Sabtu, 14 Maret 2015

Dominansi dan Gen Letal

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Genetika adalah ilmu yang mempelajari pewarisan sifat pada makhluk hidup. Ilmu genetika ini sangat menarik, karena di samping orang ingin mengetahui segala sesuatu mengenai keturunan, orang ingin mengetahui pula rahasia dirinya sendiri.
Seperti yang kita ketahui, bapak genetika adalah Gregor Mendel yang berkat jasanya diketahui beberapa hukum pewarisan sifat yang dikenal dengan Hukum Mendel. Dalam hukum-hukum Mendel, telah diketahui beberapa rumusan untuk mengetahui sifat-sifat keturunannya. Namun ternyata, hukum Mendel ini tidak selalu menjadi patokan utama dalam hukum pewarisan sifat. Sebab terdapat pewarisan sifat yang sifat keturunannya mengalami penyimpangan dari hukum Mendel dalam rumusan fenotipe.

B.       Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui dominansi suatu gen
2.      Untuk mengetahui sifat dominansi penuh
3.      Untuk mengetahui sifat intermediet
4.      Untuk mengetahui pengertian gen letal
5.      Untuk mengetahui macam-macam gen letal
6.      Untuk mengetahui cara mendeteksi dan mengeliminir gen-gen letal.









BAB II
ISI

2.1. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN GENETIKA
A. Zaman Pre-Mendel = Sebelum abad XIX (belum diuraikan secara ilmiah sehingga belum dapat dicirikan sifat menurun tertentu pada suatu mahluk)
·         6000 tahun y.l., bangsa Babylonia menyusun silsilah kuda untuk memperbaiki keturunannya.
·         Beberapa abad SM, bangsa Cina sudah mengenal seleksi benih untuk mencari sifat unggulnya.
·         Ribuan tahun y.I., di Amerika dan Eropa dilakukan seleksi dan penyerbukan silang terhadap gandum dan jagung yang berasal dari rumput liar.
·         Sejak 1500 tahun y.I pengetahuan tentang keturunan manusia telah ada, yaitu telah dilaporkan adanya kelainan perdarahan yang diturunkan pada bangsa Taimud yang digambarkan dengan jelas secara klinis pada tahun 1803 pada suatu keluarga di Hampshire. Selain itu pada abad XVIII Pierre Maupertuis menyelidiki sifat diwariskannya albino dan polidaktili dan menganalisanya secara statistik dengan menggunakan Teori Kemungkinan.
·         1590 Zacharias Jansen menemukan komponen mikroskop sehingga memacu perkembangan pengetahuan tentang sitologi (ilmu tentang sel) dan menjadi penunjang penting bagi perkembangan Genetika
·         1641- 1673 Regnier de Graaf menjadi orang pertama yang mengenal bersatunya telur dan sperma untuk dapat terbentuk embrio dan individu baru serta membantah teori sebelumnya tentang “Homunculus”. la pun membuktikan bahwa sperma dan ovum sama-sama membawa bahan genetis pada anak.
·         1694 Cammerarius membuktikan bahwa jagung tidak akan menghasilkan biji jika serbuk sari tak dilekatkan pada kepala bakal putik.
·         1744 - 1829 Jean B. Lamarck menyatakan bahwa “karakter perolehan” diwariskan pada keturunan sehingga segala perubahan/modifikasi yang terjadi pada suatu bagian tubuh suatu generasi atau individu akan diturunkan pada generasi berikutnya.
·         1760 J. Kolreuter melakukan percobaan hibrid pada tumbuhan dan membuktikan pula bahwa serbuk dan ovule membawa bahan herediter.

B. Zaman Mendel (1822-1884)
            Penemuan Gregor Mendel menjadi dasar pengetahuan genetika. Mendel mengadakan penyerbukan silang pada banyak jenis tumbuhan dan binatang. Ia berhasil mengamati suatu macam sifat keturunan (karakter) dari generasi ke generasi dan berhasil membuat perhitungan matematika tentang sifat/faktor genetis (determinan) karakter tersebut. lnilah keunggulannya dibandingkan dengan percobaan persilangan yang sudah dilakukan orang sebelumnya. Oleh sebab itu Mendel dikenal sebagai “Bapak Genetika” yang memberi dasar pengetahuan genetika modern. Hasil penemuannya yang menggunakan kacang ercis tersebut meski telah diceramahkan didepan perhimpunan ilmu pengetahuan alam di negaranya, dan baru setahun kemudian (1866) diterbitkan dalam majalah perhimpunan tersebut namun tidak juga mendapat perhatian khalayak umum. Mungkin orang masih terpengaruh oleh buku Charles Darwin tentang evolusi (“On the Origin of Species”) yang terbit tujuh tahun sebelumnya (1859). Kemudian pada tahun 1868, Darwin kembali menerbitkan buku (“Variation of Animals and Plants under Domestication”) yang berisi tentang adanya perubahan yang berangsur dan kontinyu pada mahluk. Suatu hal yang berlawanan dengan penemuan Mendel yang membuat klasifikasi tegas antara berbagai variasi dalam persilangannya lalu dibuat perhitungan matematikanya berupa perbandingan antara berbagai variasi yang timbul. Mulai tahun 1900 pengetahuan genetika berkembang dengan cepat setelah karangan Mendel mulai dibaca orang kembali dan menjadi referensi para ahli seperti Hugo de Vries, Carl Correns.
            Makin banyaknya penemuan dibidang genetika, biologi, dan biokimia akan makin mengungkap berbagai macam penyakit bawaan karena kesalahan metabolisme dalam tubuh manusia. Penyakit ini disebabkan karena adanya defisiensi enzim, sedangkan pembentukan enzim ternyata diawasi oleh gen tertentu.  Kemajuan teknologi menambah keterampilan ilmuwan untuk melakukan pembiakan sel, sehingga diagnosis prenatal berdasarkan pemeriksaan enzim dan kromosom janin dalam kandungan memungkinkan diagnosis beberapa kelainan genetik sebelum kelahiran. Oleh karena itu pemberian nasehat genetik tidak lagi berdasarkan kemungkinan tapi sudah berdasarkan diagnosis yang pasti. Diagnosis yang tepat mengenai suatu penyakit atau kelainan genetik merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan.
2.2. ALEL DOMINAN DAN RESESIF
            Bila A sealel dengan a, maka A disebut alel dominan dan a disebut alel resesif. Huruf besar dan kecil.masing-masing menyatakan alel-alel dominan dan resesif. Biasanya simbol genetik bersesuaian dengan huruf pertama nama sifat abnormalnya/mutan. Suatu karakter disebut dominan berarti karakter tersebut dominan penuh atau sempurna. Misal : batang kacang kapri tinggi (T) adalah dominan terhadap batang rendah (t), kondisi polydactily (P) adalah dominan terhadap normal (p). Jika fenotipe dari heterozigot (hibrida) sama dengan salah satu fenotipe yang homozigot (AA) maka gen homozigot akan mendominasi penuh alelnya. Alel yang tidak diekspresikan pada genotipe heterozigot disebut resesif (a). Alel resesif sering merugikan bagi mereka yang mempunyai duplikatnya (genotipe resesif homozigot). Suatu heterozigot dapat tampak normal seperti genotipe dominan homozigotnya. lndividu heterozigot yang mempunyai alel resesif merugikan yang tidak tampak pada ekspresi fenotipe karena tertutup oleh alel normal dominan disebut carrier/pembawa.
Contoh: Tidak adanya pigmen pada tubuh manusia merupakan sifat resesif yang disebut “Albinisme”. Bila menggunakan A dan a berturut-turut untuk menyatakan alel dominan (normal) dan alel reseif (albino), maka kemungkinan akan menghasilkan tiga genotipe dan dua fenotipe, yaitu :
Genotip
Fenotip
AA (dominan homozigot)
Normal (pigmen)
Aa (heterozigot)
Normal (pigmen)
Aa (resesif heterozigot)
Albino (tidak ada pigmen)
            Jika satu fenotipe ternyata dijumpai lebih banyak dalam populasi dari pada fenotipe alternatifnya, maka fenotipe tersebut dinyatakan sebagai tipe liar. Fenotipe yang jarang ditemukan disebut tipe mutan. Simbol + digunakan untuk menyatakan alel normal bagi tipe liar. Jika gen mutan itu bersifat resesif, maka simbol yang dipakai adalah huruf kecil yang sesuai dengan huruf awal nama cirinya. Alel dominan normal (tipe liar) harus mempunyai huruf kecil yang sama, tapi dengan suatu tanda + sebagai superskrip.
Contoh : Warna tubuh hitam pada Drosophila ditentukan oleh gen resesif b dan tipe liar tubuh warna abu-abu oleh alel dominannya b+ Jika sifat mutan adalah dominan, maka simbol dasarnya adalah sebuah huruf besar tanpa superskrip, dan alel tipe liarnya yang bersifat resesif akan mempunyai simbol huruf besar yang sama dengan simbol + sebagai superskrip.
            Huruf dalam simbol menunjukkan sifat dominan atau resesif dari alel mutan, sehingga superskrip + ditambahkan untuk menyatakan tipe liar. Setelah menetapkan hubungan aleliknya, simbol + dengan sendirinya dapat digunakan untuk tipe liar dan tipe mutan dinyatakan dengan huruf saja.

2.3. HUKUM MENDEL I
            Hukum Mendel I adalah mengenai pemisahan gen sealel ( Inggris “Segregation of allelic genes”) atau dikenal pula dengan Hukum Segregasi. Peristiwa pemisahan alel ini terlihat ketika pembuatan gamet individu yang memiliki genotip heterozigot, sehingga tiap gamet mengandung salah satu alel itu. Dasar hukum Mendel I adalah penyilangan dua individu yang memiliki satu karakter beda (=Monohibrid). Sebelum melakukan suatu persilangan, setiap individu menghasilkan gamet-gamet yang kandungan gennya separuh dari kandungan gen pada individu. Sebagai contoh, individu AA akan membentuk gamet A, dan individu aa akan membentuk gamet a. Pada individu Aa, yang menghasilkan gamet A dan gamet a, akan terlihat bahwa gen A dan gen a akan dipisahkan (disegregasi) ke dalam gamet-gamet yang terbentuk tersebut. Prinsip inilah yang kemudian dikenal sebagai hukum
segregasi atau hukum Mendel I. Hukum ini berlaku untuk persilangan monohibrid (persilangan dengan satu sifat beda).
            Berkat karya Mendel, Mendel diakui sebagai Bapak Genetika. Mendel menggunakan kacang ercis sebagai bahan percobaannya karena tanaman ini memiliki beberapa pasang sifat yang sangat mencolok perbedaannya, misalnya warna bunganya mudah sekali untuk dibedakan antara yang ungu dan yang putih, memiliki daur hidup yang relatif pendek, mudah pemeliharaannya dan mudah tumbuh. Kacang ercis memiliki bunga sempurna, yaitu bunga yang mempunyai alat kelamin jantan dan betina sehingga merupakan tanaman yang dapat menyerbuk sendiri, atau dengan bantuan manusia dan dapat juga menyerbuk silang. Selain itu kacang ercis yang digunakannya merupakan tanaman diploid (mempunyai dua perangkat kromosom) karena bila ia menggunakan organisme poliploid, maka ia tidak akan memperoleh hasil persilangan yang sederhana dan mudah untuk dianalisis. Pada awalnya, Mendel memilih adalah tanaman galur murni/true-breeding, yaitu tanaman yang kalau menyerbuk sendiri/self-pollination akan menghasilkan tanaman yang serupa dengannya sehingga tanaman tinggi akan tetap menghasilkan tanaman tinggi dan tanaman pendek akan selalu menghasilkan tanaman pendek.
            Selanjutnya Mendel menyilangkan/cross-polination antara dua jenis tetua/parental yaitu kacang ercis tinggi bergalur murni (TT) bergamet/sel kelamin T dengan kacang ercis pendek bergalur murni (tt) bergamet/sel kelamin t. Keturunan pertama (F1) yang didapat adalah hasil perpaduan dua sel gamet sehingga menghasilkan kacang dengan fenotip 100% tinggi (genotip 100% Tt).
            Pada waktu pembentukan gamet betina TT memisah menjadi T dan T, sehingga dalam sel gamet tanaman tinggi hanya mengandung satu macam alel yaitu alel T. Sebaliknya tanaman jantan yang pendek, homozigot resesif dan genotipnya tt. Alel ini memisah secara bebas menjadi t dan t sehingga gamet – gamet jantan tanaman pendek hanya mempunyai satu macam alel, yaitu alel t. Proses pembentukan gamet ini yang menggambarkan fenomena Hukum Mendel I.

2.3.1. Dominansi Suatu Gen
Dominan adalah sifat yang mengalahkan atau menutupi sifat lain. Dalam percobaannya, Mendel menggunakan tanaman ercis/kapri (Pisum sativum). Mendel mampu mengamati 7 sifat pada tanaman itu, seperti :
1.      Batang tinggi dan pendek
2.      Bunga letaknya terminal (di ujung batang/cabang) dan aksial (di ketiak cabang)
3.      Bunga ungu dan putih
4.      Buah polong berwarna hijau dan kuning
5.      Buah polong rata dan bergelombang
6.      Biji bulat dan keriput
7.      Kotiledon hijau dan kuning
Sifat-sifat tersebut memperlihatkan perbedaan yang kontras sehingga memudahkan dalam mengamati. Beberapa contoh persilangan :\
1.      Sifat dominansi penuh
Misalnya : T = gen dominan untuk batang tinggi
                   t = gen resesif untuk batang pendek
Mendel menyilangkan tanaman ercis berbatang tinggi dengan tanaman yang berbatang pendek. Hasilnya sebagai berikut :
Semua tanaman F1 seragam, yaitu berupa tanaman berbatang tinggi. Tanaman F1 ini disebut monohybrid. Jika tanaman F1 ini menyerbuk sendiri maka membentuk :
·         Serbuk sari yang membawa gen T atau t
·         Sel telur yang membawa gen T atau t

P                      TT        x          tt
                        Tinggi              pendek
F1              Tt = Semua berbatang tinggi
Keturunan F2 yang dapat diharapkan adalah sebagai berikut :
F2
T
t
T
TT (tinggi)
Tt ( tinggi)
t
Tt (Tinggi)
Tt ( pendek)

Kotak – kotak ini disebut kotak Punnet (nama orang yang menemukannya). Mendel mengemukakan beberapa ksimpulan penting :
1.      Gen-gen diwariskan dari induk kepada keturunan lewat gamet
2.      Gen-gen yang sealel memisah. Ini dikenal sebagai hukum I dari Mendel yang berbunyi “ Pada pembentukan gamet, gen yang merupakan pasangan akan disegregasikan ke dalam dua sel anak “
3.      Banyaknya macam gamet yang dibentuk oleh suatu hybrid mengikuti rumus 2n
n = banyaknya sifat beda.
4.      Keturunan F1 adalah seragam
5.      Banyaknya kombinasi yang dapat diharapkan dari keturunan dari persilangan hybrid mengikuti rumus (2n)2
6.      Jika dominansi nampak sepenuhnya maka persilangan monohybrid ( Tt x Tt ) menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotif = 3:1


1.                  Perkawinan Monohibrid pada hewan
Contohnya pada marmot (Cavia cobaya)
H = gen yang menentukan warna hitam
h = gen yang menentukan warna putih
Perkawinan antara marmot jantan hitan monozigot dengan marmot betina putih akan menghasilkan keturunan F1 yang semuanya berwarna hitam, sedangkan keturnuna F2 akan memisah dengan perbandingan fenotif = 3 hitam : 1 putih. Genotifnya akan memperlihatkan perbandingan 1 HH : 2 Hh : 1 hh atau 1 : 2 : 1

2.                  Perkawinan Monohibrid pada Manusia
Pada manusia dikenal banyak sekali sifat-sifat keturunan. Disini akan diberikan beberapa contoh saja yang seringkali dijumpai.
a.                   Disebabkan oleh gen dominan
Contohnya :
1. Jari lebih atau polidaktili. Orang normal mempunyai lima jari pada masing-masing tangan atau kaki. Orang polidaktili mempunyai 6 jari pada satu tangan atau kaki, atau pada kedua tangan atau kaki. Bahkan ada yang sampai mempunyai 7 jari. Kelainan tersebut dapat diterangkan sebagai berikut :
P = gen untuk polidaktili
P = gen untuk jari normal
Seorang laki-laki polidaktili yang menikah dengan seorang perempuan normal akan mempunyai anak polidaktili.
            P                      pp                    x          PP
                                    Normal                        polidaktili
            F1                    Pp ( Polidaktili)
            Kecuali dengan diagram perkawinan, maka menurunnya suatu sifat keturunan dapat pula ditunjukkan dengan diagram silsilah. Pada diagram silsilah, generasi diberi tanda dengan angka romawi I,II,III,dst. Individu dalam digram silsilah itu diberi nomor urut dengan angka arab. Jadi nomor individu tidak diberikan berdasarkan ururtan keturunan. Individu yang memiliki sifat yang dimaksud dapat diarsir atau dibuat hitam.
2. Kemampuan untuk merasakan rasa pahit pda tes PTC. PTC ( phenyl thiocarbamida) adalah suatu zat kimia berbentuk Kristal halus yang larut dalam air. Setiap orang dapat di tes atau diuji untuk merasakan cairan PTC itu. Ternyata orang dapat dibedakan atas 2 kelompok yaitu :
a. Mereka yang dapat merasakan rasa pahit digolongkan sebagai pengecap (dalam bahasa Inggris : Taster). Mereka mempunyai genotif TT atau Tt
b. Mereka yang tidak dapat merasakan rasa pahit, jadi seperti merasakan air tawar saja. Mereka ini digolongkan sebagai buta kecap ( dalam bahasa Inggris : Nontaster), dan mempunyai genotif tt.
Masih banyak sifat keturunan lainnya pada manusia yang disebabkan oleh gen dominan, antara lain yaitu rambut ikal (seperti pada suku bangsa irian), lekuk pipi (seperti bintang film kita maya rumantir) lekuk didagu (seperti bintang film Amerika yang terkenal Kirk Douglas, tumbuhnya rambut tebal didada tangan dan lenngan, kemampuan untuk membengkokkan ibu jari dengan sudut yang tajam, bentuk meruncing dari pangkal tumbuhnya rambyt di dahi (dalam bahasa inggris disebut wido’s peak), kemampuan untuk menggulung ujung lidah jika dikeluarkan dari mulut, katarak (penyakit mata yang menyebabkan orang menjadi buta), dan sebagainya.
P1                     TT                    x                      tt
                        Pengecap                                 Buta Kecap
F1                                             Tt
                                           Pengecap
P2                           Tt                     x                      tt
                        Pengecap                                 Buta Kecap
F2                           Tt = Pengecap (50%)
                        Tt = Buta Kecap (50%)

b. Gen Resesif
            Resesif adalah sifat yang dikalahkan atau ditutupi oleh sifat lain misalnya warna putih resesif terhadap warna merah. Contohnya:
1. Albino atau Bulai
A = gen yang menyebabakan orang mampu menghasilkan enzim untuk membentuk melanin, sehingga kulit rambut dan mata berpigmen
A = gen yang tidak mampu menghasilkan enzim untuk membentuk pigmen melanin.
Seorang laki-laki normal yang menikah dengan gadis Albino akan mempunyai anak normal.
P1                     aa                     x                                  AA
F1                                             Aa
                                    (Normal Carrier)
Akan tetapi bila dikemudian hari anak normal heterozigot (carrier) itu kebetulan menikah dengan orang yang normal tetapi heterozigot pula, maka kira-kira ¼ dari jumlah anaka mereka kemungkinan akan albino.
P2                                           Aa                   x                                  Aa
                        Normal (carrier)                                               Normal (carrier)
F2                                 AA = Normal
                                    Aa = Normal               = 75%
                                    Aa = Normal
                                    Aa = Albino                = 25%
2. Mata Biru.
Warna mata timbul sebagai hasil pantulan cahaya dar granula melanin yang terdapat dalam iris. Banyaknya granula melanin yang dibentuk ditentukan oleh gen. orang yang memiliki genotip bb hanya mampu membentuk sedikit melanin sehingga matanya berwarna biru. Orang homozigotik dominan BB mampu membentuk melanin dalam jumlah besar sehingga matanya berwarna coklat tua sampai hitam. Sedangkan dimuka telah diterangkan bahwa orang Albino tidak memiliki gen dominan A yang menentukan pembentukan melanin. Berhubung dengan itu mata orang albino tidak berpigmen melanin, sehinga ia tidak tahan terhadap silaunya matahari.
3. Kebanyakan orang mempunyai daun telinga yang bagian bawahnya lepas. Akan tetapi kadang-lkadang dijumpai orang dengan daun telinga tumbuh melekat penyebabnya adalah gen resesif
2. Sifat Intermediet
Mendel dalam percobaan-percobaannya kadang-kadang dapat mengetahui bahwa ada gen-gen yang tidak dominan dan tidak resesif pula. Dengan perkataan lain, gen-gen tersebut tidak memperlihatkan sifat dominan sepenuhnya dengan sempurna akibatnya keturunan dari perkawinan individu dengan satu sifat beda akan mempunyai sifat antara dari kedua indivudu. Sifat demikian dinamkan sifat intermediet.
Mendel membuat persilangan dengan menggunakan tanaman mulut singa ( Antirrhinum majus) yang bunganya berwarna merah dengan yang putih. Semua tanaman keturunan F1 berbunga merah muda. Ini berrarti bahwa sifat dari kedua induknya ikut mengambil peranan. Ketika  tanam tanaman F1 dibiarkan menyerbuk sendiri maka didapatkan tanam tanaman yang memisah dengan perbandingan ¼ merah : ½ merah muda : ¼ putih atau 1 : 2 : 1. Disini kita dapat lebih mudah membedakan tanaman yang homizigot ( yaitu yang berbunga merah dan yang berbunga putih) dari tanaman heterozigot (yaitu yang berbunga merah muda).
Apabila tanam tanaman F2 homozigot berbungan merah ( MN) dibiarkan menyerbuk sesamanya atau menyerbuk sendiri maka keturunan selanjutnya akan berbunga merah saja.
P                      MM                 x                      mm
                        Merah                                      putih
F1                                             Mm
                                    Merah muda (intermediet)
F2
M
m
M
MM (Merah)
Mm ( Merah muda )
m
Mm (merah muda)
mm (Putih)

Demikian pula dengan tanam tanaman F2 homozigot berbunga putih mm untuk selanjutnya kan selalu menghasilkan keturunan berbungan putih saja. Adapun tanam tanaman F2 heterozigot berbunga merah muda bila dibiarkan menyerbuk sesamenya atau mengadakan penyerbukan sendiri akan selalu menghasilkan keturunan yang memisah dengan perbandingan 1:2 :1.
Individu homozigot yang selalu menghasilkan keturunan tetap (tidak memisah) dinamakan galur murni.
Dominan inkomplet ditemukan pertama kali oleh Karl Correns. Dominan inkomplet disebut juga dominan partial, yang merupakan genotipe heterozigot yang akan menghasilkan fenotipe intermediet, yang artinya masing-masing alele mempengaruhi fenotipe keturunannya.  Persilangan dua fenotipe intermediate atau disebut ”monohybrid heterozigotes” mengahasilkan penampilan campuran dari kedua fenotipe orangtuanya. Sehingga rasio fenotipe yang dihasilkan 1:2:1, yang seharusnya 3:1 bila salah satu alele dominan terhadap alele lainnya (dominan komplit).
Misalnya yang lainnya  pada sejenis tanaman ”carnation” yang mempunyai alele bunga merah (CR), dan alele bunga putih (CW), akan menghasilkan bunga pink (oranye) pada keturunannya pertama /F1(CRCW). Hal tersebut diduga berlaku pada ras warna kulit pada manusia, misalnya warna kulit sawo matang, mungkin kasus ini juga merupakan persilangan dominan inkomplet, tetapi sampai sekarang hal tersebut masih dalam penelitian lebih dalam.   








Gambar 2.1. Persilangan antara warna merah(CR) dan warna putih(CW) yang mengasilkan
keturunan warna pink pada F1(CRCW) pada rasio 1(merah):2(pink):1(putih) pada F2.

3. Persilangan Balik (Back cross)
            Backcross adalah menyilang atau mengawinkan individu hasil hibrid (F1) dengan salah satu parentalnya, baik yang bersifat homozigot dominan maupun homozigot resesif. Akan tetapi, silang uji sebenarnya tidak harus terjadi antara suatu individu dan tetuanya yang homozigot resesif. Pada prinsipnya semua persilangan yang melibatkan individu homozigot resesif (baik tetua atau bukan tetua) dinamakan uji silang. Karena gamet parental hanya satu macam berarti macam individu hasil kawinan bergantung pada macam gamet hasil hibrid saja. Sebagai contoh, individu Aa hasil persilangan antara AA dan aa dapat disilangbalikkan, baik dengan AA maupun aa. Silang balik antara Aa dan AA akan menghasilkan satu macam fenotip, yaitu A-, atau dua macam genotip, yaitu AA dan Aa dengan nisbah 1 : 1. Sementara itu, silang balik antara Aa dan aa akan menghasilkan dua macam fenotip, yaitu A- dan aa dengan nisbah 1 : 1, atau dua macam genotip, yaitu Aa dan aa dengan nisbah 1 : 1.
            Persilangan ini dilakukan untuk mengetahui genotip parental dan bisa juga untuk memasukkan gen tertentu yang diinginkan ke dalam suatu individu. Melalui silang balik yang dilakukan berulang-ulang, dapat dimungkinkan terjadinya pemisahan gen-gen tertentu yang terletak pada satu kromosom sebagai akibat berlangsungnya peristiwa pindah silang.
Berikut contoh-contoh lainnya yaitu:
1.      Tikus
H = gen yang menentukan warna hitam
H = gen yang menentukan warna putih

P                      hh                    x                      HH
                        Putih                                        hitam
F1                                             Hh
                                               Hitam
Perkawinan balik:        Hh                   x                      HH
                                    Hitam                                      Hitam
            F2                     HH                                          Hh
                                    Hitam                                      Hitam
Mula-mula tikus jantan homozigot hitam (HH) dikawinkan dengan tikus betina putih (hh). Keturunan F1 akan berupa tikus hitam heterozigot (Hh) karna hitam memprlihatkan sifat dominan sepenuhnya. Kemudian dari tikus monohibrida hitam ini dipilih yang betina dan disilangkan dengan indukny jantan yang homozigot hitam persilangan ini merupakan persilangan balik. Keturunan kedua atau F2 semuanya akan berupa tikus hitam walaupun genotipnya berbeda.
            Persilangan ini dapat dipakai sebagai teknik persilangan untuk mendapatkan padi unggul, Menurut Harahap (1982), terdapat beberapa metode persilangan buatan yang dapat dilakukan untuk mendapat-kan varietas unggul padi, yaitu silang tunggal atau single cross (SC), silang puncak atau top cross (TC), silang ganda atau double cross (DC), silang balik atau back cross (BC), dan akhir-akhir ini dikembangkan pula metode persilangan multi cross (MC). Silang tunggal hanya melibatkan dua tetua saja. Silang puncak merupakan persilangan antara F1 dari silang tunggal dengan tetua lain. Silang ganda merupakan persilangan antara F1 dengan F1 hasil dari dua persilangan tunggal. Silang balik adalah persilangan F1 dengan salah satu tetuanya. Silang banyak merupakan persilangan yang melibatkan lebih dari empat tetua. Tanda persilangan antara tetua menggunakan garis miring (/). Dua garis miring menunjukan persilangan antara suatu hibrida dengan suatu varietas, contoh: A/B = SC, A/B//C = TC, A/B//C/D = DC (Harahap
1982). Maka informasi ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang pentingnya persilangan guna peningkatan produktivitas dan produksi padi.

4. Uji Silang (Test Cross)
Uji Silang (Test Cross) adalah persilangan antara individu F1 dengan individu yang resesif. Jadi apabila kita menggunakan contoh persilangan di depan, maka pada uji silang ini kita memilih tikus jantan dari keturunan F1 dan dikawinkan dengan induk betinanya, yaitu putih hh. Tetapi andai kata induk betinanya itu tiada lagi (misalnya mati), maka kita harus mencari tikus putih lainnya (misalnya membeli di pasar hewan), karena tikus yang putih itu pasti resesif (hh).
Uji silang ini menghasilkan keturunan ±50 % tikus putih (genotif hh) dan ± 50 % tikus hitam (Hh). Dengan kata lain perkataan, uji silang pada monohybrid (Hh x hh) menghasilkan keturunan dengan perbandingan genotif maupun fenotif sebagai 1:1.
Persilangan demikian itu dinamakan uji silang “testcross” karena persilangan dengan menggunakan individu yang resesif itu dapat digunakan untuk menguji (mengetes) apakah suatu individu yang kita hadapi itu homozigot atau heterozigot. Andaikata keturunannya tidak memisah, maka suatu petunjuk bahwa individu tersebut homozigot (Hh x hh). Akan tetapi andaikata keturunannya memisah, maka suatu petunjuk bahwa individu itu heterozigot (Hh x hh).
P                      hh                    x                      HH
                        Putih                                        hitam
F1                                                   Hh
                                                Hitam
Uji silang         hh                    x                      Hh
                        Putih                                        hitam
F2                           hh                    dan                  Hh
                        Putih                                        hitam
                        (±50%)                                                (±50%)
            Tujuan testcross adalah untuk mengetahui banyaknya macam gamet yang dihasilkan oleh individu yang genotipnya dipertanyakan dan untuk mengetahui apakah suatu genotip F1 bersifat homozigot (galur murni) atau heterozigot. Jika hasil testcross menunjukkan perbandingan fenotip keturunan yang memisah adalah 1 : 1 maka disimpulkan bahwa individu yang diuji adalah heterozigot dan bukan galur murni namun bila fenotip hasil testcross 100% sama berarti individu yang diuji bergenotip homozigot. Oleh karena itu dari hasil testcross dapat diketahui:
1. Karakter yang dominan dan yang resesif
2. Karakter yang berbeda adalah sealel
3. Genotip suatu individu adalah heterozigot atau homozigot


5. Persilangan Resiprok
            Persilangan resiprok adalah suatu persilangan dimana sifat induk jantan dan betina bila dibolak-balik/dipertukarkan tetapi tetap menghasilkan keturunan yang sama.

2.3.2 GEN LETAL
A.    Pengertian Gen Letal
Gen letal (gen kematian) adalah gen yang dalam keadaan homozigotik atau homozigot menyebabkan matinya individu. Berhubungan dengan itu hadirnya gen letal pada suatu individu menyebabkan perbandingan fenotip dalam keturunan menyimpang dari hukum Mendel.

B.     Macam-macam Gen Letal
1.      Gen Dominan Letal
Gen dominan letal, ialah gen dominan yang bila homozigotik akan menyebabkan individu mati. Beberapa contoh:
a.       Ayam “Creeper”
Pada ayam ras dikenal:
C = gen untuk ayam Creeper (tubuh normal, tetapi kaki pendek)
c  = gen untuk ayam normal
Gen dominan C bila homozigotik CC berakibat letal, sehingga perkawinan 2 ekor ayam Creeper akan menghasilkan keturunan dengan perbandingan 2 Creeper : 1 Normal
Contoh:
P          ♀         Cc        x          ♂         Cc
                   Creeper                        Creeper
F1         CC = Letal
            Cc  = Creeper
            Cc  = Creeper
            cc = Normal





Gambar 2.1. Ayam redep

b.      Tikus kuning
Pada tikus dikenal beberapa gen sebagai berikut:
AY = Untuk warna kuning
a   = Untuk warna hitam
Genotip AYAY berakibat letal, tikus mati waktu embrio. Tikus AYa adalah kuning, sedang tikus aa adalah hitam.
Perkawinan dua ekor tikus kuning menghasilkan keturunan dengan perbandingan 2 kuning : 1 hitam.
Contoh:
P          ♀         AYa      x          ♂         AYa
                      Kuning                       Kuning
F1         AYAY   = Letal
            AYa     = Kuning
            AYa     = Kuning
            Aa       = Hitam

c.       Penyakit manusia “Huntington’s chorea
Pada manusia juga dikenal penyakit “Huntington’s chorea” yang untuk pertama kali dikemukakan oleh Waters dalam tahun 1848, kemudian oleh Lyon dalam tahun 1863. Perkataan Latin “chorea” berarti tarian, karena pasien memperlihatkan gerakan “tarian” yang abnormal, yaitu berupa gerakan memutar, merangkak, kejang-kejang dan seringkali membuang barang yang dipegangnya tanpa disadari. Sistem saraf pusat menjadi buruk dan rusaknya sel-sel otak menyebabkan depresi dan tak jarang pasien melakukan bunuh diri. Dalam tahun 1872 George Huntington membawakan makalah mengenai penyakit ini. Sekarang penyakit ini lebih dikenal dengan nama “Huntington’s Disease” atau disingkat HD (penyakit Huntington).
Berdasarkan atas pengalaman saja, Huntington tidak mengetahui bahwa penyakit ini tidak terdapat pada kanak-kanak. Ia mengira bahwa ini merupakan penyakit orang dewasa saja. Tetapi data statistik kini menunjukkan bahwa HD kebanyakan memang terdapat pada orang berusia 25-55 tahun, kira-kira 2% pada usia di bawah 12 tahun dan 5% pada usia di atas 60 tahun. Tanda-tanda pertama dari HD umumnya tampak pada usia antara 30-45 tahun. Huntington juga mengatakan bahwa HD lebih sering terdapat pada orang laki-laki. Pendapat ini dibenarkan pula oleh laporan Brackenridge dalam tahun 1971. Tetapi apakah benar bahwa penyakit ini dipengaruhi oleh seks, sampai sekarang masih belum jelas. Studi pada anak kembar satu telur yang menderita HD menunjukkan bahwa penyakit yang diderita oleh dua anak itu tidak sama berat. Berarti bahwa parahnya penyakit ini tergantung dari kerusakan yang terdapat pada sel-sel otak.
Ada dua dugaan bahwa penyakit ini masuk ke Amerika Serikat dalam tahun 1630 melalui dua kakak beradik laki-laki yang sakit HD dan berpindah tempat tinggal dari desa kecil Bures di Inggris ke Boston, USA. Kini penyakit keturunan ini terkenal di seluruh dunia. Menurut laporan WHO (World Health Organization) penyakit ini paling sedikit terdapat di Jepang.
Penyakit Huntington ini disebabkan oleh gen dominan letal H. orang bergenotip homozigotik HH mula-mula tampak normal, tetapi umumnya mulai usia 25 tahun memperlihatkan tanda-tanda penyakit itu. Karena ada kerusakan pada sel-sel otak, maka fisik dan mental orang ini cepat memburuk dan berakhir dengan kematian. Orang yang heterozigotik Hh juga sakit tetapi tidak parah, sedangkan orang yang bergenotip homozigotik hh adalah normal. 

d.      Brakhidaktili
Kecuali orang dapat mempunyai jari lebih (polidaktili), maka ada sementara orang yang memiliki jari-jari pendek (brakhidaktili). Ini disebabkan karena tulang-tulang pada ujung jari-jari pendek dan tumbuh menjadi satu. Kelainan ini menurun dan disebabkan oleh gen dominan B. Orang  berjari normal adalah homozigotik resesip bb. Orang brakhidaktili adalah heterozigotik Bb. Keadaan homozigotik dominan (BB) akan berpengaruh letal.
Brakhidaktili mempunyai arti tersendiri dalam sejarah ilmu keturunan ini adalah yang pertama kali dikenal pada manusia yang diketahui ditentukan oleh gen dominan.

Gambar 2.2. Brakhtifalangi

2.      Gen Resesip Letal
Gen resesip letal, ialah gen resesip yang bila homozigotik akan menyebabkan matinya individu. Beberapa contoh:
a.       Tanaman jagung (Zea mays) berdaun putih
Pada jagung (Zea mays) dikenal dengan gen-gen sebagai berikut:
G   =  Membentuk klorofil (zat hijau daun)
g  = Tidak membentuk klorofil bila homozigotik (gg), sehingga daun kecambah tidak dapat menjalankan fotosintesis dan kecambah mati dalam beberapa hari.
persilangan dua tanaman berdaun hijau heterozigotik semula menghasilkan keturunan 75% tanaman berdaun hijau dan 25% tanaman berdaun putih. Tanaman yang belum mempunyai akar sempurna itu selama kira-kira 14 hari menerima makanan dari putih lembaga (endosperm). Sesudah itu, tanaman yang berdaun hijau di samping menghisap makanan dengan akar, dapat pula menjalankan fotosintesis. Dengan demikian persilangan dua tanaman monohibrid itu tidak menghasilkan keturunan dengan perbandingan 3:1 seperti hukum Mendel, melainkan 3:0.
    Contoh:
P          ♀         Gg       x          ♂         Gg
                      Hijau                           Hijau
F1         GG   = Hijau
            Gg   = Hijau
            Gg   = Hijau
             gg   = Putih (letal)
b.      Ichtyosis congenital
Ichtyosis congenital, yaitu suatu penyakit bawaan pada manusia, yang letal. Bayi lahir dengan kulit tebal dan banyak luka berupa sobekan terutama di tempat-tempat lekukan, sehingga bayi biasanya meninggal dunia di dalam kandungan atau waktu lahir. Jadi penyakit ini bersifat letal dan timbul bila individu homozigotik resesip ii. Alelnya dominan I menentukan bayi normal.
Perkawinan dua orang normal tetapi heterozigotik untuk penyakit itu akan menghasilkan keturunan normal semua, sebab perbandingannya menjadi 3:0.
Contoh:
P          ♀         Ii          x          ♂         Ii
                      Normal                        Normal
F1         II   = Normal
            Ii   = Normal
            Ii   = Normal
            ii   = Ichtyosis congenital (letal)
Gambar 2.3. Ichytosis congenita
c.       Anemia sel sabit (Sickle cell)
Anemia sel sabit yaitu sel darah merah penderita (manusia) berbentuk seperti sabit. Sel darah merah ini kemampuan mengikat O2 sangat rendah. Pada individu homozigotik resesip (ss) pertumbuhannya terhambat, jika mengalami infeksi dan peradangan dapat mengakibatkan kerusakan darah, bahkan dapat mengakibatkan kematian pada masa bayi atau anak-anak.
C.    Mendeteksi dan Mengeliminir Gen-gen Letal
Gen letal dominan dalam keadaan heterozigotik akan memperlihatkan cacat, tetapi gen letal resesip tidak demikian halnya. Berhubungan dengan itu lebih mudah kiranya untuk mendeteksi hadirnya gen letal dominan pada suatu individu daripada gen resesip.
Gen-gen letal dapat dihilangkan (dieliminir) dengan jalan mengadakan perkawinan ulang kali pada individu yang menderita cacat akibat adanya gen letal. Tentu saja hal ini lebih mudah dapat dilakukan pada hewan dan tumbuh-tumbuhan, tetapi tidak pada manusia.

D. Gangguan penyakit karena perubahan genetik
            Gangguan perubahan genetik yang menyebabkan penyakit,  frekuensinya meningkat belakangan ini. Hal tersebut terjadi mungkin  karena kemajuan ilmu biologi molekuler dalam penelitian genetik, dan juga karena perubahan lingkungan yang mengakibatkan terjadinya mutasi genetik, atau berkembangnya ilmu pengobatan yang tidak terduga dapat menyebabkan perubahan genetik yang diturunkan.  Beberapa perubahan genetik yang dapat menyebabkan penyakit ada bermacam-macam, yaitu adanya penyakit yang disebabkan perubahan gen tunggal, ada yang bersifat autosomal dominan, dan juga bersifat autosomal resesif.        
Hampir semua penyakit yang disebabkan karena gangguan keturunan,  berasal dari terjadinya mutasi genetik dari orang tuanya yang kemudian diturunkan kepada anaknya. Anak yang menderita sebagai akibat dari mutasi gen pada orang tuanya, kemudian akan menurunkan  kepada anak cucu mereka apabila kondisinya memungkinkan, misalnya pada autosomal dominan, resesif, dan gangguan pada waktu terjadinya proses pembelahan sel, baik sel induk (autosomal) maupun sel sperma/ovum (sel germinal). Sehingga bila ditelusuri awal mulanya terjadinya penyakit genetik adalah  suatu proses evolusi dari kehidupan manusia didunia ini. Pada awal terjadinya penyakit keturunan ini yang dituding pertama kalinya adalah ulah manusia itu sendiri, yaitu berupa  terjadinya perubahan lingkungan karena ulah manusia, perilaku kehidupan manusia yang mengejar kehidupan yang nikmat, misalnya mengkonsumsi makanan, obat, dan berbagai bahan kimia yang menyebabkan kenikmatan sesaat. 
            Beberapa klasifikasi terjadinya penyakit yang dapat ditemukan sampai saat ini adalah beberapa jenis, menurut perubahan sel kromosom dan susunan DNAnya yaitu:
-  Autosomal dominan:  Penyebab penyakit Achondroplasia, Huntington diseases,
Neurofibromatosis, Marfan disease, dan beberpa penyakit genetik  lainnya yang masih dalam
penelitan.
-  Autosomal resesif: Menyebabkan penyakit Cystic fibrosis, Sickel cell anemia, Spinal muscular
atrophi, dan penyakit genetik lainnya yang belum teridentifikasi dengan jelas.
Penyakit genetik autosomal dominan

Achondroplasia
            Achondroplasia adalah suatu gangguan genetik  yang mengakibatkan hambatan pertumbuhan  tulang yang dapat didiagnosis sejak bayi lahir dan pada awal kehidupan mereka. Anak laki maupun perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk menderita gangguan keturunan ini. Di Australia ada sekitar 1 diantara 20.000 anak menderita kelainan ini. Pada awal masa pertumbuhan, tulang rawan (cartilago), berkembang normal menjadi tulang sejati, tetapi pada penderita penyakit ini sel tulang rawan berkembang lebih lambat daripada normal. Hal ini terjadi terutama pada tulang panjang seperti tulang lengan dan kaki, dan cenderung lebih pendek dan menyebabkan pendeknya tulang secara keseluruhan (kerdil). Tetapi bentuk tulang tubuh dan tulang lainnya kadang terlihat normal, sedangkan tulang lengan dan kakinya lebih pendek. Bentuk lain yang terjadi adalah tulang kepalanya besar yang biasanya bagian depan  (kening)  lebih menonjol dengan bagian hidung melekuk kedalam, lengan pendek dengan jari tangan pendek dan besar, siku melengkung, pendengaran agak berkurang dan bernafas agak terengah-engah.







 











Gambar  2.4  Anak kembar yang memperlihatkan kondisi achodroplasia pada salah satunya atau disebut dwarf (kerdil).
·         Gejala
Achondroplasia adalah gangguan genetik  autosomal dominan, yang sering menyebabkan terjadinya kekerdilan. Rataan tinggi badan pada orang dewasa sekitar 131 cm pada pria dan 123 cm pada wanita. Prevalensi kejadiannya sekitar 1 diantara 25.000 populasi. Kejadian “Spondyloepiphyseal dysplasia tarda” (SED tarda), yaitu hambatan atau pemendekan bentuk tulang pada tubuh. Hal ini dapat terjadi karena lambatnya pertumbuhan tulang pada kerangka tubuh, terutama perlambatan pertumbuhan  pada tulang belakang. Leher juga menjadi pendek, hal ini sering ditemukan pada anak laki, dan biasanya terlambat untuk terdeteksi sampai mencapai umur 5-10 tahun. 
            “Osteogenesis imperfecta (OI) type 4” adalah suatu kondisi dimana tulang sangat rapuh dan cenderung mudah sekali patah. Kerapuhan  tulang disebabkan oleh kurangnya produksi protein yang sangat penting dalam pembentukan tulang yaitu “collagen”. Bilamana semua tulang dalam tubuh  mengalami hal ini maka pertumbuhan tulang sangat terhambat yang mengakibatkan terjadinya penachondroplasia, atau semua tulang dalam tubuh akan menjadi pendek. Patah tulang yang disertai bentuk tulang pada tulang belakang dan tulang paha seperti siku, pinggang dan tulang lainnya dapat mengakibatkan kekerdilan secara menyeluruh. 


·         Penanganan achodroplasia
            Sampai sekarang cara pengobatan belum ditemukan, apalagi bila kondisi sudah berlanjut. Diagnosis dini terhadap ibu yang akan melahirkan  dengan melihat gen defek pada kromosom no 4 dapat membantu kemungkinan pencegahan mempunyai anak achondroplasia tersebut. Tetapi hal masih dalam penelitian yang masih berlanjut dan hasilnya masih belum menemukan titik terang.

Thalassemia
            Thalassemia adalah penyakit yang diturunkan yang menyebabkan gangguan pada system
pembentukan sel darah merah. Gangguan genetic tersebut terjadi akibat dari penurunan laju sintesis rantai globin yang normal yang menyebabkan tidak stabilnya transport oksigen kedalam jaringan. Sel darah merahnya sendiri cenderung rapuh dan mudah pecah sehingga menyebabkan anemia.  Secara geografis penyakit ini banyak menyerang pada orang yang hidup di daerah laut Mediterranian, dimana thalassemia dari asal kata “Thalassa” dalam bahasa Yunani, yang artinya adalah laut dan “Haimia” yang artinya darah. Thalassemia dapat terjadi pada semua populasi penduduk dan kelompok etnis, walaupun prevalensinya sangat bervariasi diantara populasi tersbut. Diperkirakan prevalensi penyakit sekitar 16% terjadi pada penduduk Cyprus, 3-14% di Thailand, dan sekitar 3-8% terjadi pada populasi penduduk India, Pakistan, Bangladesh dan China. Prevalensi juga banyak terjadi pada orang keturunan Amerika Latin, Negara-negara Caribia dan Mediterrania (mis: Spanyol). Prevalensi terkecil terjadi  pada penduduk Afrika (0,9%) dan Eropa Utara (0,1%).
·         Etiologi dan gejala
            Thalassemia diklasifikasi menurut molekul rantai globin yang mengalami gangguan: pada alfa thalassemia, produksi α globin mengalami defisiensi, sedangkan pada β thalassemia, produksi β globin mengalami gangguan, tidak seperti pada SCA, yang terjadi karena adanya mutasi bentuk β globin.
a)  Alfa thalassemia
Pada penyakit ini melibatkan gen HBA1 dan HBA2, yang diturunkan menurut hukum Mendel
yaitu  autosoma resesif. Kelainan tersebut juga erat hubungannya dengan hilangnya (deletion) dari kromosom 16p. Alfa thalassemia mengakibatkan terjadi penurunan produksi α-globin, tetapi penurunan α-globin menyebabkan peningkatan β  globin pada orang dewasa dan peningkatan rantai  γ pada bayi yang baru lahir. Kelebihan rantai  β  dari tetramer yang tidak stabil (disebut hemoglobin H) menyebabkan terjadianya disosiasi kurva oksigen. Ada empat genetic loci untuk  α-globin, yaitu dua berasal dari ibunya dan dua lainnya dari ayahnya. Bilamana loci tersebut hilang atau terganggu karena terjadi mutasi, penyakit akan menjadi lebih parah, yang ditandai dengan dengan timbulnya gejala penyakit.
-  Bila semua (empat) loci tersebut terpengaruh akan menyebabkan fetus tidak dapat hidup lagi
diluar uterus, dimana hampir semua bayi mati begitu dilahirkan dengan gejala “hydrops fetalis”.
Bilamana bayi tersebut dapat hidup saat lahir, segera akan meninggal setelah dilahirkan.   Bayi-
bayi tersebut menunjukkan gejala edematous dan hanya sedikit ditemukan hemoglobin dalam
darahnya dan Hb tersebut mengandung rantai  γ-tetramerik (hemoglobin Bart). Biasanya hal
tersebut menunjukkan keturunan homozigot resesif dari α-thalassemia tipe 1.
-  Bila tiga loci yang terkena, mengakibatkan penyakit yang disebut “Hemoglobin H  disease”.
Ditemukan ada dua bentuk hemoglobin yang tidak stabil didalam darah, yaitu hemoglobin Barts
(rantai tetramerik γ ) dan hemoglobin H (rantai tetramerik β ). Pada pemeriksaan ulas darah tepi
terlihat adanya gejala anemia mikrositik hipokromik dan presipitasi dari HbH (Heinz bodies).
Penyakit ini baru terdeteksi pada masa kanak-kanak atau pada awal masa kedewasaan, pada
saat diketahui adanya anemia dan splenomegali (pembesaran limpa). Hal tersebut biasanya
disebabkan karena adanya kombinasi keturuanan dari komponen hetero zigots dari  α-
thalassemia tipe 1 dan tipe 2.
-  Bila dua dari 4 loci yang terkena maka seseorang menjadi α-thalassemia karier atau thalassemia tipe 1, dimana dua  α-loci dapat memproduksi darah mendekati normal pada system
hematopiesisnya, walaupun masih sedikit ditemukan gejala anemia mikrositik hipokromik yang
ringan. Pada penduduk keturunan Afrika, prevalensinya cukup tingg 30%, dimana ditemukan
delesi (hilangnya) satu dari dua loci  α  dari kromosom. Penyakit tersebut kadang dikelirukan
dengan penyakit defisiensi Fe, sehingga bila diberikan tambahan Fe akan tidak ada pengaruhnya. Ada dua bentuk  α  thalassemia tipe 1, yaitu delesi  cis  dari dua  α  loci pada kromosom yang sama, lainnya delesi  trans dari gen allele kromosom homolog (kromosom no 16).
-  Bila hanya satu dari empat  α-loci terkena,  α-minor atau  α+
pembawa thalassemia atau  α- pembawa thalassemia tipe 2, pengarunhnya minimal atau ringan. Tiga loci  α-globin sudah cukup untuk memproduksi hemoglobulin normal dan penderita tidak mengalami anemia atau hipokhromia, mereka disebut α-thalassemia karier atau pembawa thalassemia.
b)  Beta thalassemia
Beta-thalassemia terciri dengan berkurangnya sinthesis hemoglobin  rantai beta, yang dapat
mengakibatkan gejala anemia mikrositik hipokhromik, yaitu ketidak normalan sel darah tepi. Pada gambaran ulas darah terlihat adanya sel darah merah yang bernukleus dan menurunnya jumlah hemoglobin A (HbA) pada analisis Hb dan meningkatnya hemoglobin F (HbF) setelah umur 12 bulan.
            Penderita akan mengalami anemia yang yang parah dan hepatosplenomegali (bembengkakan hati dan limpa). Uji genetic dengan identifikasi keberadaan rantai beta globin (HBB) sangat berguna untuk mempridiksi atau diagnosis dini untuk mengetahui timbulnya penyakit sebelum terjadi gejala pada suatu keluarga yang mempunyai resiko menderita penyakit ini (prenatal diagnosis).
            Penderita β-thalassemia adalah penyakit yang diturunkan dari gen autosoma resesif. Dimana seseorang yang menderita thalassemia mendapat kemungkinan 25% dari orang tua yang karier (heterozigot). Setiap individu mempunyai dua allele β-globin, yaitu satu dari  ibunya dan satu dari ayahnya, sehingga ada dua kemungkinan mutasi dari kedua allele tersebut yang dapat menyebabkan penyakit thalassemia yaitu:
-  Jika kedua allele mengalami mutasi, gejala yang terlihat adalah anemia hipokhromik mikrositik, disebut juga β-thalassemia major. Bila tidak diobati penderita akan meninggal sebelum umur 20 tahun. Pengobatan yang dilakukan adalah transfuse darah secara periodic, splenektomi bila terjadi splenomegali dan usaha pengurangan Fe bila terjadi kelebihan Fe akibat transfuse darah. Kesembuhan dapat diusahakan dengan transplatasi sumsum tulang.
-  Bila hanya satu allele mengalami mutasi, gejala yang terlihat adalah anemia mikrositik ringan,
disebut juga β-thalassemia minor atau β-thalassemia karier/pembawa. Gejala yang terlihat adalah kelemahan, fatigue dan pada kebanyakan kasus biasanya tanpa gejala apa-apa. Penderita β-thalassemia minor ini bahkan mengabaikan bahwa dia adalah pembawa penyakit atau menderita gangguan ini. Deteksi dilakukan dengan menghitung MCV (Tabel 3.3) yang memperlihatkan penurunan sedikit dari MCV tersebut.
-  Thalassemia intermedia, adalah kondisi dimana penderita menunjukkan gejala diantara thalassemia major dan minor.  Penderita dapat bertahan hidup normal tetapi kadang perlu mendapatkan transfusi darah, terutama bila ia merasakan sakit ataupun waktu hamil, hal ini benar-benar sangat bergantung pada saat-saat ia menderita anemia.
            Secara genetic penyebab β-thalassemia sangat bervariasi dan beberapa jenis mutasi gen dapat menyebabkan menurun atau tidak terjadinya  sintesis β-globin. Biasanya tanda superskrip 0 (β0)dan +(β+) menunjukkan ada tidaknya sintesis β-globin tersebut. Pada dasarnya ada dua bentuk kelainan genetic yang menyebabkan β-thalassemia yaitu:
-  Bentuk non-delesion: Kelainan genetic ini biasanya melibatkan substitusi basa tunggal atau
delesi kecil atau penyisipan dekat atau diatas gen β-globin. Yang paling sering adalah mutasi
terjadi di daerah promoter dari gen β-globin.
-  Bentuk delesion: Delesi dari beberapa nukleotida yang berbeda yang melibatkan gen β-globin
menyebabkan gejala yang berbeda pula seperti pada (β0) atau herediter persisten dari fetal hemoglobin syndromes.
·         Penanganan thalasemia
            Pengobatan dengan jalan transfusi darah harus selalu dilakukan dalam interval dua atau tiga minggu sekali, tetapi therapy transplantasi sumsum tulang dapat juga dilakukan sebagai alternative yang baik. Transplantasi sumsum tulang juga harus ekstra hati-hati karena dapat menyebabkan reaksi penolakan tubuh yang akan mengakibatkan komplikasi.










BAB III
KESIMPULAN

Dominan adalah sifat yang mengalahkan atau menutupi sifat lain. Sifat-sifat tersebut memperlihatkan perbedaan yang kontras sehingga memudahkan dalam mengamati. Beberapa contoh persilangan : Sifat dominansi penuh, dan sifat intermediet (dominansi tidak sempurna). Mendel dalam percobaan-percobaannya terdapat gen-gen yang tidak memperlihatkan sifat dominan sepenuhnya dengan sempurna akibatnya keturunan dari perkawinan individu dengan satu sifat beda akan mempunyai sifat antara dari kedua indivudu, Sifat demikian dinamkan sifat intermediet. Pada dominansi sempurna juga diadakan uji silang yang berguna untuk membedakan kedua genotip, uji silang merupakan suatu penyilangan dengan menggunakan individu yang homozigotik resesif. Begitu juga dominansi yang tak sempurna terdapat uji balik (Back Cross) , persilangan balik (Back cross) ialah persilangan antara individu hibrida F1 dengan induknya. Namun, jika gen yang dalam keadaan homozigotik atau homozigot menyebabkan matinya individu ini disebut sebagai Gen letal (gen kematian). Berhubungan dengan itu hadirnya gen letal pada suatu individu menyebabkan perbandingan fenotip dalam keturunan menyimpang dari hukum Mendel.















DAFTAR PUSTAKA

Edi, Syahmi. (2014). Genetika Dasar. Medan. FMIPA UNIMED
Elrod, susan Ph.D; Stansfield, william Ph.D.2002.Genetika edisi ke-4.Erlangga :PT gelora Aksara Pratama
Ferdinand.P, Fictor.; Ariebowo, Moekti .2007.Praktis Belajar Biologi.Jakarta Timur:Visindo media pratama
Rahma, Sri. 2012. Genetika Ternak. Makasar. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
Recee, Campbell; Mitchell edisi ke-5 jilid 1.2000.Biologi.Erlangga:PT Gelora Aksara Pratama.
Suryo. (1986). Genetika Manusia. Yogyakarta. Gajah Mada University Press
Suryo. (1996). Genetika. Pendidikan tenaga akademik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi




Tidak ada komentar:

Posting Komentar