Sabtu, 14 Maret 2015

Bakteri

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bakteri, berasal dari kata Latin, bacterium (jamak, bacteria); merupakan kelompok raksasa dari organisme hidup. Bakteri memiliki ukuran yang  sangat kecil (mikroskopis) dan kebanyakan uniselular (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif sederhana tanpa nukleus / inti sel, sitoskeleton, dan organel lain seperti mitokondria dan kloroplas.
Bakteri adalah organisme yang paling berkelimpahan dari semua organisme. Bakteri  tersebar (berada di mana-mana) di tanah, air, dan sebagai simbiosis dari organisme lain. Banyak bakteri yang bersifat patogen. Bakteri  biasanya hanya berukuran 0,5-5 μm. Bakteri  umumnya memiliki dinding sel, seperti sel hewan dan jamur, tetapi dengan komposisi sangat berbeda. Banyak yang bergerak menggunakan flagella, yang berbeda dalam strukturnya dari flagella kelompok lain.
1.2.Rumusan Masalah
1.      Bagaimana struktur anatomi bkteri ?
2.      Bagaimana pengklasifikasian bakteri ?
3.      Apa manfaat bakteri dalam kehidupan manusia ?
1.3. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan makalah ini ialah untuk :
1.      Untuk mengetahui struktur anatomi dari bakteri
2.      Untuk mengetahui apa manfaat bakteri dalam kehidupan manusia
3.      Untuk mengetahui pengklasifikasian dari bakteri








BAB II
ISI
2.1. Pengenalan Bakteri
Bakteri adalah nama sekelompok mikroorganisme yang termasuk prokariotik  yang bersel satu, berkembang biak dengan membelah diri dan bahan-bahan genetiknya tidak terbungkus dalam membran inti. Pada umumnya bakteri tidak mempunyai klorofil, kecuali beberapa spesies tertentu yang mempunyai pigmen fotosintesis. Oleh karena itu, ada bakteri  yang hidupnya heterotrof dan ada juga bakteri yang hidup autotrof. Bakteri heterotrof dapat dibedakan menjadi bakteri yang hidup sebagai parsit dan saprofit, Sedangkan bakteri autotrof dapat dibedakan berdasarkan atas sumber energi yang digunakan untuk mensentetis makanannya menjadi bakteri fotoautotrof dan kemoautotrof. Bakteri dapat hidup dimana saja, ada yang merugikan manusia, hewan maupun tumbuhan. Namun demikian ada juga bakteri yang menguntungkan bagi umat manusia.
Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri. Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus / inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan antara sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks. 
Bakteri dapat ditemukan di hampir semua tempat: di tanahairudara, dalam simbiosis dengan organisme lain maupun sebagai agen parasit (patogen), bahkan dalam tubuh manusia.
2.2. Struktur Sel Bakteri
Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm, tetapi ada bakteri tertentu yang dapat berdiameter hingga 700 μm, yaitu Thiomargarita. Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan). Beberapa jenis bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel. Umumnya sel bakteri yang berbentuk bulat berdiameter sekitar 0,7 - 1,3 mikron. Sedangkan sel bakteri berbentuk batang lebarnya sekitar 0,2 - 2,0 μm dan panjangnya 0,7 - 3,7 μm.
Bagian tubuh bakteri pada umumnya dapat dibagi atas 3 bagian yaitu dinding sel, protoplasma (di dalamnya terdapat membran sel, mesosom, lisosom, DNA, endospora), dan bagian yang terdapat di luar dinding sel seperti kapsul, flagel, pilus. Di antara bagian – bagian  tersebut ada yang selalu didapatkan pada sel bakteri, yaitu membran sel, ribosom dan DNA. Bagian-bagian ini disebut sebagai invarian. Sedangkan bagian – bagian yang tidak selalu ada pada setiap sel bakteri, misalnya dinding sel, flagel, pilus, dan kapsul. Bagian – bagian ini disebut varian.
Gambar 2.1. Struktur Bakteri

Susunan bagian-bagian utama sel bakteri, dijelaskan sebagai berikut:
a.    Membran sel
 Membran sel merupakan selaput yang membungkus sitoplasma beserta isinya, terletak di sebelah dalam dinding sel, tetapi tidak terikat erat dengan dinding sel. Bagi membran sel sangat vital, bagian ini merupakan batas antara bagian dalam sel dengan lingkungannya. Jika membran sel pecah atau rusak, maka sel bakteri akan mati. Membran sel terdiri atas dua lapis molekul fosfolipid. Pada lapisan fosfo – lipid ini terdapat senyawa protein dan karbohidrat dengan kadar berbeda-beda pada berbagai sel bakteri.
b.    Ribosom
Ribosom merupakan bagian sel yang berfungsi sebagai tempat sintesa protein. Bentuknya berupa butir-butir kecil dan tidak diselubungi membran. Ribosom tersusun atas protein dan RNA.
c.    DNA (Deoxyribonucleic Acid)
DNA merupakan materi genetik, terdapat dalam sitoplasma. DNA bakteri berupa benang sirkuler (melingkar). DNA bakteri berfungi sebagai pengendali sintesis protein bakteri dan pembawa sifat. DNA bakteri terdapat pada bagian menyerupai inti yang disebut nukleoid. Bagian ini tidak memiliki membran sebagaimana inti sel eukariotik.
d.   Dinding sel
Dinding sel bakteri tersusun atas makromolekul peptidoglikan yang terdiri dari monomer – monomer tetrapeptidaglikan (polisakarida dan asam amino). Berdasarkan susunan kimia dinding selnya, bakteri dibedakan atas bakteri gram – positif dan bakteri gram – negatif. Susunan kimia dinding sel bakteri gram – negatif lebih rumit daripada bakteri gram – positif. Dinding sel bakteri gram – positif hanya tersusun atas satu lapis peptidoglikan yang relatif tebal, sedangkan dinding sel bakteri gram – negatif terdiri atas dua lapisan. Lapisan luar tersusun atas protein dan polisakarida, lapisan dalamnya tersusun atas peptidoglikan yang lebih tipis dibanding lapisan peptidoglikan pada bakteri gram – positif. Dinding sel bakteri berfungsi untuk memberi bentuk sel, memberi kekuatan, melindungi sel dan menyelenggarakan pertukaran zat antara sel dengan lingkungannya.
e.    Flagel
Flagel merupakan alat gerak bagi bakteri, meskipun tidak semua gerakan bakteri disebabkan oleh flagel. Flagel berpangkal pada protoplas, tersusun atas senyawa protein yang disebut flagelin, sedikit karbohidrat dan pada beberapa bakteri mengandung lipid. Jumlah dan letak flagel pada berbagai jenis bakteri bervariasi. Jumlahnya bisa satu, dua, atau lebih, dan letaknya dapat di ujung, sisi, atau pada seluruh permukaan sel. Jumlah dan letak flagel dijadikan salah satu dasar penggolongan bakteri.
f.     Pilus
Pada permukaan sel bakteri gram – negatif  seringkali terdapat banyak bagian seperti benang pendek yang disebut pilus atau fimbria (jamak dari pilus). Pilus merupakan alat lekat sel bakteri dengan sel bakteri lain atau dengan bahan – bahan padat lain, misalnya makanan sel bakteri.
g.    Kapsul
Kapsul merupakan lapisan lendir yang menyelubungi dinding sel bakteri. Pada umumnya kapsul tersusun atas senyawa polisakarida, polipeptida atau protein –polisakarida  (glikoprotein). Kapsul berfungsi untuk perlindungan diri terhadap antibodi yang dihasilkan sel inang. Oleh karenanya kapsul hanya didapatkan pada bakteri patogen.
h.    Endospora
Di antara bakteri ada yang membentuk endospora. Pembentukan endospora merupakan cara bakteri mengatasi keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan. Keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan antara lain : panas, dingin, kering, tekanan osmosis dan juga zat kimia tertentu. Jika kondisi lingkungan baik atau sesuai maka endospora akan tumbuh menjadi sel bakteri. Endospora bakteri tidak berfungsi sebagai alat perkembangbiakan, tetapi sebagai alat perlindungan diri.
Sel-sel bakteri yang membentuk spora tampak sebagai ruangan berisi benda bulat, yang letaknya dapat di salah satu ujung ruang itu, dapat pula di tengah – tengah.
Apabila lingkungan hidup bakteri menjadi buruk, maka banyak yang mati, akan tetapi ada juga bakteri – bakteri yang dapat membentuk spora yang tahan terhadap lingkungan yang buruk seperti kekeringan, kekurangan bahan makanan dan lain sebagainya. Jika keadaan menjadi baik kembali, maka spora itu akan tumbuh menjadi bakteri biasa yang disebut bentuk vegetatif. Spora-spora pada bakteri ini dibentuk disebelah dalam dinding sel bakteri sehingga dinamakan endospora. Proses pembentukan endospora yang di dalam sel induk dikenal sebagai sporulasi atau sporogenesis.    
Pada tahap pertama proses sporulasi ini dapat dilihat terjadinya replikasi kromosom bakteri dan sebagai kecil dari sitoplasma terpisah oleh suatu sekat (septum) spora. Sekat spora ini menjadi membrane yang berlapis dua yang masing – masing mengelilingi kromosom dan sitoplasma. Struktur ini seluruhnya dibungkus di dalam sel asal yang disebut fore spore. Lapisan – lapisan peptidoglikan yang tebal terdapat diantara 2 lapisan membran. Kemudian suatu mantel spora yang tebal yang terdiri dari protein terbentuk disebelah luar membran. Mantel ini berfungsi untuk melindungi endospora terhadap zat-zat kimia keras. Kemudian endospora dapat keluar atau bebas dari sel. Letaknya endospora di dalam sel bakteri tergantung dari spesies bakterinya.
Apabila endospora telah matang dinding sel vegetatif melebur dan endospora dibebaskan. Inti endospora yang mengalami dehidrasi yang tinggi, hanya mengandung sedikit DNA, RNA, ribosom, enzim dan beberapa molekul yang penting. Endospora itu dapat dianggap sebagai bentuk laten dari bakteri yang dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama sekali. Endospora yang kembali kepada keadaan vegetatif mengalami suatu proses yang disebut dengan germinasi. Proses germinasi atau perkecambahan ini dipacu adanya kerusakan fisik dan kemis pada mantel endospora. Enzim – enzim yang terdapat dalam endospora akan merusak lapisan – lapisan lain terdapat di sekeliling endospora, kemudian air dapat masuk sehingga metabolisme dapat berlangsung. Oleh karena satu sel vegetatif hanya membentuk satu endospora, maka sporogenesis pada bakteri bukan merupakan alat perkembangbiakan, karena tidak ada pertambahan jumlah sel. Dipandang dari segi klinis, endospora ini sangat penting karena tahan terhadap pemanasan, pendinginan, penggunaan zat-zat kimia dan radiasi. Kebanyakan sel vegetatif akan mati pada suhu 700C sedangkan endospora dapat tetap hidup pada air mendidih sampai setengah jam atau lebih.      
2.3. Klasifikasi Bakteri
Bakteri dapat digolongkan berdasarkan persamaan ciri – ciri morfologi, cara reproduksi, kemampuan menghasilkan spora, motalitas dan siklus hidupnya.
A.    Berdasarkan bentuk tubuh
Ditinjau berdasarkan bentuk tubuhnya, bakteri dikelompokkan lagi menjadi :
1.      Bakteri Coccus (Bulat)
Bakteri yang berbentuk kokus, biasanya bulat atau pun berbentuk oval, memanjang atau satu sisinya. Apabila bakteri berbentuk kokus ini berkembang biak dengan membelah diri sel-selnya tetap berdempetan dan tidak akan memisah. Bakteri yang berbentuk kokus ini masih dapat dibedakan lagi menjadi beberapa macam yaitu:
·         Monococcus
·         Diplococcus
·         Streptococcus
·         Stafilococcus
·         Tetracoccus
·         Sarcina
2.      Bakteri Basil (Batang)
Bakteri berbentuk hasil menyerupai bentuk batang pendek, silindris, yang ukuran dan bentuknya bermacam-macam. Bakteri Basil ini dapat dibedakan lagi menjadi :
·         Monobacillus
·         Coccobacillus
·         Diplobacillus
·         Streptobacillus
3.      Bakteri Spiral (Lengkung)
Bakteri yang bentuknya seperti batang, melengkung dan menyerupai bentuk koma. Bakteri ini dapat dikelompokkan lagi menjadi :
·         Vibrio
·         Heliks
·         Filamentous
·         Spyrochaeta
           


 Berikut ini merupakan gambaran bentuk – bentuk bakteri :
Gambar 2.2. Bentuk bakteri berdasarkan bentuk tubuh

B.     Berdasarkan Letak Flagella pada tubuhnya
Flagella merupakan alat gerak bagi bakteri. Flagel berpangkal pada protoplas, tersusun atas senyawa protein yang disebut flagelin, sedikit karbohidrat dan pada beberapa bakteri mengandung lipid. Jumlah dan letak flagel pada berbagai jenis bakteri bervariasi. Jumlahnya bisa satu, dua, atau lebih, dan letaknya dapat di ujung, sisi, atau pada seluruh permukaan sel. Jumlah dan letak flagel dijadikan salah satu dasar penggolongan bakteri. Berdasarkan hal tersebut, maka bakteri dapat dibedakan menjadi :
·         Monotrik yaitu berflagel satu pada salah satu ujung.
·          Amfitrik yaitu  flagel masing-masing satu pada kedua ujung.
·         Lofotrik yaitu berflagel banyak di satu ujung.
·         Peritrik yaitu berflagel banyak pada semua sisi tubuh
Gambar 2.3. Penggolongan Bakteri berdasarkan alat geraknya

C.     Berdasarkan pewarnaan Gram (Gram strain).
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram - positif dan gram – negatif , berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae.
Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri Gram – positif dan Gram – negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp. Contoh bakteri yang tergolong bakteri tahan asam, yaitu dari genus Mycobacterium dan beberapa spesies tertentu dari genus Nocardia. Bakteri bakteri dari kedua genus ini diketahui memiliki sejumlah besar zat lipodial (berlemak) di dalam dinding selnya sehingga menyebabkan dinding sel tersebut relatif tidak permeabel terhadap zat-zat warna yang umum sehingga sel bakteri tersebut tidak terwarnai oleh metode pewarnaan biasa, seperti pewarnaan sederhana atau Gram.
Dalam pewarnaan gram diperlukan empat reagen yaitu :
·                     Zat warna utama (violet kristal)
·                     Mordan (larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk mengintensifkan warna utama.
·                     Pencuci / peluntur zat warna (alkohol / aseton) yaitu solven organic yang digunakan uantuk melunturkan zat warna utama.
·                     Zat warna kedua / cat penutup (safranin) digunakan untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan cat utama setelah perlakuan denga alcohol.
Bakteri Gram – negatif  adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram – positif akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram – negatif  tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram – negatif  menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka.
Pengecatan gram dilakukan dalam 4 tahap yaitu
1. Pemberian cat warna utama (cairan kristal violet) berwarna ungu.
2. Pengintesifan cat utama dengan penambahan larutan mordan JKJ.
3. Pencucian (dekolarisasi) dengan larutan alkohol asam.
4. Pemberian cat lawan yaitu cat warna safranin.
Perbedaan dasar antara bakteri gram – positif dan gram – negatif adalah pada komponen dinding selnya. Bakteri gram – positif memiliki membran tunggal yang dilapisi peptidoglikan yang tebal (25-50 nm) sedangkan bakteri gram – negatif lapisan peptidoglikogannya tipis (1-3 nm).
Beberapa perbedaan sifat yang dapat dijumpai antara bakteri Gram – positif dan bakteri Gram – negatif yaitu:
Tabel 2.1. Perbedaan antara Bakteri gram – positif dan Bakteri gram – negatif
Gambar 2.4. Perbedaan struktur dinding Bakteri gram – positif dan Bakteri gram – negatif

D.    Berdasarkan Kebutuhan akan Oksigen
Berdasarkan kebutuhan akan oksigen, bakteri dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu :
1.      Bakteri Anaerob
Merupakan bakteri yang tidak membutuhkan oksigen bebas untuk mendapatkan energi, misalnya Micrococcus denitrificans.
2.      Bakteri Aerob
Merupakan bakteri yang membutuhkan oksigen bebas untuk mendapatkan energi, misalnya Nitrosomonas, Nitrobacter, Nitrosococcus.
2.4.            Bakteri yang menguntungkan
Banyak bakteri yang menguntungkan dalam kehidupan manusia. Bakteri tersebut ada yang berperan dalam bidang pertanian, kelautan, industri, kesehatan dan masih banyak lagi. Salah satunya adalah dalam bidang pertanian.
1.      Bacillus cereus yang mampu mengendalikan laju pertumbuhan hama Spodoptera litura pada tanaman kubis
2.      Leuconostoc mesenteroides Pbac1 merupakan bakteri yang mampu menghasilkan bakteriosin yang berperan sebagai bakterisida dan juga pengawet makanan secara alami.
3.      Lactobacillus Bulgaricus yang membantu dalam proses pembuatan keju dari susu kacang hijau 

4.       Enterobacter sp yang berperan penting dalam menghambat pertumbuhan fungi Curvularia sp yang menyebabkan penyakit bercak daun pada tanaman mentimun
Selain beberapa hal tersebut diatas, berikut ini merupakan manfaat dari pada bakteri dalam kehidupan manusia.
No.
Nama Bakteri
Peranan
1
Lactobacillus bulgarius
Memfermentasi susu menjadi lemak
2
Lactobacillus sp
Produksi asinan buah
3
Streptococcus thermophilus
Produksi mentega
4
Pediococccus cereviceae
Produksi sosis
5
Streptococcus tactis
Produksi kefir
6
Acetobacter xylinium
Produksi nata de coco
7
Acetobacter sp
Produksi asam cuka
8
Bacillus brevis
Menghasilkan terotrisin (antibiotik)
9
Bacillus subtilis
Menghasilkan basitrasin (antibiotik)
10
Polymyka
Menghasilkan polimixin (antibiotik)
11
Lactobacillus cassei
Produksi yoghurt
12
Thiobacillus thiozidans
Produksi asam sulfat
13
Entamoeba coli
Membusukkan sisa pencernaan
14
Rhizopus oligosporus
Pembuatan tempe
15
Aspergillus oryzae
Pembuatan tauco
16
Neurospora crassa
Pembuatan oncom
17
Streptococcus laktis
Pembuatan keju
18
Streptococcus cremoris
Pembuatan keju
19
Rhizobium leguminosarum
Fiksasi nitrogen dalam akar kacang
20
Entero bakteria
Bakteri pengurai
Tabel 2.2. Tabel bakteri yang menguntungkan dalam kehidupan manusia
















Bacillus cereus
Bacillus cereus merupakan salah satu anggota genus Bacillus yang pertama kali diisolasi pada tahun 1969 dari darah dan cairan pleura pasien pneumonia. Bacillus cereus memiliki beberapa karakter morfologi diantaranya: gram positif dengan lebar sel 0,9 – 1,2 µm dan panjang 3 – 5 µm.  Motilitas positif, spora elipsoidal, sentral atau parasentral, spora jarang keluar dari sporangia. Tidak membentuk kapsul, biasanya muncul dalam bentuk rantai panjang tipe R. Bentuk koloni irregular, opague terkadan gwaxy. Pada medium cair membentuk turbiditas moderate.
Sel vegetatif dari Bacillus cereus dapat tumbuh pada rentang temperatur 5– 500C dengan temperatur optimal antara 35 - 400C, resisten terhadap pH 4,5–9,3. Dapat tumbuh pada anaerobic agar dan nutrien broth dan penambahan NaCl 7%, nutritive agar serta nutritive agar dengan 7 – 10 % darah domba. Waktu generasi relatif singkat, antara 20 – 30 menit. Dalam medium GA, Bacillus cereus telah mencapai fase eksponensial pada 6 jam inkubasi dan mencapai fase stasioner 20 jam setelah inkubasi.
Bacillus cereus memiliki karakter yang mirip dengan Bacillus thuringiensis dan Bacillus anthracis, namun tetap dapat dibedakan berdasarkan determinasi motilitas (kebanyakan Bacillus cereus bersifat motil) dan adanya kristal toxin (hanya dihasilkan oleh B. thuringiensis), aktivitas hemolisis (B cereus memiliki sifat ini, sedangkan B. anthracis bersifat non-hemolitik).
Gambar 2.5. Bacillus cereus
Hasil penelitian menunjukkan bahwa B. cereus dapat menyebabkan mortalitas yang cukup tinggi (100%) pada ulat S. Litura dengan konsentrasi 1,5 x 107 spora/ml sehingga bakteri ini dapat digunakan sebagai agens pengendalian hayati.

BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas,maka dapat ditarik kesimpulan :
Bakteri merupakan organisme yang berukuran sangat kecil, dengan ukuran 0,5-5 μm, tetapi ada bakteri tertentu yang dapat berdiameter hingga 700 μm. Bagian tubuh bakteri pada umumnya dapat dibagi atas 3 bagian yaitu dinding sel, protoplasma dan bagian yang terdapat di luar dinding sel.
Pengelompokkan bakteri dibedakan berdasarkan bentuk tubuh, letak dan jumlah alat gerak, kebutuhan akan oksigen serta berdasarkan pewarnaan pada gram (strain). Perbedaan yang paling mendasar antara Bakteri Gram – Positif dan Bakteri Gram – Negatif adalah dari komponen penyusun dinding sel.





















DAFTAR PUSTAKA

Hasanah, Uswatun. 2015. Mikrobiologi. Unimed Press : Medan
Kusnadi,dkk. 2003. Common textbook Mikrobiologi. JICA UPI : Bandung
Malik, Amalia dan Kusmiati. 2002. Makara, Kesehatan,Vol.6, No.1.Aktivitas Bakteriosin
dari Bakteri Leuconostoc Mesenteroides Pbac1 Pada Berbagai Media. Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI : Cibinong
Nurwahyuni, Isnaini.,dkk. 2015. Pemanfaatan Bakteri Kitinolitik dalam Menghambat
Pertumbuhan Curvularia Sp. Penyebab Penyakit Bercak Daun Pada Tanaman
Mentimun. Departemen Biologi USU : Medan
Salaki, Christina, dkk. 2012. Pemanfaatan Bakteri Bacillus cereus terhadap hama
Spodoptera litura Pada Tanaman Kubis .Vol. 18 No. 2. Unsrat : Manado
Yuanti, Uki, dkk. 2005. Ekuilibrium vol.4. no. 2. Pembuatan Keju Dari Susu Kacang Hijau dengan Bakteri Lactobacillus Bulgaricus.  : UNS 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar