalam berbagai bentuk menurut ahli menarik garis pemisah yang tajam antara yang mengetahui dan yang diketahui, dan pada umumnya cenderung ke arah dualisme atau monisme materialistik. Seorang pengikut materialisme mengatakan bahwa jiwa dan materi sepenuhnya sama. Jika demikian halnya, sudah tentu dapat juga sama-sama dikatakan jiwa adalah materi seperti mengatakan materi adalah niwa. Tetapi apakah orang berusaha melacak roh samapai kepada materi ataukah materi sampai kepada roh?
            Sistem pendidikan realisme percaya bahwa dengan sesuatu atau lain cara, ada hal-hal yang adanya terdapat di dalam dan tentang dirinya sendiri, dan yang hakekatnya tidak terpengaruh oleh seseorang.hubungan fisik yang berbeda.
2.1.3                    Filsafat Pendidikan Materialisme
            Karakteristik umum pendidikan yang menganut filsafat materialime pendidikan adalah semua sains seperti biologi, kimia, psikologi, fisika, sosiologi, ekonomi, dan yang lainnya ditinjau dari dasar fenomena materi yang berhubungan secara kasual (sebab akibat), apa yang dikatakan jiwa dan segala kegiatannya adalah merupakan suatu gerakan yang kompleks dari otak, sistem urat saraf, atau oragan-organ tubuh lainnya, apa yang disebut dengan nilai dan cita-cita, makna dan tujuan hidup, keindahan dan kesenangan serta kebebasan, hanyalah sekedar nama nama atau semboyan, simbol subyektif manusia untuk situasi atau hubungan fisik yang berbeda. Jadi semua fenomena sosial maupum alam fenomena psikologi adalah merupakan bentuk-bentuk tersembunyi dari realitas fisik. Hubungan-hubungannya dapat berubah secara kasual.
2.1.4                    Filsafat Pendidikan Pragmatisme
            Pendidikan dalam paham ini bukan merupakan suatu proses pembentukandari luar, dan juga bukanmerupakan suatu pemerkahan kekuatan-kekuatan laten dengna sendirinya, melainkan merupakan  suatu proses reorganisasi dan rekonstruksi dari pengalaman-pengalaman individu, yangberarti bahwa setiap manusia belajar dari pengalaman.
2.1.5                    Filsafat Pendidikan Eksistensialisme
            Filsafat ini memfokuskan pada pengalaan-pengalaman individu. Eksistensi adalah cara manusia hidup. Pendidikan, proses pembelajaran, harus berlangsung sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik, tidak ada pemaksaan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan, melainkan ditawarkan. Tuntunlah peserta didik agar dapat menemukan dirinya dan kesadaran akan dunianya. Guru endaknya memberian kebebasan kepada peserta didik untuk memilih dan memberi mereka pengalaman-pengalaman yang akan membantu menemukan makna dari kehidupan mereka.
2.1.6                    Filsafat Pendidikan Progresivisme
            Menurut penganut aliran ini bahwa kehidupan manusia berkembang terus menerus dalam suatu daerah yang positif. Apa yang dipandang benar sekarang belum tentu benar pada masa yang akan datang. Oleh sebab itu, peserta didik bukan dipersiapkan untuk menghidupi kehidupan masa kini, melainkan mereka harus dipersiapkan menghadapi kehidupan masa datang.
            Guru atau pendidik harus berperan sebagai pembimbing dan fasilitator agar peserta didik terdorong atau terbantu untuk mempelajari dan memiliki pengalaman tentang hal-hal yangpenting bagikehidupan mereka, bukan memberikan sejumlah kebenaran yang disebut abadi. Yang penting adalah bahwa guru atau pendidik harus memfasilitasi peserta didik agar memiliki kesempatan yang luas untuk bekerja sama atau kooperatif di dalam kelompok, memecahka masalah yang dipandang penting oleh kelompok bukan oleh guru, dalam kelompoknya.
2.1.7                    Filsafat Pendidikan Perenialisme
Di zaman kehidupan modern ini banyak menimbulkan krisis diberbagai bidang kehidupan manusia, terutama dalam bidang pendidikan.Untuk mengembalikan keadaan krisis ini, maka perenialisme memberikan jalan keluar yaitu berupa kembali kepada kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal dan teruji ketangguhannya.
Ciri utama perenialisme memandang bahwa keadaan sekarang adalah sebagai zaman yang mempunyai kebudayaan yang tergangganggu oleh kekacauan, kebingungan, dan kesimpangsiuran. Berhubung dengan itu dinilai sebagai zaman yang membutuhkan usaha untuk mengamankan lapangan moral, intelektual dan lingkungan sosial kultural yang lain. Ibarat, kapal yang akan berlayar, zaman memerlukan pangkalan dan arah tujuan yang jelas. Perenialisme berpendapat bahwa mencari dan menemukan pangkalan yang demikian ini merupakan tugas yang pertama dari filsafat dan filsafat pendidikan
Perenialisme bukan merupakan suatu aliran baru dalam filsafat, dalam arti perenialisme bukanlah suatu pengetahuan yang menyusun filsafat baru, yang berbeda dengan filsafat yang telah ada. Teori dan konsep pendidikan perenialisme dilatar belakangi oleh filsafat- filsafat plato sebagai bapak realism klasik, dan filsafat Thomas Aquinas yang mencoba memadukan antara filsafat Aristoteles dengan ajaran ( filsafat) gereja katolik yang tumbuh pada zamannya ( Abad pertengahan).
Perenialisme merupakan aliran filsafat yang susunannya mempunyai kesatuan, dimana susunannya itu merupakan hasil pikiran yang memberikan kemungkinan bagi seseorag untuk bersikap yang tegas dan lurus.
Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada Abad ke dua puluh.Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif.Perenialisme menentang pandangan progrivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru.Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sisio-kultural.Oleh karena itu, perlu ada usaha mengamankan ketidakberesan tersebut.
Mohammad Noor Syam ( 1984) mengemukakan pandangan perenialisme, bahwa pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan untuk kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti ke dalam keadaan ideal. Peranialisme tidak terlihat jalan yang meyakinkan, selain kembali pada prinsip prinsip yang telah sedemikian rupa membentuk sikap kebiasaan, bahwa keperibadian manusia yaitu kebudayaan dahulu ( yunani kuno) dan kebudayaan abad pertengahan.
1.      Pendidikan
Perenialisme memandang kebenaran sebagai hal yang konstan, abadi atau perennial.Tujuan pendidikan, menurut pemikiran perenialis adalah memastikan bahwa siswa memperoleh pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau gagasan –gagasan besar yan tidak berubah.
2.      Kurikulum
Menurut kaum perenialisme harus menekankan pada pertumbuhan intelektual siswa pada seni dan sains. Untuk menjadi “ terpelajar secara cultural ”, para siswa harus berhadapan dengan bidang –bidang ini yang merupakan karya terbaik dan paling signifikan yang diciptakan oleh manusia.
Kurikulum perenialis Hutchins didasarkan pada asumsi mengenai pendidikan :
a)      Pendidikan harus mengangkat pencairan kebenaran manusia yang berlangsung terus –menerus.
b)      Karena kerja pikiran adalah bersifat intelektual dan memfokuskan pada gagasan-gagasan.
c)      Pendidikan harus menstimulasi para mahasiswa untuk berfikir serta mendalami mengenai gagasan-gagasan signifikan.
3.      Prinsif pendidikan perenialisme secara umum yaitu :
a.       Pada hakikatnya manusia adalah sama di manapun dan kapanpun ia berada, yang walaupun lingkungannya berbeda. Tujuan pendidikan adalah sama dengan tujuan hidup, yaitu mencapai kebiajakan dan kebijakan, untuk memperbaiki manusia atau dengan kata lain pemuliaaan manusia. Oleh karena itu maka pendidikan harus sama bagi semua orang kapanpun dan di manapun.
b.      Bagi manusia, pikiran adalah kemampuan yang paling tinggi. Karena itu manusia harus menggunakan pikirannnya untuk mengembangkan bawaannya sesuai dengan tujuannya. Manusia memiliki kebebasan namun harus belajar untuk mempertajam pikiran dan dapat mengontrol hawa nafsunya. Kegagalan yang dialami peserta didik jangan dengan cepat menyalahkan lingkungan yang kurang menguntungkan atau nuansa psikologis yang kurang menyenangkan, namun guru hendaknya dapat mengatasinya dengan pendekatan intelektual yang sama bagi semua peserta didik. Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasti, dan abadi. Kurikulum diorganisasikan dan ditentukan terlebih dahulu oleh orang dewasa, dan ditujukan untuk melatih aktivitas akal, untuk mengembangkan akal.
c.       Fungsi utama pedidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasif dan abadi. Pengetahuan yang penting diberikan kepada peserta didik adalah mata pelajaran pendidikan umum atau general education, bukan mata pelajaran yang hanya penting sesaat atau menarik minat pada saat tertentu saja atau seketika. Mata pelajaran yang esensi adalah bahasa, sejarah, matematika, IPA, filsafat dan seni, dan 3 R ‘s; membaca, menulis, dan membimbing.
d.      Pendidikan adalah persiapan untuk hidup bukan peniruan untuk hidup.
Peserta didik seharusnya mempelajari karya-karya besar dalam literature yang menyangkut sejarah, filsafat, seni, kehidupan sosil, terutama politik dan ekonomi
2.1.8                    Filsafat Pendidikan Esensialisme
Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa orang pelopornya, seperti William C. Bagley, Thomas Bringgs, Frederick Breed, dan Isac L. Kandell.
Esensialisme bukan merupakan suatu aliran filsafat tersendiri, yang mendirikan suatu bangunan filsafat itu sendiri, melainkan suatu gerakan yang memprotes pendidkan progresivisme.
ESENSI ( Essence ) ialah hakikat barang sesuatu yang khusus sebagai sifat terdalam dari suatu sebagai satuan yang konseptual dan akali.
Esensi ( essentia ) adalah yang membuat sesuatu menjadi apa adanya. Esensi mengacu pada aspek-aspek yang lebih permanen dan mantap dari suatu yang berlawanan dengan yang berubah-ubah, parsial atau fenomenal.
1. Konsep pendidikan
a.       Gerakan back to basics
Gerakan back to basics dimulai dipertentangan tahun 1970 adalah dorongan skala besar yang muktahir untuk menerapkan program- program esensialis disekolah-sekolah.Ahli pendidikan esensialis tidak memandang sebagai orang yang jahat, dan tidak pula memandang anak sebagai seorang yang alamiah yang baik.
Para pemikir Esensialisme pada umumnya tidak memiliki kesatuan garis karena mereka berpandangan pada filsafat yang berbeda namun, di antara mereka ada kesepakatan tentang prinsip dasar filsafat esensialisme yang berkaitan dengan pendidikan.
b.      Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan adalah untuk meneruskan warisan budaya dan warisan sejarah melalui pengetahuan inti yang terakumulasi dan telah tertahan dalam kurun waktu yang lama serta merupakan suatu kehidupan yang telah teruji oleh waktu dan dikenal oleh semua orang.
Selain merupakan warisan budaya, tujuan pendidikan esensialisme adalah ” mempersiapkan manusia untuk hidup”. Namun, hidup tersebut sangat kompleks dan luas, sehingga kebutuhan- kebutuhan untuk hidup tersebut berada di luar wewenang sekolah.
c.       Kurikulum
Kurikulum esensialis menekankan pengajaran fakta-fakta : kurikulum itu kurang memiliki kesabaran dengan pendekatan- pendekatan tidak langsung yang diangkat oleh kaum progesivisme. Kurikulum esensialisme seperti halnya perenialisme, yaitu kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran.
d.      Peranan sekolah dan guru
Peranan sekolah adalah memelihara dan menyampaikan warisan budaya dan sejarah pada generasi pelajar dewasa ini melalui hikmat dan pengalaman yang terakumulasi dari disiplin tradisional.
Mengenai peranan guru banyak persamaannya dengan perenialisme. Guru dianggap sebagai seseorang yang mengusai lapangan subjek khusus, dan merupakan model contoh yang sangat baik untuk yang ditiru. Guru merupakan orang yang menguasai pengetahuan dan kelas berada di bawah pengaruh dan pengawasan guru.
Penganut paham Essensialisme mengemukakan beberapa prinsip pendidikan ( Sadulloh, 2003 ), sebagai berikut :
a.       Pendidikan dilakukan dengan usaha keras, tidak timbul dengan sendirinya dari dalam diri peserta didik.
b.      Inisyatif pelaksanaan pendidikan datang dari guru bukan peserta didik. Guru berperan menjembatani antara dunia orang dewasa dengan dunia peserta didik, karena itu kendali pelaksanaan pembelajaran ada pada guru atau pendidik.
c.       Inti proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah ditentukan. Materi pelajaran direncanakan sepenuhnya oleh orang dewasa dan sekolah baik adalah apabila sekolah tersebut berpusat paa masyarakat ( society centered school ).
d.      Metode-metode tradisional yang bertautan dengan disiplin mental merupakan metode yang diutamakan dalam pendidikan di sekolah. Pengikut  essensialisme mengakui bahwa problom solving atau metode pemecahan masalah ada manfaatnya, namun tidak perlu dilaksanakan dalam setiap pembelajaran, karena pengetahuan tidak selalu didasarkan  atas fakta-fakta, tetapi banyak yang abstrak sehingga tidak dapat dipecahkan ke dalam masalah-masalah yang konkrit.
Tujuan akhir pendidikan adalah meningkatkan kesejahteraan atau kebahagiaan sesai dengan tuntutan demokrasi.
2.1.9                    Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Caroline Pratt (1948), seorang rekonstruksionis social yang berpengaruh periode itu: “ Nilai terbesar suatu sekolah harus menghasilkan manusia-manusia yang dapat berpikir secara efektif dan bekerja secara konstruktif, yang saat bersamaan dapat membuat suatu dunia yang lebih baik dibandingkan dengan sekarang ini untuk hidup di dalamnya ”. 
Rekonstruksionisme adalah suatu kelanjutan yang logis dari cara berpikir progresifisme dalam pendidikan. Tidak cukup kalau individu belajar hanya dari pengalaman-pengalaman di kemasyaratan di sekolah.
Tujuan pendidikan adalah untuk menumbuhkan kesadaran peserta didik akan masalah-masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi manusia bukan hanya nasional, regional akan tetapi juga secara global.
Kurikulum merupakan subjek matter yang berisikan masalah-masalah sosial, ekonomi, politik yang beranekaragam, yang dihadapi umat manusia, termasuk masalah-masalah sosial  dan pribadi terdidik itu sendiri. Mengenai perana guru, paham rekonstruksionalisme sama dengan progresivisme. Guru harus menyadarkan si pendidik terhadap masalah- masalah yang dihadapi manusia, membantuk terdidik mengidentifikasi masalah-masalah untuk dipecahkannya, sehingga terdidik memiliki kemampuan memecahkan tersebut.
Sekolah merupakan agen utama untuk perubahan sosial, politik, dan ekonomi di masyarakat. Tugas sekolah adalah mengembangkan “ rekayasa sosial”, dengan tujuan mengubah secara radikal wajah masyarakat dewasa ini dan masyarakat yang akan datang.
Brameld ( Sadulloh, 2003 ), mengemukakan teori pendidikan Rekonstruksionisme terdiri dari lima tesis, yakni :
a.       Pendidikan berlangsung saat ini untuk menciptakan tata sosial baru yang akan mengisi nilai-ilai dasar budaya masa kini, selaras dengan yang mendasarikekuatan-kekuatan ekonomi dan sosial masyarakat modern.
b.      Demokrasi sejati merupakan dasar dari kehidupan masyarakat baru. Lembaga utama di masyarakat ditentukan dan dikontrol oleh masyarakat itu sendiri. Segala harapan dan kepentingan/kebutuhan masyarakat menjadi tanggung jawab masyarakat melalui wakil-wakil yang dipilih.
c.       Anak sekolah dan pendidikan diatur oleh kekuatan budaya dan sosial. Rekonstruksionisme memandang khidupan beradab adalah hidup berkelompok, sehingga sekolah harus berlangsung dalam kelompok yan berati bahwa kelompok memegang peran yang sangat penting disekolah. Sekolah adalah realisasi dari sosial ( social self realization ); melalui sekolah akan ikembangkan bukan hanya sifat sosialnya akan tetapi kemampuan untuk melibatkan diri dalam perencanaan sosial.
d.      Guru memegang peranan penting dalam pendidikan di sekolah akan tetapi dalam pelaksaanaan tugasnya harus selalu memperhatikan prosedur yang demokratis.
e.       Tujuan pendidikan adalah untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan krisis budaya, dan untuk menyesuaikan kebutuhan dengan sains sosial yaitu nilai-nilai universal.
Penyusunan kurikulum, isi pelajaran, metode yang dipakai, struktur administrasi, dan cara bagaimana guru dilatih, sebaiknya harus ditinjau kembali dan disesuaikan dengan teori kebutuhan tentang sifat dasar manusia secara rasional dan ilmiah.
2.1.10                Filsafat Pendidikan Pancasila
            Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional no.20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spirituaal keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdaasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan menyediakan kesempatan atau kondisi optimal bagi terjadinya belajar dan proses pembelajaran. Pendidik berperan sebagai fasilitator, organisator, dan motivator, memfasilitasi pembelajaran, mengarahkan atau menuntun, dan mendorong peserta didik dlam aktifitas belajarnya agar berlangsung efektif dan efisien.
            Selanjutnya dalam UU Ssisdiknas tahun 2003 BAB II Pasal 3 dijelaskan tujuan pendidikan sebagai berikut: pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan memebentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
            Pendidikan berlangsung di keluarga, di rumah, di sekolah, dan di masyarakat. Pendidikanharus berlangsung dengan keteladanan dan komunikasi. Orang tua adalah pendidik di keluarga, di rumah; guru dan tenaga pendidik lainnya adalah pendidik di sekolah; tokoh atau pemuka agama, alim ulama, pejabat mulai dari jabatan paling rendah sampai pada jabatan yang paing tinggi yang ada di masyarakat dan negara adalah pendidik sekaligus sebagai teladan bagi peserta didik (Purba.2014).
2.2  Konsep Pendekatan Belajar
            Mendefinisikan pendekatan pembelajaran perlu dipahami arti dan masing-masing kalimat tersebut Depdikbud (1990: 180) pendekatan dapat diartikan, “sebagai proses, perbuatan, atau cara untuk mendekati sesuatu”. Menurut Suharno, Sukardi, Chodijah dan Suwalni (1998: 25) bahwa, “pendekatan pembelajaran diartikan model pembelajaran”. Sedangkan pembelajaran menuzut H.J. Gino dkk.(1998:32) bahwa, “pembelajaran atau intruction merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan tujuan mengaktifkan faktor intern dan faktor ekstern dalam kegiatan belajar mengajar”.Sukintaka (2004: 55) bahwa, “pembelajaran mengandung pengertian, bagaimana para guru mengajarkan sesuatu kepada peserta didik, tetapi di samping itu juga terjadi peristiwa bagaimana peserta didik mempelajarinya”.
Pengertian pendekatan dan pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja mempunyai sistem untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai pendapat Wahjoedi (1999 121) bahwa, “pendekatan pembelajaran adalah cara mengelola kegiatan belajar dan perilaku siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar secara optimal”. Menurut Syaifuddin Sagala (2005: 68) bahwa, “Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditcmpuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu”.
            Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
2.3  Konsep Model Pembelajaran
            Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Berikut ini adalah pengertian model pembelajaran menurut pendapat para tokoh pendidikan antara lain:
       Agus Suprijono : pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.
Mills : “model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses actual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”
      Richard I Arends : model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap kegiatan di dalam pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.  
Sedangkan model pembelajaran menurut Kardi dan Nur ada limamodel pemblajaran yang dapat digunakan dalam mengelola pembelajaran, yaitu: pembelajaran langsung, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah, diskusi, dan learning strategi.
2.4  Konsep Metode Belajar
            Menurut Nana Sudjana (2005: 76) metode pembelajaran adalah, “Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”. Sedangkan M. Sobri Sutikno (2009: 88) menyatakan, “Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”.
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
2.5  Konsep Strategi Belajar
Strategi pembelajaran merupakan suatu serangkaian rencana kegiatan yang termasuk didalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam suatu pembelajaran.Strategi pembelajaran disusun untuk mencapai suatu tujuan tertentu.Strategi pembelajaran didalamnya mencakup pendekatan, model, metode dan teknik pembelajaran secara spesifik.Adapun beberapa pengertian tentang strategi pembelajaran menurut para ahli adalah sebagai berikut:
            Hamzah B. Uno (2008:45) Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses pembelajaran.
Dick dan Carey (2005:7)Strategi pembelajaran adalah komponen-komponen dari suatu set materi termasuk aktivitas sebelum pembelajaran, dan partisipasi peserta didik yang merupakan prosedur pembelajaran yang digunakan kegiatan selanjutnya.
            Gerlach dan Ely (1990) Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk  menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu           
Strategi pemblajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.

2.6  Konsep PAKEM
            PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan.  Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.
            Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi.
            Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
            Secara garis besar, gambaran PAKEM adalah sebagai berikut:
            Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
            Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
            Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’ Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
            Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

2.7  Aspek Kunci Pembelajaran Efektif
            Pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang mampu membentuk moralitas peserta didik, dan adat kebiasaany yang terbentuk merupakan suatu perbuatan yang dilakukan dengan berulang-ulang, perbuatan tersebut akan menjadi kebiasaan karena dua faktor, pertama adanya kesukaan hati terhadap suatu pekerjaan, dan kedua menerima kesukaan itu dengan melahirkan suatu perbuatan.
            Terdapat beberapa aspek kunci dalam pembelajaran efektif, yaitu:
1. Kejelasan (clarity).
            Seorang guru yang akan memberikan sebuah informasi secara jelas berarti dia harus menyajikan informasi tersebut dengan cara-cara yang mempu membuat siswa mudah memahaminya. Dalam literatur riset ada dua pendekatan yang berbeda yang dapat digunakan untuk mengkaji kejelasan guru. Pendekatan pertama menguraikan kejelasan dalam kaitan dengan penyajian informasi oleh guru bahwa apa yang dilakukan oleh guru dapat mempermudah pemahaman siswa. Pendekatan ini sering mengacu pada kejelasan kognitif.
            Kejelasan yang jelas dan samar-samar menjadi bagian penting dari perilaku guru, diacu sebagai kejelasan kognitif. Ini bisa dipertimabngkan bahwa jika anda memberikan penjelasan yang jelas kepada siswa, anda perlu menggunakan pola bahasa dan ungkapan yang tidak membingungkan mereka. Ada sejumlah usul dari literatur bahwa hunbungan antara kejelasan kognitif dan prestasi siswa adalaj lebih kuat ketimbang hubungan antara kejelasan verbal dengan prestasi siswa.

2. Variasi (Variety)
            Variasi guru, atau variabilitas, merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan perubahan-perubahan yang sengaja dibuat guru untuk menyajikan materi pelajaran.

3. Orientasi Tugas (Task Orientation)
            Karakteristik utama dari pembelajaran langsung adalah pengorganisasian dan pengstrukturan lingkungan belajar secara baik didalam aktifitas guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran , dimana guru dan siswa bekerja dalam bingkai yang sistematik. Orientasi tugas yang dilakukan guru terkait dengan:
a. embantu siswa untuk mencapai hasil belajar yang spesifik.
b. memungkinkan siswa untuk belajar mengenalinformasi yang relevan.
c. mengajukan pertanyaan untuk membuka pemikiran siswa.
d. mendorong siswa untuk berfikir dengan bebas
e. keberhasilan kognitif siswa.

4. Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran (Engagement in Learning)
            Pentingnya keterlibata siswa dalam belajar dijelaskan oleh beberapa ahli. Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh sejumlah waktu yang dihabiskan siswa untuk mengerjakan tugas akademik yang sesuai. Kesimpulan ini mendukung temuan ahli lainnya dimana guru yang efektif menghabiskan waktu mereka dengan dengan cara yang berbeda dari guru yang tidak efektif. Dalam studi itu, guru efektif menghabiskan kurang dari 15% lebih waktu di dalam interaksi pembelajaran dan 35% lebih sedikit waktu yang dihabiskan untuk memonitoring kegiatan-kegiatan siswa dibanding guru yang tidak efektif. Kesimpulannya adalah bahwa penggunaan waktu yang sesuai oleh guru dapat memaksimalkan waktu siswa.

5. Pencapaian Kesuksesan Siswa yang Tinggi (Student Success Rate)
            Pembelajaran yang sukses menghasilkan prestasi siswa adalah hal penting karena mampu menjadi kekuatan pendorong. Mutu pembelajaran sering tertuju pada mutu lulusan, tapi merupakan kemustahilan sekolah menghasilkan lulusan yang bermutu, kalau tidak melalui proses pembelajaran yang bermutu pula (Supardi.2013).
2.8  Metode dan Strategi Terlaksananya PAKEM
            Berikut ini adalah strategi agar terlaksana Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan:         
1. Memahami sifat yang dimiliki anak
            Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif.
            Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat, anugerah Tuhan, tersebut.Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.

2. Mengenal anak secara perorangan
            Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda.Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Menyenangkan, dan Efektif) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran.
Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya).
            Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal.

3. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
            Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfpengorganisasian belajar
            Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain.Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar.Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok.
            Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran.Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.


4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah
            Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah.Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah.Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir.
            Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).

5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
            Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM.Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain.
            Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok.Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya.Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam PEMBELAJARAN karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.

6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
            Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak.Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar).Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar.        Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas.Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu.Pemanfaatan lingkungan dapat men-gembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.

7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
            Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa.Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa.
            Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.

8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental
            Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak.Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan.Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM.
            Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik.Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut ; takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut diamarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan Pakem.



BAB III
PENUTUP
            Filsafat Pendidikan yang dianut oleh negara Indonesia adalah Filsafat Pendidikan Pancasila, yang  isinya tertuang didalam Undang-undang Dasar dan di perjelas didalam Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 BAB II Pasal 3.
            Adalah penting untuk mengetahui bagaimana metode, strategi maupun tehknik kita mewujudkan pendididikan nasional tersebut. Yaitu dengan Pembelajarn Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan yaitu lewat delapan teknik yaitu : 
1. Memahami sifat yang dimiliki anak.
2. Mengenal anak secara perorangan  .
3. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar.
4.Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah.
5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik.
6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.
7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar.
8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental.
           













DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2008. Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran. (http://smacepiring.wordpress.com/).
Admin. 2011. Pengertian model pembelajaran. http://belajarpsikologi.com (17
desember 2015)
Astrini, femilia. 2011. Definisi strategi, metode dan teknik pembelajaran. http://
www.kompasiana.com (18 november 2015).
Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Potensi Guru.              Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Purba, Edward dan Yusnadi. Filsafat Pendidikan. Medan: UNIMED PRESS.
Sudrajat, Akhmad. 2008.Konsep Pakem.http://www.konseppakem.com. (14 Feb.  15).
Supardi.2013. Sekolah Efektif Konsep Dasar dan Praktiknya. Jakarta: Raja             Grafindo Persada.
Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses   Pendidikan. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar