Selasa, 03 Maret 2015

Makalah Konsep manusia dan Kebudayaan

BAB I
Pendahuluan

 1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya manusia merupakan makhluk yang berbeda dari makhluk lainnya, perbedaan tersebut terletak pada kemampuan manusia dalam hal pengetahuan dan perasaan. Pengetahuan manusia jauh lebih berkembang daripada pengetahuan makhluk lainnya, sementara melalui perasaan manusia mengembangkan eksistensi kemanusiaannya. Manusia dengan akal budinya mampu memperbaruhi dan mengembangkan sesuatu untuk kepentingan hidup, dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Kehidupan manusia sangatlah komplek, begitu pula hubungan yang terjadi pada manusia sangatlah luas. Hubungan tersebut dapat terjadi antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan makhluk hidup yang ada di alam, dan manusia dengan Sang Pencipta, setiap hubungan tersebut harus berjalan seimbang.
Manusia juga harus bersosialisasi dengan lingkungan, yang merupakan pendidikan awal dalam suatu interaksi sosial. Hal ini menjadikan manusia harus mempunyai ilmu pengetahuan yang berlandaskan ketuhanan. Karena dengan ilmu tersebut manusia dapat membedakan antara yang hak dengan yang bukan hak, antara kewajiban dan yang bukan kewajiban. Sehingga norma-norma dalam lingkungan berjalan dengan harmonis dan seimbang.
Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa
Pendidikan sebagai hasil kebudayaan haruslah dipandang sebagai “motivator” terwujudnya kebudayaan yang tinggi. Selain itu pendidikan haruslah memberikan kontribusi terhadap kebudayaan, agar kebudayaan yang dihasilkan memberi nilai manfaat bagi manusia itu sendiri khususnya maupun bagi bangsa pada umumnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kualitas manusia pada suatu negara akan menentukan kualitas kebudayaan dari suatu negara tersebut, begitu pula pendidikan yang tinggi akan menghasilkan kebudayaan yang tinggi. Karena kebudayaan adalah hasil dari pendidikan suatu bangsa.

1.2. Tujuan
1.      Untuk mengetahui konsep manusia dan kebudayaan
2.      Untuk mengetahui fungsi akal budi bagi manusia
3.      Untuk mengetahui pengertian kebudayaan
4.      Untuk mengetahui manusia sebagai pencipta kebudayaan
5.      Untuk mengetahui mode kebudayaan
6.      Untuk mengetahui sistem budaya
7.      Untuk mengetahui perubahan kebudayaan
8.      Untuk mengetahui persoalan-persoalan kebudayaan


















BAB II
pembahasan
Konsep Manusia Dan Kebudayaan
            Manusia adalah mahluk ciptaan Nya yang paling unggul dari segi kecerdasan sehingga mampu melahirkan kebudayaan. Kebudayaan lahir berkat adanya kecerdasan tersebut.
2.1. Fungsi Akal Budi Manusia
            Manusia  dari segi biologis mempunyai volume otak tiga kali lebih besar dari kera besar Afrika sehingga mampu berfikir dan menggembangkan gagasan karena kecerdasan nya. Seekor chimpanse mempunyai kecerdasan dengan menggambil sebatang ranting kayuuntuk menggambil buahyang tidak bisa dijangkaunya. Tapi mampukah ia berfikir melalui simbol seperti hal nya manusia mempunyai bahasa, mempunyai angka dan menggembangkan nya menjadi pikiran yang rumit. Tentu tidak jika mereka mampu menggembangkan kecerdasan maka ia menjadi mahluk berbudaya selain manusian. Didalam otak inilah proses akal budi berlangsung dengan sangat rumit.
            Akal budi adalah sumber rasa diri, suatu rasa yang kadang bersifat pribadi, dan terkadang dibagi dengan orang lain, melalui imajinasi dan akal budi menjadi sarana bagi kita untuk mengubah dunia abstrak menjadi kenyataan. Leonardo dan vinci sudah mempuyai gagasan tentang pesawat terbang pada masa Renaissance dulu. Manusia masa lalu dengan cerita, mitos, atau mimpi berimajinasi untuk terbang sampai kebulan dan hal itu menjadi kenyataan pada tahun enam puluhan. Kebalikan dari itu manusia juga mampu mengabstrakkan apa yang dialaminya menjadi gagasan-gagasan yang abstrak.jadi dengan adanya kecerdasan ini manusia mampu merealisasikan gagasan yang abstrak dan mampu mengabstrakkan hal-hal yang real. Melalui media bahasa dan symbol-simbol lainnya kecerdasan semakin berkembang.
            Berbekal bahasa, manusia dapat menciptakan dunia jenis baru dialam, dunia kesadaran yang mawas diri dan dunia yang kita ciptakan serta dinikmati bersama orang lain, yang kita sebut budaya. Bahasa menjadi alat kita dan budaya ruang tempat kita hidup. Kita punya sekitar 50 fonem yang melahirkan 100.000 kosa kata dan semua itu bisa dipadukan dalam kalimat –kalimat tak terbatas jumlahnya. Manusia mempunyai bahasa dan kemampuan untuk menyimpan gagasan kemudian gagasan yang bersifat tersebut tertanam dalam otak. Gagasan bertemu gagasan lain akan melahirkan gagasan barudemikian seterusnya otak manusia mampu menampung gagasan-gagasan yang tak terbatas jumlahnya. Dari gagasan-gagasan ini lahirlah ilmu pengetahuan, seni, cara-cara manusia berhubungan dengan penciptanya, mengatasi kesulitan-kesulitan lainnya supaya dapat bertahan hidup.
2.2.   Pengertian Kebudayaan
            Betapa uniknya tingkah laku seorang individu tetapi ia harus menyepakati adanya tingkah laku yang berlaku bagi semua orang. Misalnya orang inggris tidak makan daging anjing, Orang muslim tidak makan daging babi. Contoh lainnya ketika didalam upacara bendera orang akan menyanyikan lagu kebangsaan dengan hikmat. Pola-pola tingkah laku umum tadi merupakan ekspresi dari kebudayaan sekelompok orang.
            Kita tidak menyadari kebudayaan kita sendiri karena karena tingkah laku kita ”dituntun” oleh kebudayaan kita. Dengan otomatis tanpa banyak pertimbangan kita membaca do’a didalam hati jepada tuhan. Kita sadar ketika kita mendapatkan orang lain yang mempunyai keyakinan dan kebiasaan yang berbeda dengan kita. Orang lain dengan kita berdo’a dengan hikmatnya dengan suara yang bisa didengar oleh semua yang hadir dimeja makan. Kita sadar bahwa cara berlalu lintas orang-orang di negeri lain sangat toleransi kepada pengguna jalan lain sehingga tidak berhenti seenaknya, menghargai pejalan kaki yang sangat berbeda dengan cara berlalu lintas di kota medan. Ketika kita sadar akan perbedaan tingkah laku tersebut bahwa ada perbedaan dalam kebudayaan.
            Suatu pemikiran dikatakan kebudayaan bila pemikiran tersebut sudah dipunyai oleh anggota masyarakat. Tapi kita melihat sistem pertanian subak di bali, sistem peladangan berpindah, sistem kekerabatan masyarakat batak, sistem kesenian masyarakat, sistem religi suatu masyarakat, konsumerisme, sistem standar mutu global merupakan suatu subsistem dari kebudayaan yang lebih luas. Kata kebudayaan biasa digunakan oleh orang yang mewakili kebiasaan-kebiasaan tertentu dari suatu masyarakat. Misalnya kalau orang batak, jawa, atau lainnya menari maka tarian itu di sebut sebagai budaya batak, jawa, atau yang lainnya. Terlalu kecil untuk menyebut tarian sebagai kebudayaan. Tetapi kalau kita ambil sebagai contoh, kalau orang berpakaian ’’you can see” disebut orang tersebut sudah dipengaruhi oleh budaya barat. Hal ini terlalu menyederhanakan persoalan dan menumpulkan konsep kebudayaan.
            Kata budaya barasal dari bahasa sanskerta budhayah yaitu bentuk jamak dari kata budi atau akal. Yang berkenaan dengan akal budi tetapi dalam penekanan kata kerjanya bahasa latin menyebutkan sebagai corela yang artinya mengolah, menyuburkan, mengembangkan tanah. Dari kata latin ini lahirlah turunan dari bahasa inggrisnya sebagai culture yang umum dikalangan antropologi diterjemahkan sebagai kebudayaan. Sedangkan kata cutural diterjemahkan menjadi budaya.
            Antropolog Kroeber dan kluckhohn telah menghimpun 164 definisi kebudayaan, dimana definisi –definisi tersebut masing-masing member penekanan pada deskriftif, historis, normatis, psikologis, structural dan genetis. Sedangkan keesing mengidentifikasi empat pendekatan terhadap kebudayaan antara lain sebagai berikut:
1.        Kebudayaan sebagai sistem adaptif yang fungsi utamanya adalah penyesuian diri masyarakat terhadap lingkungan nya.
2.        Kebudayaan sebagai sistem kognitif yang tersusun dari apapun yang diketahui dalam berpikir menurut cara tertentu yang berlaku bagi warga kebudayaan.
3.        Kebudayaan sebagai sistem struktur dari simbol-simbol yang di miliki bersama yang memiliki analogi dengan struktur pemikiran manusia.
4.        Kebudayaan sebagai sistem simbol yang terdiri simbol-simbol dan makna –makna yang dimiliki bersama, yang dapat di identifikasi, dan bersifat publik.
            Dari semua definisi tersebut akhirnya bermuara kepada perdebatan apakah kebudayaan itu merupakan kognitif atau konkrit. Karena sebagian ahli berpendapat bahwa kebudayaan merupakan kawasan kognitif yang berarti ada dalam pikiran manusia. Sebagian ahli mengatakan bahwa atas lawlwess dalam saifuddin 2005 mendefinisikan kebudayaan sebagai polo-pola prilaku dan keyakinan (dimendiasi oleh simbol) yang di pelajari , rasional, terintegrasi, dimiliki bersama, dan secara dinamik adaftif dan yang tergantung pada interaksi social manusia demi eksistensi mereka.
            Dengan demikian suatu budaya meruapakan suatu kumpulan pengetahuan yang di dalamnya sangat tergantung kepada simbol-simbol yang merupakan citra bunyi, kata, gambar yang mempunyai makna. Untuk melarang anaknya tidak bermain di semak belukar, si orang tua tidak akan mengatakan:’’  Nak, kau jangan main disemak sana karena disana ada binatang seperti cacing, besar, bersisik, berlari sangat cepat, punya lidah yang bercabang, kalau menggigit bisa mematikan’’. Orang tuanya akan bilang:’’Nak, jangan main disana karena banyak ular’’. Kata ular merupakan citra bunyi yang mewakili gagasan tentang binatang berbisa yang berlari sangat cepat, bentuknya seperti cacing tetapi bersisik dan besar. Kebudayaan karena ia merupakan seperangkat pengetahuan maka ia sangat tergantung dengan adanya simbol-simbol yang maknanya diolah oleh otak manusia.
            Sifat pengetahuan tadi tidak bersifat biologis namun bisa dipelajari di antaranya melalui sosialisasi didalam keluarga dan di masyarakat sehingga menjadi pengetahuan yang bersifat publik tersebut telah menjadi bahagian dari kehidupan individu yang bersangkutan. Pengetahuan dan pola-pola tingkah laku digunakan sebagai strategi adaptasi terhadap longkungan alam maupun buatan.
2.3. Manusia Sebagai Pencipta Kebudayaan
            Budaya tercipta dari hasil dari interaksi antara manusia dengan segala isi yang ada di alam raya ini. Manusia di ciptakan oleh Tuhan dengan di bekali akal dan pikiran sehingga mampu untuk berkarya di muka bumi ini dan secara hakikatnya menjadi khalifah di muka bumi ini. Di samping itu manusia juga memiliki akal, pikiran, intelegensia, intuisi, perasaan, emosi, kemauan, dan perilaku. Dengan  semua kemampuan yang dimiliki oleh manusia maka  mauusia bisa menciptakan kebudayaan. Kebudayaan bersifat abstrak. Namun, perwujudan dari kebudayaan adalah benda- benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya berupa  perilaku dan benda- benda yang bersifat nyata misalnya bahasa, peralatan hidup, religi, seni, dan lain sebagainya.
Ada hubungan dialektika antara manusia dan kebudayaan. Kebudayaan adalah produk manusia namun manusia itu sendiri adalah produk kebudayaan dengan kata lain, kebudayaan ada karena manusia yang menciptakannya dan manusia dapat hidup ditengah kebudayaan yang diciptakannya. Kebudayaan akan terus hidup manakala ada manusia sebagai pendukungnya.
Kebudayaan mempunyai nilai kebudayaan yang sangat besar bagi manusia. Hasil karya manusia menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi manusia  terhadap  lingkungan alamnya. Kebudayaan itu sendiri memiliki peran sebagai:
1)      Suatu hubungam pedoman antara manusia atau kelompoknya.
2)      Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan lain.
3)      Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia.
4)      Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berprilaku didalam pergaulan.
5)      Pengatur agar manusia dapat mengerti bagaimama seharusnya bertindak, berbuat dan menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.
6)      Memenuhi kebutuhan manusia.
2.4.  Mode Kebudayaan
            Mode atau fashion adalah cara dan gaya melakukan dan membuat sesuatu yang sering berubah-ubah serta diikuti orang banyak. Hal terakhir ini merupakan ciri khas dari mode yakni sifatnya missal. Mode atau fashion tidak hanya tampak pada cara orang memotong dan menggunakan pakaian, cara mengatur rambut dan sebagainya, tetapi juga dalam hal mengejar sesuatu yang baru di bidang lain., misalnya tarian tradisional jawa dielaborasi dengan kesenian melayu atau bali akan lahir tarian kontemporer modern, tetapi dari mode juga akan melahirkan sesuatu yang dianggap aneh oleh masyarakat misalnya rambut dengan gaya funky, dengan di cat berwarna-warni. Dari mode akan lahir sesuatu yang baru yang bersifat inovatif yang mungkin nantinya akan dianggap biasa.
Dalam sistem budaya ini terbentuk unsur-unsur yang paling berkaitan satu dengan lainnya. Sehingga tercipta tata kelakuan manusian yang terwujud dalam unsure kebudayaan sebagai satu kesatuan. Berikut akan dijelaskan tentang unsur-unsur kebudayaan tersebut.

Kebutuhan Primer, Sekunder, integratif
 
ASPEK TINGKAH LAKU KEBUDAYAAN
 
ASPEK KOGNITIF KEBUDAYAAN
 
ASPEK MATERIAL KEBUDAYAAN
 
Hasil Tingkah Laku
 
Tingkah Laku/ Tindakan
 
Pranata- pranata dari 7 unsur Kebudayaan:
Bahasa dan Komunikasi; Iptek; Ekonomi; Organisasi Sosial; Agama dan Kesenian
 
Lingkungan Alam, Sosial, Budaya
 






Gambar 2.1 Bagan Mode Kebudayaan
            Menurut model ini kebudayaan merupakan strategi dalam upaya memenuhi kebutuhan primer, sekunder, dan integratif manusia. Misalnya saja dalam memenuhi kebutuhan makan manusia mengembangkan mata pencaharian sebagai peramu dan pemburu, sistem pertanian, perladangan berpindah dan menetap. Manusia juga sangat dikendalai oleh sistem lingkungan selama teknologi masih terbatas. Sistem pertanian intensif tidak mungkin terjadi di daerah pegunungan yang sulit mendapatkan air, kecuali mengandalkan hujan. Sistem mata pencaharian berburu, bertani merupakan mata pencaharian yang bersifat subsistensi yaitu mata pencaharian yang bertujuan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari- hari, adalah gejala yang universal. Tetapi, pola- pola berburu, bertani masing- masing, masyarakat mengembangkan polanya sendiri sebagai bentuk adaptasi terhadap lingkungannya. Apa yang ditanam, bagaimana cara memanen, pengetahuan- pengetahuan tetang musim, pengetahuan terhadap hama masing- masing masyarakat mempunyai  ciri khasnya sendiri. Dalam rangka memenuhi kebutuhan ini diperlukan organisasi sosial untuk mengorganisasikan pekerjaan ini misalnya kekerabatan dalam masyarakat tradisional. Mengacu kepada model diatas maka kekerabatan merupakan pemenuhan kebutuhan sekunder. Dalam sistem kekerabatan perlu menegakkan aturan- aturan atau norma yang bertujuan mengintegrasikan dan melestarikan kelompok kekerabatan tadi.
            Pada masyarakat industri berbeda lagi secara umum kebutuhan akan pangan sudah tidak subsisten lagi tapi sudah untuk kepentingn komoditas maka dikembangkanlah agroindustri. Untuk memenuhi kebutuhan maka diperlukan jaringan- jaringan pemasaran dengan sistem pembagian kerja yang profesional, membuat standar mutu dari suatu produk.
            Mode kebudayaan itu sendiri dibagi atas 3 wujud, yaitu:
a. Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
b. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
c. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
2.5. Sistem Budaya
            Sistem budaya merupakan komponen-komponen dari suatu kebudayaan, menurut Keesing (dalam Saifuddin 2005), komponen tersebut adalah :
1.      Kebudayaan sebagai sistem adaptif yang fungsi utamanya adalah penyesuaian diri masyarakat terhadap lingkungannya.
2.      Kebudayaan sebagai sistem kognitif yang tersusun dari apapun yang diketahui dalam berpikir menurut cara tertentu yang berlaku bagi warga kebudayaan.
3.      Kebudayaan sebagai sistem struktur dari sismbol-simbol yang dimiliki analogi dengan struktur pemikiran manusia.
4.      Kebudayaan sebagai sistem simbol yang terdiri simbol-simbol dan makna-makna yang dimiliki bersama, yang dapat diidentifikasi, dan bersifat publik.
Kebudayaan sebagai sistem adaptif mempunyai fungsi sebagai sarana untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan baik lingkungan alam maupun sosial. Sebagai salah satu contoh pertanian subsistensi dengan cara peladangan berpindah merupakan strategi adaptasi terhadap lingkungan perbukitan yang hanya mengandalkan air dari hujan. Sehingga padi yang dikembangkan berbeda dari pada sawah. Di dalam kebudayaan industri menerapkan aturan-aturan standar mutu adalah strategi adaptasi terhadap pasar global.
Kebudayaan sebagai sistem kognitif adalah segala sesuatu proses yang terjadi di dalam otak manusia. Cara berpikir masyarakat tradisional, misalnya, lebih banyak mengandalkan analogi-analogi sedangkan cara berpikir ilmiah yang memerlukan bukti-bukti untuk mendukung pernyataannya.
Kebudayaan sebagai sistem struktur dari simbol-simbol yang dimiliki memiliki anlogi dengan struktur pemikiran manusia. Di dalam kesenian, membuat rumah, dalam menulis cerita komposisi yang terlahir merupakan model dari pemikiran manusia. Misalnya penempatan kanan kiri, utara-selatan, barat-timur, hitam-putih, siang-malam merupakan salah satu model berpikir manusia secara oposisi biner. Karena dalam berpikir manusia ikut serta bagaimana  kita tahu kanan kalau kita tidak mengetahui kiri sebelumnya. Bagaimana kita tahu malam kalau sebelumnya kita tidak mengalami siang. Pembagian kategori yang bertentangan ini merupakan ekspresi model berpikir yang kita sadari.
Kebudayaan sebagai sistem simbol dan makna-makna yang dimiliki bersama. Simbol merupakan hubungan antara penanda dan petanda berdasarkan konvensi. Bagi orang Indonesia bendera merah putih (penanda) dan makna yang bisa kita baca (petanda) adalah berani dan suci. Mungkin bagi kebudayaan lain merah putih belum tentu mempunyai makna yang sama dengan kita. Dalam menyampaikan suatu konsepsi peranan simbol-simbol sangat penting, simbol dapat berupa kata, angka, gerak tubuh yang bermakna. Bagaikan suatu kalimat, suatu simbol bisa langsung dibaca maknanya, tetapi adakalanya suatu simbol tidak berdiri sendiri sehingga maknanya bisa dibaca ketika ia muncul bersama dengan simbol-simbol lain.
2.6. Perubahan Kebudayaan
            Sering kita membedakan generasi kita dan orang tua kita, sering generasi kita mengatakan orang tua kita kolot dan sering pula orang tua kita mengatakan kita tidak beradat lagi karena sudah keluar dari pakem-pakem tingkah laku orang tua. Tahun tujuh puluhan KB masih dilarang oleh agama tetapi sekarang diperbolehkan asal tidak menggugurkan kandungan. Pada tahun enam puluhan wanita tabu untuk memakai celana panjang tetapi sekarang sudah merupakan hal biasa. Perempuan dahulu haruslah seorang ibu rumah tangga sebagai rekan suami yang tinggal didapur sehingga di sebut “orang rumah” sekarang wanita tidak lagi harus di dapur masyarakat sudah menerima jika perempuan bekerja diluar rumah. Hal ini menegaskan bahwa kebudayaan itu bersifat dinamis dalam rangka strategi adaptasi. Ketika penduduk semakin bertambah dan lahan tidak bertambah maka prinsip banyak anak banyak rejeki menjadi tidak adaptif lagi maka dicari strategi adaptasi baru yaitu menekan jumlah pertumbuhan penduduk.
            Bagaimana dan mengapa kebudayaan berubah? Beberapa faktor yang menyebabkan kebudayaan berubaah yaitu:
2.6.1. Discovery dan Invention
            Discovery dan Invention bisa berupa benda-benda seperti roda, bajak, komputer, bisa juga berupa tingkah laku atau gagasan misalnya demokrasi, pembelian dan penjualan. Discovery berarti bertambahnya pengetahuan sedangkan invention berarti aplikasi baru dari pengetahuan tersebut. Discovery atau invention bisa ditemukan dari dalam atau luar masyarakat. Apabila discovery atau invention ditolak maka tidak terjadi perubahan. Suatu perubahan akan terjadi apabila discovery dan invention diterima sebagai inovasi. Inovasi diterima dengan membuat perhitungan biaya dan keuntungan.

2.6.2. Difusi
            Adalah peminjaman elemen-elemen kebudayaan baru yang dipinjam dari luar dan diintegrasikan kedalam kebudayaan kelompok penerima. Peminjaman ini bisa mengakibatkan lompatan kebudayaan namun bisa juga menjadi fatal akibatnya. Untuk mempercepat laju pertumbuhan industrinya pada abad ke-19 Jerman mengadopsi teknologi Inggris dan Belgia untuk menghindari kegaagalan dan kesalahan-kesalahan. Demikian juga seperti yang dilakukan oleh Jepang.
2.6.3. Akulturasi
            Akulturasi mirip dengan difusi dalam arti peminjaman. Apabila difusi meminjamnya dengan sukarela maka akulturasi lebih cenderung dipaksakan oleh kelompok masyarakat yang lebih kuat. Penaklukan Spanyol terhadap Mexico memaksa kelompok-kelompok penduduk lokal menerima Katolik. Negara-negara dunia ketiga dipaksa menerima demokrasi oleh negara-negara maju.
2.6.4. Revolusi
            Revolusi adalah perubahan secara drastis daan cepat yang biasanya disertai dengan pemberontakan. Revolusi Iran tahun 1979 dengan menggulingkan rezim Shah Iran Reza Pahlevi yang membawa perubahan-perubahan dalam sendi-sendi kehidupan rakyat Iran dari sekuler menjadi Islam. Begitu juga Mustafa Kemal Attaturk mengubah masyarakat Turki dari Ialam menjadi sekuler. Indonesia telah mengalami beberapa revolusi yaitu berdirinya negara Indonesia tahun 1945, orde baru, dan reformasi yang membawa dampak perubahan-perubahan yang drastis. Pada masa reformasi menjadikan negara Indonesia menjadi lebih  demokratis menggantikan rezim yang otoriter. Pemilu lebih terbuka dengan lebih banyak partai yang berperan dengan berbagai variasi ideologi. Orang lebih berani untuk mengkritisi kebijakan pemerintah.
2.7. Persoalan – Persoalan Kebudayaan
            Demikian luasnya cakupan kebudayaan semakin banyaknya persoalan- persoalan di tingkat detailnya yang tak habis-habisnya untuk dikaji. Namun dalam kepentingan kita ada dua permasalahan yang penting yaitu kita secara bersama-sama menghadapi globalisasi. Selain itu semakin pluralnya dunia kehidupan perlu kita mengajukan pemikiran-pemikiran tentang multikulturalisme.
2.7.1. Adaptasi Terhadap Globalisasi
            Globalisasi adalah mengintensifnya hubungan-hubungan sosial dari dunia dimana tempat-tempat yang berjauhan saling mempengaruhi. Dengan demikian kejadian disuatu tempat diakibatkan oleh kejadian-kejadian yang bermil-mil jauhnya, demikian juga sebaliknya. Dalam arti yang sempit globalisasi dapat dipahami sebagai karakteristik globalisasi yang kecenderungan menyatunya internasionalisasi proses pembagian kerja internasional yang baru, perpindahan penduduk dari selatan ke utara, lingkungan kompetisi baru yang mempercepat proses itu, dan internasionalisasi negara sebagai agen globalisasi dunia. Kunci utama dalam memahami globalisasi adalah perekonomian kapitalisme mutakhir dan industrialisme.
            Kapitalisme adalah sistem produksi komoditi, yang dipusatkan atas hubungan kepemilikan pribadi atas modal ke tanpa pemilikan pribadi dari tenaga kerja. Sisyem melahirkan sistem kelas antara pemilik modal dan tenaga kerja. Usaha kapitalis bergantung kepada pasar-pasar kompetitif, harga-harga yang menjadi pertanda bagi investor, produsen dan konsumen. Masyarakat kapitalis mempunyai ciri-ciri institusional tertentu, pertama : tahanan ekonomi yang sifatnya kompetitif dan ekspansif, selalu konsisten dalam inovasi teknologi. Kedua adalah ekonomi diisolasi dari institusi politik. Namun pembaharuan dan perubahan dalam bidang ekonomi dapat mengguncang institusi-institusi lain. Ketiga adalah penyekatan antara politik dan ekonomi yang didasarkan atas keunggulan dan kepemilikan pribadi dalam cara produksi. Keempat, otonomi negara dikondisikan oleh hal-hal yang menggantungkan nasib pada akumulasi modal. Seiring dengan kapitalisme adalah industrialisme. Industrialisme adalah suatu cara produksi yag menggunakan sumber energi yang berasal dari non hidup dimana berperan dalam permesinan dalam memproduksi barang- barang. Organisasi sosial harus teratur, mesin, input dn output bahan-bahan mentah dan barang-barang dapat terkordinasi dengan baik. Industrialisme kaena itu tidak hanya mempengaruhi tempat kerja, tetapi juga mempengaruhi transportasi, komunikasi dan kehidupan domestik. Dari kedua institusi tersebut dapat berjalan berkat adanya pengawasan ( surveillance ).
            Tidak ada negara yang mampu membentengi diri dari gobalisasi karena tidak ada negara yang mampu berdiri sendiri dalam mencukupi kebutuhannya. Indonesia perlu devisa tetapi sumber daya manusianya tidak mampu mengolah sumber daya alam maka Indonesia mengundan investor asing untuk mengeksploitasi sumber daya tersebut. Harga BBM di Indonesia menyesuaikan denan harga BBM di pasar intenasional, penjualan aset-aset BUMN kepada perusahaan asing. Kecap Bango sekarang dimiliki oleh Unilever dari Belanda, pabrik rokok Sempurna sekarang dimiliki oleh perusahaan Philip Morris yang memproduksi rokok Marlboro.
            Logika globalisasi yang merupakan anak kandung  dari kapitalisme membuat pemerintah tak berdaya dalam menghadapi perusahaan-perusahaan multisional. Ini bukan hanya monopoli kita saja, dimana pun pemerintah tidak punya kekuatan dan memang tidak dibolehkan mencampuri urusan ekonomi dengan politik. Hal ini membawa dampak terhadap gejolak pada rakyat Indonesia, bagaimana reaksi masyarakat ketika mengahadapi kenaikan harga BBM. Subsidi tidak boleh dilakukan berdasarkan logika kapitalisme karena bisa mendistorsi pasar.
            Apa yang dunia pendidikan kita rentan terhadap pengaruh global adalah semakin mudahnya tenaga ahli asing memasuki pasar kerja Indonesia dan semakin mudahnya perguruan tingi asing beroperasi di Indonesia. Ini adalah tantangan besar dalam mengahadapinya. Intinya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Hal ini dapat dicapai dengan pendidikan manusia Indonesia. Hal ini telah membuat pemerintan menguji coba kebijakan-kebijakan kurikulumnya, kemudian memberi anggaran dana pendidikan yag lebih besar.
            Uji coba-uji coba kebijakan terus berlangsung sampai saat ini seiring degan kondisi global yang sangat dinamis. Salah satu indikator keberhasilan dalam meningkatkan mutu dapat dikatakan berhasil apabila lulusan dapat bersaing dalam pasar tenaga kerja internasional.
            Kebudayaan sebagai sistem adaptasi terhadap lingkungan global adalah meningkatkan mutu sumber daya manusia. Bagaimana upaya untuk meningkatkan mutu maka harus diciptakan suatu etos kerja yang tinggi. Telah terbukti bangsa-bangsa yang mempunyai etos kerja yang tinggi berhasil mengejar ketertinggalan dengan bangsa-bagsa lain yang lebih dulu maju.
2.7.2. Multikulturalisme
            Persoala multikulturalisme perlu menjadi pusat perhatian dalam rangka mebangun suatu masyarakat yang terintegrasi. Kekayaan budaya Indonesia dapat menjadi sumber konflik apabila tidak ditangani dengan baik. Contoh yang representif adalah masyarakat. Sumatera Utara yang sangat beragam yang menyimpan potensi konflik walaupun sampai saat sekarang kita masih beranggapan bahwa sekarang masih aman-aman saja. Negara-negara maju mengembangkan kebijakan multikulturalisme untuk mengintegrasikan penduduknya yang beranekaragam dari segi kebudayaannya.
2.7.3. Masyarakat Majemuk
            Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terdiri dari berbagai macam karakteristik kebudayaan baik perbedaan dalam bidang etnis, golongan, agama, tingkat sosial yang tinggal dalam suatu komunitas tertentu.Dalam kajian masyarakat majemuk,kajian tentang etnisitas banyak mengambil perhatian para ahli.
      Menurut J.S. Furnivall, masyarakat majemuk merupakan masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih komunitas maupun kelompok-kelompok yang secara budaya dan ekonomi terpisah serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda satu dengan lainnya.
      Nasikun, menyatakan bahwa masyarakat majemuk merupakan suatu masyarakat yang menganut sistem nilai yang berbeda di antara berbagai kesatuan sosial yang menjadi anggotanya. Para anggota masyarakat tersebut kurang memiliki loyalitas terhadap masyarakat sebagai suatu keseluruhan, kurang memiliki homogenitas kebudayaan, atau bahkan kurang memiliki dasar untuk mengembangkan sikap saling memahami.
2.7.4. Multikulturalisme Sebagai Ideologi
      Multikulturalisme adalah sebuah ideologi yang mengakui dan mengutamakan perbedaan kesederajatan,baik perbedaan individu maupun kelompok yang di lihat secara budaya dalam masyarakat. Lawrence A. Blum, seorang guru besar filsafat di Universitas of Massachusetts di Amherst, mengatakan definisi multikulturalisme sebagai berikut. “Multikulturalisme meliputi sebuah pemahaman, penghargaan dan penilaian atas budaya seseorang, serta sebuah penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain. Ia meliputi sebuah penilaian terhadap budaya-budaya orang lain, bukan dalam arti menyetujui seluruh aspek dari budaya-budaya tersebut, melainkan mencoba melihat bagaimana sebuah budaya yang asli dapat mengekspresikan nilai bagi anggota-anggotanya
      Masyarakat multikultural Indonesia adalah sebuah masyarakat yang berdasarkan pada ideologi multikulturalisme atau Bhinneka Tunggal Ika yang multikultural, yang melandasi corak struktur masyarakat Indonesia.
      Pada masyarakat multikultural, individu maupun kelompok dari berbagai budaya dan suku bangsa hidup dalam kesatuan sosial tanpa kehilangan jati diri budaya dan suku bangsanya meskipun tetap ada jarak. Masyarakat multikultural merupakan masyarakat yang kelompok suku bangsa dan budayanya berada dalam kesetaraan derajat dan toleransi sejati.
      Adapun karakteristik dari suatu masyarakat multikultural dapat diuraikan sebagai berikut.
  1. Dalam masyarakat multikultural, tiap-tiap budaya bersifat otonom.
  2. Masyarakat multikultural dalam perkembangannya akan bersinggungan dengan konsep hidup bersama untuk mencari kehidupan bersama.
  3. Adanya semangat untuk hidup berdampingan secara damai (peaceful coexistence) dalam perbedaan kultur yang ada, baik secara individual maupun secara kelompok dan masyarakat.
  4. Dikembangkannya toleransi, saling memahami, dan menghargai perbedaan yang ada.
  5. Terkait dengan upaya pencapaian civility (keadaban), yang amad esensial bagi terwujudnya keadaban yang demokratis.
      Dalam model multikulturalisme ini, sebuah masyarakat pandang sebagai sebuah kebudayaan yang berlaku umum dalam masyarakat tersebut yang coraknya seperti sebuah mozaik. Di dalam mozaik tercakup semua kebudayaan dari masyarakat-masyarakat yang lebih kecil yang membentuk terwujudnya masyarakat yang lebih besar, yang mempunyai kebudayaan yang seperti sebuah mozaik tersebut. Model multikulturalisme ini sebenarnya telah digunakan sebagai acuan oleh para pendiri bangsa Indonesia dalam mendesain apa yang dinamakan sebagai kebudayaan bangsa, sebagaimana yang terungkap dalam penjelasan Pasal 32 UUD 1945, yang berbunyi “Kebudayaan bangsa (Indonesia) adalah puncak-puncak kebudayaan di daerah”.
      Hal yang harus kita waspadai adalah munculnya perpecahan etnis, budaya dan suku di dalam tubuh bangsa kita sendiri. Bangsa Indonesia yang kita ketahui bersama memiliki bermacam-macam kebudayaan yang dibawa oleh banyak suku, adat-istiadat yang tersebar di seluruh Nusantara. Dari Sabang sampai Merauke kita telah banyak mengenal suku-suku yang majemuk, seperti; Suku Jawa, Suku Madura, Suku Batak, Suku Dayak, Suku Asmat dan lainnya. Yang kesemuanya itu mempunyai keunggulan dan tradisi yang berbeda satu dengan yang lainnya.







BAB III
PENUTUP
          Budaya meruapakan suatu kumpulan pengetahuan yang di dalamnya sangat tergantung kepada simbol-simbol yang merupakan citra bunyi, kata, gambar yang mempunyai makna.
            Kebudayaan mempunyai nilai kebudayaan yang sangat besar bagi manusia. Hasil karya manusia menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi manusia  terhadap  lingkungan alamnya.
Mode kebudayaan itu sendiri dibagi atas 3 wujud, yaitu:
1.    Gagasan (Wujud ideal)
2.    Aktivitas (tindakan)
3.    Artefak (karya)
            Sistem budaya merupakan komponen-komponen dari suatu kebudayaan, menurut Keesing komponen tersebut adalah :
1.      Kebudayaan sebagai sistem adaptif
2.      Kebudayaan sebagai sistem kognitif
3.      Kebudayaan sebagai sistem struktur
4.      Kebudayaan sebagai sistem simbol
            Ada Beberapa faktor yang menyebabkan kebudayaan berubaah yaitu:
1.      Discovery dan Invention
2.      Difusi
3.      Akulturasi
4.      Revolusi
            Ada beberapa macam persoalan-persoalan kebudayaan yaitu:
1.      Adaptasi terhadap globalisasi
2.      Multikulturalisme
3.      Masyarakat majemuk
4.      Multikulturalisme sebagai ideologi




DAFTAR PUSTAKA
Sembiring, Dermawan. 2014. Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Medan: Universitas             Negeri Medan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar