Selasa, 03 Maret 2015

Manusia dan Peradaban

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Manusia adalah mahluk Tuhan yang paling sempurna yang dibekali dengan akal, jasmani (fisik) dan rohani. Dengan akalnya manusia dituntut untuk berfikir untuk menciptakan sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Melalui jasmaninya (fisiknya) manusia dituntut untuk menggunakan fisik / jasmaninya melakukan sesuatu yang sesuai dengan fungsinya dan tidak bertentangan dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Dan dengan rohaninya manusia dituntut untuk senantiasa beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.
Antara manusia dan peradaban mempunyai hubungan yang sangat erat karena diantara keduanya saling mendukung untuk menciptakan suatu kehidupan yang sesuai kodratnya. Suatu peradaban timbul karena ada yang menciptakannya yaitu diantaranya ada faktor manusianya yang melaksanakan peradaban tersebut. 
Suatu peradaban mempunyai wujud, tahapan dan dapat berevolusi / berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Dari peradaban pula dapat mengakibatkan suatu perubahan pada kehidupan sosial. Perubahan ini dapat diakibatkan karena pengaruh modernisasi yang terjadi di masyarakat. Manusia yang beradab dapat diartikan sebagai manusia yang mempunyai sopan santun dan budi pekerti yang baik. Ketenangan, kenyamanan, ketentraman, dan kedamaian sebagai makna hakiki manusia beradab dan dalam pengertian lain adalah suatu kombinasi yang ideal antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum.
1.2  Tujuan
  1. Mengetahui definisi dari manusia dan perdaban
  2. Mengetahui problematika peradaban dalam kehidupan masyarakat
  3. Mengetahui modernisasi dan globalisasi




BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Manusia dan Peradaban
2.1.1 Pengertian Manusia
Secara bahasa, manusia berasal dari kata  “manu”  (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living organism). Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan.  
Manusia seutuhnya adalah sebuah matriks yang mempunyai akal, jasmani dan rohani. Melalui akalnya manusia dapat menciptakan dan mengembangkan teknologi, lewat jasmaninya manusia dapat menerapkan dan merasakan kemudahan yang diperolehnya dari teknologi tersebut sedangkan melalui rohani terciptalah peradaban. Lebih dari itu melalui ketiganya (akal, jasmani, rohani) manusia dapat membuat perubahan di berbagai bidang sesuai dengan perjalanan waktu yang dilaluinya sebagai upaya penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitarnya. Aspek inilah yang menjadi pembeda antara manusia dengan mahluk lainnya dalam hal kemampuannya beradaptasi dengan alam.
Manusia dalam kehidupannya mempunyai tiga fungsi, yaitu :
  1. Sebagai makhluk tuhan
  2. Sebagai makhluk individu
  3. Sebagai makhluk sosial budaya
Sebagai makhluk pribadi, manusia terus melakukan interaksi dengan sesamanya sebagai jalan mencari pemahaman tentang dirinya, lingkungan dan sarana untuk pemenuhan kebutuhan yang tidak dapat diperolehnya sendiri. Interaksi tersebut sebagai cikal terbentuknya suatu komunitas sosial yang selanjutnya melahirkan aturan-aturan dan norma yang disepakati bersama untuk mengatur interaksi yang terjadi tersebut. Sejarah peradaban manusia menunjukkan bahwa konsep dasar keorganisasian dan manajemen bukan merupakan sesuatu yang baru. Beberapa peninggalan bersejarah baik yang berupa bangunan, tulisan atau yang sejenisnya dari beberapa dinasti di seluruh dunia yang dibuat beberapa ribu tahun silam merupakan saksi bisu yang menguatkan pernyataan di atas. Keberadaan dinasti tersebut seolah mengatakan bahwa masyarakat pada saat itu sudah mengenal organisasi yang mengatur segala macam interaksi yang terjadi antar individu dalam masyarakat, sedangkan peninggalan sejarah (misalnya tujuh keajaiban dunia) bisa dikatakan sebagai sebuah maha karya yang tak akan terwujud bila proses pembuatannya tidak menggunakan konsep manajemen yang benar-benar brilian.
2.1.2 Pengertian Peradaban
Istilah peradaban dalam bahasa Inggris disebutCivilization. Istilah peradaban sering dipakai untuk menunjukkan pendapat dan penilaian kita terhadap perkembangan kebudayaan. Definisi peradaban menurut Koentjaraningrat menyatakan bahwa peradaban merupakan bagian dan unsur kebudayaan yang halus, maju, dan indah seperti misalnya kesenian, ilmu pengetahuan, adat sopan santun pergaulan, kepandaian menulis, organisasi kenegaraan, kebudayaan yang mempunyai system teknologi dan masyarakat kota yang maju dan kompleks.
Pada waktu perkembangan kebudayaan mencapai puncaknya berwujud unsur-unsur budaya yang bersifat halus, indah, tinggi, sopan, luhur dan sebagainya, maka masyarakat pemilik kebudayaan tersebut dikatakan telah memiliki peradaban yang tinggi.
Tinggi rendahnya peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh faktor:
1.      Pendidikan,
2.      Kemajuan teknologi dan
3.      Ilmu pengetahuan.



2.2 Peradaban Klasik Kuno
            Peradaban kuno sangat dipengaruhi oleh zaman pada periode antara 600 SM-400 SM dimana serangkaian orang bijak, nabi, agama dan filsuf reformis, dari Cina, India, Iran, Israel dan Yunani, mengubah arah peradaban selamanya. Julian jaynes menghubungkannya dengan “runtuhnya pikiran bikameral”, dimana ide-ide bawah sadar hanya di akui sebagai subjektif, bukannya sebagai suara dari roh-roh. William H. McNeil mengkajinya dari periode sejarah sebagai salah satu budaya dimana kontak antara peradaban sebelumnya terpisah dengan melihat “penutupan oecumene”, dan menyebabkan perubahan sosial di percepat dari cina ke mediterania, berhubungan dengan penyebaran mata uang kerajaan yang lebih besar dan agama-agama baru. Pandangan ini baru-baru ini telah diperjuangkan oleh Chirtopher Chase-dunn dan ahli teori sistem dunia lainnya.
2.3 Gugus Peradaban Dunia
Untuk mengenalinya lebih spesifik, peradaban dunia sepanjang masa di kelopokkkan dalam beberapa gugus yaitu peradaban Mediterania, Peradaban Timur Tengah, Peradaban India Hindu dan Budha, Peradaban Asia Timur, Asia Tengah, Asia Tenggara, Kristen Barat, dan Peradaban Meso-Amerika. Peradaban Mediterania dari Periode Klasik meliputi peradabanYunani Kunodan peradaban Hellenic, peradaban Phoenix, dan Peradaban Islam. Gugus peradaban India Hindu dan Buddha meliputi peradaban Post-Maurya India, Kemaharajaan Gupta di India Uatara, kerajaan Chola di India Selatan, dan peradaban Ceylon kuno. Peradaban Asia Timur meliputi peradaban Tibet, Turki, dan Mongol, sedangkan Peradaban Eropa meliputi Peradaban Georgia dan Armenia, peradaban Kristen Barat, Byazantium, Kristen Ortodoks Timur dan Peradaban Russian, dan peradaban Meso-Amerika meliputi peradaban Aztec dan Peradaban Maya.
Karena perjalanan penemuan oleh penjelajah eropa-15 dan abad ke-16, perkembangan lain terjadi di Eropa. Bentuk pemerintahan, industri, perdagangan, dan budaya elah menyebar ke eropa barat, ke Amerika, Afrika Selata, Australia, dan melalui kerajaan kolonial, ke seluru planet bumi. Hal tersebut akan mengarahkan pemikiran bahwa kita adalah bagian dari sebuah planet industrialisasi peradaban dunia, yang dibagi antara banyak bangsa dan bahasa, kecuali beberapa masyarakat yang tidak dikenal (Uncotacted).
2.4 Peradaban Dan Identitas Budaya
            “Peradaban” dapat juga menggambarkan identitas budayadari suatu masyarakat yang kompleks. Setiap masyarakat, baik yang dikatakan beradab maupun yang tidak beradab, memiliki ide yang spesifik, adat istiadat, item tertentu dan sen, yang membuatnya unik. Dalam hali ini, peradaban lebih rumitdari budaya. Sastra, seni profesional, arsitektur, agama, adat istiadat,dan kompleks gterkait dengan para elite termasuk dalam peradaban ini. Peradaban senantiasa menyebar, untuk memiliki lebih banyak, dan memperluas sarana yang digunakan untuk melaksanakannya.
Namun sampai saat ini, beberapa suku atau orang-orang tetap tidak beradab dan budayanya “primitif”, tetapi bagi sebagian orang istilah “primitif” ini mengandung arti merendahkan. Istilah “primitif” berasal dari bahasa latin “primus” yang berarti budaya “pertama”. Sebagai ganti istilah “non-melek” (buta huruf) untuk menggambarkan orang-orang seperti ini.
Dunia beradab menyebar dengan invasi, konversi, keagamaan, perpanjangan birokrasi kontrol dan perdagangan, dan untuk memperkenalkan pertanian dan budaya menulis untuk orang-orang buta huruf yang dianggap tidak beradab. Beberapa orang mungkin rela beradaptasi dengan perilaku beradab, tetapi peradaban juga disebarkan dengan kekerasan jika kelompok “non-melek” (buta-huruf) tidak ingin melaksanakan pertanian atau menerima agama tertentu, sering dipaksa untuk berbuat demikian oleh orang-orang yang beradab, dan biasanya mereka berhasil karena memiliki teknologi yang lebih maju. Orang-orang yang menganggap dirinya beradab sering menggunakan agama untuk membenarkan tindakannya, misalnya dengan mengklaim bahwa orang yang tidak beradab adalah “primitif”, liar, biadab, atau sejenisnya, yang harus ditundukkan oleh peradaban.
Budaya rumit yang berkaitan dengan peradaban cdenderung menyebar dan mempengaruhi budaya-budaya lain, kadang-kadang berasimilasi ke dalam peradaban  (contoh klasik adalah peradaban cina dan pengaruhnya kepada Korea, Jepang, Vietnam, dan negara-negara tetangga). Banyak peradban yang benar-benar besar yang melingkupi banyak negara dan wilayah. Identitas budaya paling luas orang tersebut adalah peradaban dimna dia hidup. Etiologi peradab adalah bahasa latin atau Romawi, yang didefinisikan sebagai penerapan keadilan dengan “sipil”, tetapi juga  meneliti dan merenungkan peradaban yahudi atau Ibrani. Peradaban Ibrani tidak didefinidikan sebagai ekspresi atau perluasan dari jebakan subjektif dan budaya masyarkat, melainkan sebagai masyarakat manusia dan/ atau budaya menjadi ekspresi objektif tambahan moral dan etika seperti yang diketahui, dipahami, dan diterapkan sesuai dengan ajaran Musa (Mosaic Covenant). Suatu peradaban manuisa akan menjadi ekspresi dan perluasan dua pilar peradaban paling dasar yaitu bobot kejujuran yang distandarisasi dan ukuran-ukuran moral dan konstitusi kesehatan. Segala sesuatu yang lain, apakah teknologi, ilmu pengetahuan, seni, musik, dll adalah dengan definisi ini dianggap sebagai komentar. Memang untuk tingkat wilayah permukaan masyarakat manusia yaitu kebudayaan adalah beradab adalah tingkat medan internal (karateristik, kepribadian atau substansi) dari orang-orang dan kepemimpinanyang harus juga diinokulasi dan juga harus ditanamkan dengan landasan moral.
2.5 Wujud dan Perkembangan Peradaban
Wujud dari peradaban dapat berupa :
- Moral : nilai-nilai dalam masyarakat dalam hubungannya dengan kesusilaan.
- Norma : aturan, ukuran, atau pedoman yang dipergunakan dalam menentukan sesuatu benar atau salah, baik atau buruk.
- Etika : nilai-nilai dan norma moral tentang apa yang baik dan buruk yang menjadi pegangan dalam megatur tingkah laku manusia. Bisa juga diartikan sebagai etiket, sopan santun.
- Estetika : berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam keindahan, mencakup kesatuan (unity), keselarasan (balance), dan kebalikan (contrast).


2.6 Masa Depan Peradaban
            Ilmuan politik Samuel P. Hungtinton mendefenisikan peradaban sebagai budaya tertinggi kelompok masyarakat dan tingkat terluas dari identitas budaya yang membedakan manusia dari spesies lain. (the highest cultural grouping of people and the broadest level of cultural identity people have short of that which distinguishes humans from other species). Ia mengemukakan wacana “Benturan Peradaban” yang akan terjadi pada abad ke-21. Menurut pendapatnya, konflik antara perdaban akan menggantikan konflik antara negara-bangsa dan konflik ideologi yang ,enjadi ciri abad ke-20.
Saat ini, peradaban dunia berada dalam tahap yang telah menciptakan apa yang dapat digolongkan sebagai sebuah masyarakat industri, menggantikan masyarakat agraris yang mendahuluinya. Beberapa futuris percaya bahwa peradaban sedang mengalami transformasi lain, dan bahwa masyarakat dunia akan menjadi masyarakat informasi.
            Beberapa ilmuan lingkungan melihat dunia memasuki fase peradaban planetary , yang dicirikan oleh pergeseran independent dari, terputusnya negara-bangsa untuk peningkatan konektifitas dunia global dengan lembaga-lembaga diseluruh dunia, tantangan lingkungan, sistem ekinomi, dan kesadaran.
            Untuk lebih memahami apa yang dimaksudkannya planetary Fase peradaban dapat dilihat dalam konteks penurunan sumber daya alam dan meningkatnya konsumsi, skenerio kelompok global yang menggunakan skenario analisis untuk sampai pada tiga pola dasar berjangka yaitu:
1.      Barbarisasi yang mengakibatkan meningkatnya konflik baik dunia atau menyelesaikan merosotnya (brekdown) benteng masyarakat.
2.      Konvensional semesta alam, di mana kekuatan-kekuatan pasar atau reformasi kebijakan perlahan-lahan mengendapkan edapan praktek yang lebih berkelanjutan dan
3.      Transisi Besar, di ana jumlah gerakan Eco-komunalisme yang terfragmentasi bertambah sehingga dunia yang berkelanjutan atau usaha terkoordinasi secara global dan inisiatif menghasilkan keberlanjutan paradigma baru.
Skala peradaban kardahev mengklasifikasikannya berdasarkan tingkat kemajuan teknologi, terutama diukur oleh jumlah energi suatu peradabanyang mampu dimanfaatkan dan membuat ketentuan bagi peradaban yang jaub lebih berteknologi naju daripada yang diketahui saat ini.
2.7 Runtuhnya Peradaban
            Peradaban tidak selalu langgeng dan maju atau meningkat dari waktu ke waktu. Dalam sejarah dunia sering terjadi suatu peradaban besar runtuh dan diganti peradaban baru yang dimulai lagi dari awal, khusunya peradaban yang bersifat materil. Banyak pendapat yang telah diajukan tentang keruntuhan perdaban (The Fail of civilizations). Edward Gibbon dalam The Decline and Fall Kekaisaran Romawi mulai tertarik pada tema Keruntuhan Peradaban, yang dimulai dengan divisi historis dari Peradaban Yunani Kuno dan Roma, sampai abad pertengahan dan masa Renaissance.
Gibbon berpendapat bahwa keruntuhan Roma adalah waar dan tidak terelakkan karena efek kebesarannya yang todak wajar. Menurut  pndapatnya, kemakmuran mematangkan prinsip pembusukan; penyebab kehancuran yang disebabkan tingkat penaklukan; dan, segera setelah kecelakaan menghapus dukungan artificial an menyerah kepada tekanan dari beratnya sendiri. Hal ini cukup mengejutkan karena peradaban tersebut telah subsisted begitu lama. (Gibbon, 2nd en., vol.4 ed.4). Gibbon menyatakan bahwa tindakan akhir keruntuhan Roma adalah jatuhnya Konstatinopel ke Turki Utsmani pada tahun 1453 Masehi. Berbeda dengan Gibbon, Oswald Spengler, dalam “Decline of the west” menolak divisi kronologis Petrach dan mengatakan bahwa pertumbuhan budaya cenderung berkembang kearah peradaban imperialistis yang akhirnya runtuh, dengan bentuk-bentuk pemerintahan demokratis yang mengantarkan peradaban ke dalam plutokrasi dan akhirnya imperialisme.
Dari sisi pandang sejarah, Arnold J. Toynbee dalam “A Study of History” berpendapat bahwa penyebab runtuhnya sebuah peradaban terjadi ketika seorang elite buaday menjadi parasit elit, dan menyebabkan munculnya proletariat-proletariat internal dan eksternal. Berbeda denga Toynbe, Joseph Tainter dalam The Collapse of Complex Societies ­mengingatkan bahwa ada hal-hal yang semakin menguragi kompleksitas karena sebagai negara yang mencapai kompleksitass maksimum yang diperbolehkan, akan runtuh jika peningkatan selanjutnya secara aktual menghasilkan pengembalian yang negatif. Tainter mengatakan bahwa roma mencapai angka ini pada abad ke-2 Masehi.
            Jared Diamond dalam bukunya “Collapse: How Societies Choose to Fail Suceed menunjukkan lima alasan utama keruntuhan 41 studi budaya yaitu : 1) kerusakan lingkungan,seperti penggundulan hutan dan erosi tanah, 2) perubahan iklim, 3) ketergantunan pada perdagangan jarah jauh untuk memerlukan sumber, 4) semakin tingginya tingkat kekerasan inetrnal an eksternal, perang atau invasi dan  5) tanggapan masyarakan pada masalah-masalah lingkungan.
            Peterss Turchin dalam Historical Dynamis dan Andrey Korotayev et al. Dalam Introduntion to Social Macrodynamics, Secular Cycles, and Milllennial Trends berpendapat bahwa sejumlah model matematika agraria menggambarkan runtuhnya peradaban. Sebagai contoh, model logika dasar “fisikal-demografis” Turchin yang diuraikan sebagai berikt : selama fase awal dari siklus sociodemographic kita mengamati tingkat produksi dan konsumsi yang relatif tinggi per kapita yang bukan hanya mengarah untuk tingkat pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi, tetapi juga relatif tingginya tingkat surplus produksi. Pada tahap ini penduduk mampu membayar pajak, mengumpulkan aneka pajak sangat mudah, dan pertumbuhan penduduk disertai dengan pertumbuhan pendapatan negara.
            Selama fase menengah, peningkatan populasi yang berlebih menyebabkan penurunan produksi an tingkat konsumsi per kapita yang menyebabkan pemungutan pajak menjadi lebih sulit sementara penerimaan negara berhenti berkembang sedangkan pengeluaran negara bertambah akibat pertumbuhan penduduk yang dikendalikan oleh negara. Sebagai hasilnya, selama fase ini negara mulai mengalami masalah fisikal yang cukup besar. Pada tahan akhir pra-keruntuhan kelebihan populasi menyebabkan penurunan lebih lanjut produksi per kapita, surplus produksi semakin berkurang, pendapatan negara menyusut, sementara negara membutuhkan lebih banyak sumber daya untuk mengendalikan pertumbuha penduduk. Akhirnya keadaan mengarah pada kelaparan, wabah, kerusakan negara, dan demografis dan peradaban runtuh. (Turchin, 2003:121-127)
            Beda pendapat dengan Turchin, Peter Heather  dalam The Fall of The Roman Empire : A NewHistoy of Rome and the Barbarians berpendapat bahwa peradaban tidak berakhir karena alasan moralatau ekonomi, tetapi karena kontak berabad-abad dengan barbar diseberang perbatasan yang menghasilkan musuh sendiri dengan membuat mereka jauh lebih canggih dzn lawan berbahaya. Fakta bahwa Roma membutuhjan pendapatan lebih besar untuk membekali dan memperlengkapi tenara yang berulang kali kalah di lapangan, menyebabkan kemunduran Kekaisaran. Meskipun argumen ini adalah khusus untuk Roma dapat juga diterapkan pada Kekaisaran Asiatic orang Mesir, pada dinasti Han dan Tang di Cina, kpada kaum muslim kekhalifahan Bani Abbasiyah, dan lain-lain.
            Bryan Ward-Peerkins, dalam bukunya The Fall of Rome and the End of Civilization menunjukkan kengerian yang sebenernya berkaitan dengan runtuhnya sebuah peradaban bagi orang-orang yang menderita akibat-akibatnya. Runtuhnya masyarakat yang kompleks berarti bahwa “saluran” (plumbing) dasar menghilang dari benua selama 1.000 tahun, serupa dengan runtuhnya “abad kegelapan” (Dark Age) yang dilihat dari runtuhnya Zaman Perunggu akhir di Mediterania Timur, keruntuhan Maya, di Pulau Paskah dan di tempat lain.
            Sehubungan dengan kebudayaan Maya di Amerika, Arthur Demarest dalam Ancient Maya: The Rise and Fall of a Rainforest Civilization berargumentasi denga menggunakan perspektif holistik bukti terbaru dari arkeologi, paleoecology, dan epigrafi, bahwa tidak ada satu penjelasan yang cukup tetapi serangkaian erratic ,berupa komples peristiwa, hilangnya kesuburan tanah, kekeringan dan meningkatnya tingkat kekerasan internal dan eksternal menyebabkan desintegrasi kerajaan-kerajaan Maya yang memulai spiral kemunduran dan kehancuran.
            Bukti sejarah menunjukkan bahwa peradaban masa lalu cenderung berlebihan mengeksploitasi hutan merekan, dan penyalahgunaan sumber daya penting telah menjadi faktor signifikan dalam penurunan mengekploitasi masyarakan secara berlebihan.
            Thomas Homer-Dixon dalam The Upside of Down; Catastrophr, Creativity, and the Renewal of Civilization , menganggap bahwa penurunan laba atas investasi energi, energi yang dikeluarkan untuk menghasilkan energi rasio, merupakan pusat untuk membatasi kelangsunga  hidup peradaban. Tingkat kompleksitas sisoal yang dibubungkan secara kuat, menurutpendapatnya, dengan jumlah energi lingkungan sekali pakai, ekonomi adn sistem teknolobi memungkinkan. Bila jumlah ini dikurangi peradaban harus mengakses sumber-sumber energi baru atau mereka akan runtuh. (When this amount decreases civilizations eoher have to accesss new energy sources or they will collapse)
2.8 Peradaban dan Kritik
            Dengan berbagai alasan, peradaban telah dikritik dari berbagai sudut pandang. Beberapa kritikus berkeberatan dengan semua aspek peradaban. Kritikus lainnya berpendapat bahwa peradaban membaw acampuran yang baik dan efek buruk. Beberapa tokoh lingkungan seperti Derrick jensen (2006) mengkritik peradaban yang mengeksploitasi lingkungan.
            Richard Hienberg (2007) meyoroti dari si pertanian intensif dan pertumbuhan perkotaan. Ia berpendapat bahwa pertanian intensif dan pertumbuhan perkotaan cendrung menghancurkan pengaturan peradaban dan habitat alami, serta menguras sumber daya di mana dia “bergantung”. (depends) (“culture”, Wiktionary, 25 August 2007). Budaya seperti ini disebutnya sebagai “budaya dominator”. Para pendukung pandangan ini percaya bahwa masyarakat tradisional hidup dalam harmoni dengan alam yang lebih besar daripada peradaban; orang bekerja dengan alam daripada berusaha untuk menaklukannya. Gerakan hidup berkelanjutan adalah dorongan dari beberapa anggota untuk mendapatkan kemabli peradaban yang selaras dengan alam.
            Peradaban bertentangan dengan dfilsafat primitivisme. Peradaban menuduh kaum primitive mambatasi potensi manusia, menindas yang lemah, dan merusak lingkunagn, sementara paham primitivisme ingin kembali kecara hidup yang lebih primitif, yang mereka anggap sebagai cara terbaik bagi alam dan manusia. Pendukung terkemuka adalah John Zerzan dan Derrick Jensen, sedangkan yang mengkritisi adalah Roger Sandall.
            Tidak semua kritisi masa lalu dan peradaban masa kini percaya bahwa cara hidup primitif adalah lebih baik. Karl Marx, menerima berpendapat bahwa awal peradaban adalah awal dari penindasan dan eksploitasi, tetapi dai percaya bahwa hal-hal ini pada akhirnya akan teratasi dengan mendirikan komunisme di seluruh dunia. Dia membayangkan komunisme bukan sebagai ideal kembali ke masa lal, tetapi sebuah peradaban tahap baru.
            Mengingat saat ini masalah peradaban dihubungkan dengan industri berkelanjutan, Derrick Jensen, yang memposisikan peradaban menjadi inheren yang tidak berkelanjutan, berpendapat bahwa kita perlu mengembangkan bentuk sosial “pasca-peradaban” sebagai peradaban yang berbeda dari peradaban masa lalu dengan masyarakanta yang pra-beradap.
2.9 Problematika Peradaban dalam Kehidupan Masyarakat
1.      Kemajuan IPTEK Bagi Peradaban Manusia
Secara harfiah teknologi dapat diartikan pengetahuan tentang cara. Pengertian teknologi sendiri menurutnya adalah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan akal dan alat. Sedangkan menurut Jaques Ellul (1967: 1967 xxv) memberi arti teknologi sebagai” keseluruhan metode yang secara rasional mengarah dan memiliki ciri efisiensi dalam setiap bidang kegiatan manusia”Pengertian teknologi secara umum adalah: proses yang meningkatkan nilai tambah,produk yang digunakan dan dihasilkan untuk memudahkan dan meningkatkan kinerja, struktur atau sistem di mana proses dan produk itu dikembamngkan dan digunakan.
Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuanm ilmu pengetahuan. Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia. Namun demikian, walaupun pada awalnya diciptakan untuk menghasilkan manfaat positif, di sisi lain juga juga memungkinkan digunakan untuk hal negatif.  
2.      Dampak Globalisasi Bagi Peradaban Manusia
Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya bangsa Indonesia . Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya. Perkembangan 3T (Transportasi, Telekomunikasi, dan Teknologi) mengkibatkan berkurangnya keinginan untuk melestarikan budaya negeri sendiri . Budaya Indonesia yang dulunya ramah-tamah, gotong royong dan sopan berganti dengan budaya barat, misalnya pergaulan bebas. Saat ini, ketika teknologi semakin maju, ironisnya kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut semakin lenyap di masyarakat. Padahal kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut, bila dikelola dengan baik selain dapat menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan untuk pemerintah baik pusat maupun daerah, juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi masyarakat sekitarnya. Hal lain yang merupakan pengaruh globalisasi adalah dalam pemakaian bahasa indonesia yang baik dan benar (bahasa juga salah satu budaya bangsa).
Beberapa tindakan untuk mencegah terjadinya pergeseran kebudayaan/peradaban yang disebabkan oleh pengaruh globalisasi, diantaranya yaitu :
1.  Pemerintah perlu mengkaji ulang peraturan-peraturan yang dapat menyebabkan pergeseran budaya bangsa
2.  Masyarakat perlu berperan aktif dalam pelestarian budaya daerah masing-masing khususnya dan budaya bangsa pada umumnya
3.  Para pelaku usaha media massa perlu mengadakan seleksi terhadap berbagai berita, hiburan dan informasi yang diberikan agar tidak menimbulkan pergeseran budaya
4.  Masyarakat perlu menyeleksi kemunculan globalisasi kebudayaan baru,  sehingga budaya yang masuk tidak merugikan dan berdampak negative.
5.  Masyarakat harus berati-hati dalam meniru atau menerima kebudayaan baru, sehingga pengaruh globalisasi di negara kita tidak terlalu berpengaruh pada kebudayaan yang merupakan jati diri bangsa kita.
2.10 Modernisasi dan Globalisasi
2.10.1 Modernisasi
Kata modern berasal dari bahasa Latin modo, modernus, yang berarti "sekarang" (just now). Dalam bahasa Prancis disebut moderne. Kata ini memberikan juga pengertian tentang karakteristik yang terjadi pada masa kini atau kesekarangan, dan bukan yang lama atau kuno. Dalam pengertian lebih jauh, kata modern juga dapat diatikan "siap pakai" (up to date).
Modernisme sering dilawankan dengan tradisi. Menjadi modern adalah merubah tradisi (to be modern is to breaks tradition) dan "meninggalkan masa lampau" (break with the past), berarti meninggalkan cara-cara hidup masa lalu dan berusaha mencari kesadaran baru dengan bentuk-bentuk ekspresif.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8WB7tmUYot7KXdZBmRPhbAk6vd1GD3br_VsBUntMVH6BlGFLDyyI4cpo31vJ4qcgAetmndMuwQpMHGf1A4TEC_NrpfTeBoAgQkwZQoC0IhaVI6Yr1p9GRP-nfPjGhF6e8N9ji93g5iIql/s1600/Foto-Jamusehat.JPG
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikEfbqEaP8NTsKlthAh-dpwJYfGOen1QYTSBd97ZKxmup6Eknj1Bd7lUcB_HQ26Mxwdg4gJ10dLH3imG_Sm1rRWwuocBwXXAt5HchHhZpW9RxBADtNGzLM6cLkPeZ24NxkmB8NDetgCC-F/s1600/sulisu.jpg
 








Gambar 2.1 Salah satu bentuk modernisasi di Indonesia
(Sumber: https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images)
Pemikiran bahwa manusia dapat menginterpretasi alam (Bacon) atatu penemuan jagat raya melalui instrumen teleskop (galileo), dan pendapat bahwa manusia dapat membentuk dan mengkontrol kembali dunia melalui ilmu, merayakan pandangan dunia modern. Proyek modernitas dibangun pada abad ke 18 oleh para filsuf pencarahan dalam usaha mereka untuk memperoleh pengetahuan obyektip, moralitas, hukum universal, dan otonomi seni. Filsuf seperti Condorcet ingin menciptakan budaya khusus untuk memperkaya akumulasi kehidupan ini. Tetapi yang terjadi di lapangan adalah kehidupan yang kontras dengan harapan-harapan ideal tokoh abad pencerahan tersebut. Sacara teratur domain-domain modernitas ini kemudian melembaga. Ilmu, moralitas dan seni dalam gagasan modernitas ini telah menjadi domain otonom yang terpisah dari kehidupan sehari-hari. Struktur-struktur dari kognitif -instrumental, moral-praktis dan rasionalitas estetika-ekspresif telah berada di bawah cengkeraman para ahli-ahli khusus.
Dalam bidang antropologi, Kuntjaraningrat (1990-140-141) menjelaskan modernisasi sebagai "usaha untuk hidup sesuai dengan zaman dan kmonsetelasi dini sekarang". Antony D. Smith (1973 : 62), dalam Indra Siswarini (2006 : 11) mengemukakan bahwa modernisasi (modernization) adalah "a conscious set of plant and policies for changing a perticular society in the direction of contemporary societies which the leader think are more advance in certain repect ". Modernisasi adalah proses yang dilandasi seperangkat rencana untuk mengubah masyarakat ke arah kehidupan masa ini yang lebih baik daripada kehidupan sebelumnya.
Adapun ciri-ciri manusia modern menurut Alex Inkeles ada 9 yaitu:
1.      Sikap menerima hal baru
2.      Memiliki keberanian untuk berpendapat
3.      Menghargai waktu dan berorientasi ke masa depan
4.      Memiliki perencanaan
5.      Percaya diri
6.      Perhitungan
7.      Menghargai harkat martabat orang lain
8.      Percaya pada iptek
9.      Imbalan harus sesuai dengan prestasi
Gejala-gejala yang timbul akibat dari modernisasi adalah :
1.    Bidang Budaya: ditandai dengan makin terdesaknya budaya tradisional oleh budaya asing.
2.    Bidang Politik: semakin banyak negara yang lepas dari jajahannya. Di Indonesia, modernisasi politik mengalami perkembangan pasang surut. Perkembangan itu dimulai dengan bentuk Demokrasi Liberal, Demokrasi Terpimpin, dan Demokrasi Pancasila. Keberhasilan pembangunan politik semakin memantapkan tatanan kehidupan politik dan kenegaraan yang berdasarkan demokrasi Pancasila, memantapkan perkembangan organisasi sosial kesadaran berpolitik rakyat. Namun, pendidikan politik pun harus lebih ditingkatkan agar rakyat makin sadar akan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara.
3.    Bidang Ekonomi: semakin kompleks kebutuhan hidup manusia. Upaya-upaya agar kehidupan ekonomi dapat mendukung modernisasi antara lain adalah sebagai berikut:

-          Mengembangkan persaingan
-          Memberdayakan pengusaha kecil
-          Mengembangkan hubungan kemitraan
4.    Bidang Sosial: semakin banyak kelompok baru.
2.10.2 Globalisasi
Banyak teori berpendapat bahwa seluruh dunia telah terintegrasi ke dalam satu "sistem dunia", sebuah proses yang dikenal sebagai globalisasi. Secara ekonomi, politik, dan bahkan budaya. Peradaban dan masyarakat yang berbeda di seluruh dunis saling bergantung dalam banyak cara. Ketika integrasi ini dimulai muncul banyak perdebatan. Integrasi budaya, teknologi, ekonomi, politik, atau militer-diplomatik adalah indikator kunci dalam menetukan besarnya sebuah peradaban.
Wilkinson, 2001 menjelaskan latar belakang globalisasi dari Mesopotamia dan Mesir yang disebutnya sebagai "Peradaban tengah" yang diciptakan oleh ekonomi militer dan integrasi diplomatik dari Mesopotamia dan Mesir sekitar tahun 1500 SM. Pusat Peradaban kemudian diperluas untuk mencakup seluruh Timur Tengah dan Eropa, dan kemudian diperluas ke skala global dengan kolonisasi Eropa yang mengintegrasikan Amerika, Australia, Cina dan Jepang pada abad kesembilan belas. Sehubungan dengan ini Menurut Wilkinson, peradaban dapat menjadi budaya heterogen, seperti pada "peradaban tengah", atau relatif homogen seperti peradaban Jepang.
"Benturan peradaban", sebagaimana yang disebut Huntington, oleh Wilkinson ditandai sebagai benturan jaringan budaya dalam satu peradaban global. Hal lain menunjuk pada Perang Salib (crusades) sebagai langkah pertama globalisasi. Sudut pandang yang lebih konvensional adalah jaringan masyarakat yang telah berkembang dan menyusut sejak zaman kuno, dan saat ini ekonomi dan budaya global merupakan produk dari kolonialisme Eropa.
Dalam ilmu ekonomi, globalisasi sering ditandai dengan perluasan pasar bebas dengan memasukkan banyak bangsa-bangsa yang sebelumnya tidak tercapai. Peningkatan dalam arena politik diakui dalam "permeabilitas" baru menemukan perbatasan yang memungkinkan pertukaran informasi yang dapat melemahkan kekuatan rezim yang kejam. Pengaruh globalisasi pada masyarakat budaya membagi gagasan dan moralitas bersama manusia juga dapat menjadi positif yang tidak pernah terjadi dalam sejarah masyarakat yang memiliki ide-ide dan karakteristik budaya yang begitu mudah untuk dibagi. Disamping itu, globalisasi juga berpotensi besar meningkatkan pelanggaran-pelanggaran martabat manusia. Pembangunan ekonomi yang lebih besar berarti membutuhkan tambahan modal yang lebih besar. Bisnis atau negara dapat meningkatkan modal melalui pinjaman atau "inventasi asing langsung".
2.11  Komunikasi Antar Budaya
Komunikasi antar budaya memiliki banyak definisi namun pada dasarnya adalah orang-orang dari berbeda latar belakang budaya berusaha untuk berkomunikasi atau bekerja bersama-sama. Tujuan komunikasi antarbudaya adalah untuk membangun dan memahami bagaimana orang-orang dari budaya yang berbeda berperilaku dan berpikir dan orang mengatasi perbedaan-perbedaan antarbudaya dan membuat yang lebih baik.








Gambar 2.2. Contoh komunikasi antar budaya
(Sumber: https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images)
Dalam konteks global atau organisasi bisnis, komunikasi antarbudaya melihat bagaimana orang berkomunikasi (verbal dan non-verbal), mengelola, bekerja sama, bernegoisasi, bertemu, menyapa, membangun hubungan, dan sebagainya. Topik-topik ini sekarang menjadi jauh lebih relevan di bidang bisnis dengan kerjasama masyarakat antara budaya dan untuk bisnis perdagangan luar negeri. Lebih memahami perbedaan komunikasi antar budaya, tata krama, etiket, protokol dan gaya komunikasi tentu mengarah pada probabilitas yang jauh lebih tinggi untuk mencapai tujuan bisnis. Akhirnya komunikasi antarbudaya dewasa ini berarti mendapatkan keunggulan dalam bisnis yang sangat kompetitif dan cepat berubah dewasa ini. Diperlukan keterampilan berkomunikasi antar budaya yang bekerja dalam suatu perekonomian global yang saling berhubungan dan penting untuk membangun hubungan baik dengan orang-orang dari budaya lain untuk melaksanakan bisnis yng lebih baik.

























BAB III
PENUTUP
Peradaban merupakan bagian dan unsur kebudayaan yang halus, maju, dan indah seperti misalnya kesenian, ilmu pengetahuan, adat sopan santun pergaulan, kepandaian menulis, organisasi kenegaraan, kebudayaan yang mempunyai system teknologi dan masyarakat kota yang maju dan kompleks. Peradaban kuno berlangsung antara 600 SM-400 SM dimana serangkaian orang bijak, nabi, agama dan filsuf reformis, dari Cina, India, Iran, Israel dan Yunani, mengubah arah peradaban selamanya. Peradaban dunia sepanjang masa dikelompokkan dalam beberapa gugus yaitu peradaban Mediterania, Peradaban Timur Tengah, Perdaban India Hindu dan Budha, Peradaban Asia timur, Asia Tengah, Asia Tenggara, Kristen Barat, dan peradaban Meso-Amerika.
Problematika peradaban dalam kehidupan masyarakat, terbagi atas 2 yaitu: kemajuan iptek bagi peradaban manusia dan dampak globalisasi bagi peradaban manusia.
















DAFTAR PUSTAKA

              Sembiring, Dermawan. 2013. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Medan:FMIPA Unimed.
Muhammad, Abdulkadir.2008.Ilmu Sosial Budaya Dasar.Jakarta: Citra Aditya.
             


Tidak ada komentar:

Posting Komentar