Senin, 09 Maret 2015

BELAJAR

Pengertian Belajar
Belajar adalah proses dimana pengalaman merubah sistem saraf dan perilaku kita. Pengalaman itu yang kita namakan ingatan. Pengalaman tidak disimpan, tetapi mereka mengubah cara kita mempersepsikan sesuatu, berpikir dan merencanakan. Fungsi utama dari kemampuan untuk belajar adalah mengembangkan prilaku yang diadaptasikan ke lingkungan yang berubah.sebagai contoh, kemampuan belajar membuat kita mampu mencari makanan bila lapar, mencari kawan saat kesepian, dan sebagainya.
Belajar dapat dibagi dalam :
1.      Perceptual Learning
Kemampuan untuk belajar mengenali rangsangan yang telah dipersepsi sebelumnya. Fungsi utamanya adalah kemampuan untuk mengidentifikasi obyek dan situasi yang ada. Perceptual learning diperoleh terutama dengan perubahan di sensory association cortex. Belajar rangsangan ini dapat diperoleh melalui komponen subcortical dari system sensoris.
2.     Stimulus Response Learning, kemampuan belajar melaukan perilaku tertentu jika diberikan rangsangan tertentu. Stimulus Response Learning dibagi atas dua kategori, yaitu classical conditioning dan instrumental conditioning. Classical conditioning adalah bentuk dimana rangsang tidak penting menjadi penting, melibatkan penggabungan dua rangsangan.
Instrumental Conditioning (operant conditioning), sebuah prosedur belajar dimana efek dari perilaku tertentu dalam situasi tertentu dapat menungkatkan atau menurunkan kemungkinan perilaku. Perilaku diikuti oleh konsekwensi yang mengenakkan, maka perilaku tersebut cenderung terjadi lebih sering, bila diikuti oleh konsekwensi yang tidak mengenakkan, maka perilaku cenderung lebih jarang muncul.
3.      Motor Learning, merupakan komponen dari stimulus response learning, secara
sederhana, motor learning adalah pembentukan perubahan dalam system motorik, tetapi faktanya motor learning tidak akan terjadi tanpa adanya panduan sensoris dari lingkungan. Gerak paling terampilpun melibatkan dengan obyek. Bahkan gerak terampil tanpa alat melibatkan umpan balik dari sendi,otot, dan sebagainya. Makin baru prilakunya, makin banyak sirkuit saraf di system motorik yang perlu dimodifikasi.






Pengertian belajar menurut beberapa ahli :
1. Menurut james O. Whittaker : “Belajar adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman”.
2. Winkel : “Belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap”.
3. Cronchbach : “Belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman”.
4. Howard L. Kingskey : “Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan”.
5. Drs. Slameto : “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu  itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya”.
6. R. Gagne : “ Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku”.
7. Herbart (swiss): “Belajar adalah suatu proses pengisian jiwa dengan pengetahuan dan pengalamn yang sebanyak-banyaknya dengan melalui hafalan”.
8. Robert M. Gagne dalam buku the conditioning of learning mengemukakan bahwa: “Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalm diri dan keduanya saling berinteraksi”.
9. Lester D. Crow and Alice Crow : “Belajar adalah acuquisition of habits, knowledge and attitudes. Belajar adalah upaya-upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap”.
10. Ngalim Purwanto : “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagi hasil dari suatu latihan atau pengalaman”.

Pengertian Belajar menurut Teori :
A.   Teori Behaviorisme
            Menurut teori ini manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di dalam lingkungannya, yang akan memberikan pengalaman-pengalaman tertentu kepadanya. Prinsip utama teori ini ialah rangsangan dan timbal balik  serta peneguhan. Teori ini akan berpegang kepada anggapan bahwa pembelajaran meliputi  tanggungjawab, dan diawasi sepenuhnya oleh sistem pengajaran. Teori ini juga berlandaskan kepada anggapan bahwa pelajar akan mengekalkan sesuatu tindakan jika peneguhan yang bersesuaian diberikan kepadanya.
Thorndike merupakan orang yang pertama kali menerangkan beberapa macam teori Behaviorisme yang terkenal adalah :
  Classical Conditioning (Pavlov)
Menurut Thorndike menyatakan bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu interaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Dari defenisi ini maka menurut Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat berwujud kongkrit yaitu yang dapat diamati, atau tidak kongkrit yaitu yang tidak dapat diamati.
 Teori ini didasarkan atas reaksi sistem tak terkontrol di dalam diri seseorang dan reaksi emosional yang dikontrol oleh sistem urat syaraf otonom serta gerak refleks setelah menerima stimulus dari luar. Stimulus tidak terkondisi US (Unconditioning Stimulus) merupakan stimulus yang secara biologis dapat menyebabkan adanya respon dalam bentuk reflex/ UR (Unconditioning Respon). Proses ini disebut extinion, apabila diberikan US respons CR  yang hilang dapat muncul kembali.
Dengan stimulus tanpa kondisi (US) diberikan suatu stimulus lain yang netral maka secara bersama kedua stimulus tersebut akan menghilangkan respon yang merupakan reflek (UR), dan akan timbul respon baru yang diharapkan (CR). Stimulus netral yang diberikan bersama stimulus pertama ini disebut stimulus terkondisi yang memang diharapkan, maka dapat dikatakan bahwa seseorang telah belajar. Secara singkat jalannya percobaan adalah sebagai berikut :
a)      Kepada anjing diperlihatkan makanan (anjing dalam keadaan lapar). Dalam percobaan anjing mengeluarkan air liur, jadi ada reaksi. Makanan disebut stimulus tak bersyarat (Unconditioning Stimulus) dan mengeluarkan air liur disebut reaksi tak bersyarat (Unconditioning Respon).
b)      Kepada anjing diperlihatkan sinar (anjing tetap dalam keadaan lapar). Ternyata tidak terlihat air liur. Pavlov ingin mencoba agar anjing dibuat bereaksi terhadap sinar yang diperlihatkan kepadanya. Caranya ialah dengan memberikan persyaratan berupa makanan yang secara alami dapat menimbulkan reaksi. Dalam hal ini belum terjadi peristiwa ‘belajar’ pada anjing.
c)      Sinar disorotkan, beberapa detik, kemudian makanan diperlihatkan. Pada percobaan terlihat mula-mula air liur tidak keluar, tetapi setelah melihat makanan, baru anjing bereaksi. Dalam hal ini belum terjadi peristiwa ‘belajar’ pada anjing.
d)     Pada poin yang ketiga, diulang dengan jarak pemberian makanan yang bervariasi.
Akhirnya pada frekuensi tertentu pada jarak waktu pemberian makanan tertentu, Pavlov berhasil membuat anjing bereaksi terhadap sinar tanpa diikuti pemberian makanan. Dengan kata lain, disebut bahwa stimulus (sinar) telah disyarati dengan makanan. Oleh karena itu sinar disebut stimulus beryarat dan peristiwa keluarnya air liur karena melihat sinar disebut respon bersyarat.
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum  belajar, diantaranya :
                    i.            Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
                  ii.            Law of Respondent Extinction  yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

B. Teori Belajar Kognitivisme
Menurut teori ini, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman, perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perilaku tingkah laku yang bisa diamati Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan di dalam dirinya, pengalaman dan pengetahuan ini tertera dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi (bersinambung) secara klop dengan struktur kognitif yang su-dah dimiliki oleh mahasiswa. Dalam perkembangannya setidak–tidaknya ada tiga teori belajar yag bertitik tolak dari teori kognitisme ini.

Pengaruh Belajar Terhadap Struktur Dan Fungsi Saraf
Belajar jelas terbukti menyebabkan perubahan struktur saraf maupun fungsinya. Rosenzweig dan koleganya menaruh anak – anak tikus dalam dua lingkungan yang berbeda. Mereka menemukan banyak perbedaan dalam otak binatang yang ditaruh di lingkungan yang berbeda. Tikus yang di dalam lingkungan diperkaya, mempunyai cortex yang lebih tebal, supply kapiler yang lebih baik, lebih banyak isi proteinnya, lebih banyak acetycholinesterase (berarti saraf yang mensekresikan acetycholinesterase menjadi lebih banyak).

Induksi Dari Potnsiasi Jangka Panjang adalah peningkatan jangka panjang saraf terhadap input synaptic tertentu, disebabkan oleh aktivitas frekuensi tinggi yang diulang-ulang degan input yang sama. Hokum Hebb mengatakan bahwa apabila satu synapse aktif pada saat saraf postsynaptic aktif maka synapse yang bersangkutan akan diperkuat.
Hippocampal formation adalah daerah special di limbic cortex yang terletak di lobus temporalis. Bentuknya terlipat dan membengkok, membentuk struktur tiga dimensi. Hippocampal meliputi enthorhinal cotex, hippocampus, dentate gyrus dan subiculum.
Hippocampus disebut juga cornumatis, karena itu dua bagian yang besar di hippocampus ca 1 dan ca 3. Sel pyramid adalah sel saraf yang besar dengan bentuk pyramid. Ditemukan di cerebral cortex dan amon’s horn dari hippocampal formation.






Otak Kanan dan Otak Kiri
           
Otak manusia dibagi menjadi dua bagian. Perbedaannya juga cukup signifikan. Selain karena yang satu terletak disebelah kiri dan yang lainnya sebelah kanan, perbedaannya juga terletak pada fungsi yang dilakukannya. Otak kiri berpikir secara sadar, bernalar melalui logika, menganalisis dan mengatur emosi. Sedangkan otak kanan berpikir secara tidak sadar, berhubungan dengan kreativitas. Dalam desain dapat dikatakan otak kanan melihat referensi visual secara keseluruhan, seperti apa itu pemandangan? Kemudian baru melihat rincian yanga ada di gambar tersebut. Sedangkan otak kiri melihat rinciannya terlebih dahulu, baru menyimpulkan apa yang terdapat pada karya seni tersebut.
Untuk orang-orang yang berdominan otak kanan lebih bergantung pada referensi visual untuk memahami dan sering kali belajar visual. Mereka lebih emosional dan mampu untuk memahami serta merefleksikan perasaan mereka. Kemudian, mereka juga sangat intuitif dan memiliki keingin tahuan yang sangat tinggi. Tetapi negatifnya, orang yang berdominan otak kanan cenderung tidak teratur dan kurang dalam memanajemenkan waktu mereka.
Sedangkan orang-orang yang berdominan otak kiri sangat teroganisir. Mereka menyukai deadline. Mereka juga orang yang lebih suka mendengarkan daripada membaca sesuatu dan lebih mengandalkan kata-kata untuk mengingat daripada alat bantu visual. Tetapi negatifnya, karena mereka orang-orang yang terinci step-by-step serta cara algoritmik, mereka sangat rentan terhadap kesalahan.



HUBUNGANNYA DENGAN DESAIN
Setelah mengetahui fungsi otak kiri dan otak kanan, pasti Anda berpikir bahwa orang-orang yang berdominan otak kanan kemungkinan besar lebih kreatif dalam mendesain daripada orang-orang yang berdominan otak kiri. Sebenarnya hal itu harus dikaji lebih baik. Bagi mereka yang dominan otak kanan, mereka dikatakan lebih kreatif dalam mendesain karena pandangan mereka melihat dunia lebih luas daripada orang lain. Sedangkan dominan otak kiri jauh lebih umum dan lebih analitis. Mereka bisa lebih kreatif dalam mendesain dari orang-orang dominan otak kanan, tetapi dengan cara yang berbeda. Untuk lebih memahami sifat artistik kedua belah pihak, mari kita lihat beberapa contoh dibawah ini:

ABSTRAKSI = OTAK KANAN
Orang berotak kanan mungkin bersandar lebih ke arah seni abstrak, karena kurangnya ketertiban dan kekacauan. Abstraksi juga memberikan konsep tanpa batas, sehingga dapat dianggap lebih outside-the-box, atau kreatif. Seni abstrak juga dikenal untuk menggambarkan emosi, bahkan dengan tidak ada bukti visual keras. Orang berotak kanan mungkin lebih mudah dapat menangkap makna sepotong abstrak lebih dalam.

REALISME = OTAK KIRI

Sedangkan orang berotak kiri lebih tertarik dengan seni yang tertib dibandingkan abstrak. Apa yang dimaksud dengan seni tertib? Seni tertib lebih mengarah ke foto yang realitis seperti pemandangan, model atau apa saja yang berhubungan dengan pedoman dan bentuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar