D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
Tirma Putri Simanungkalit
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis panjatkan atas berkat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan RahmatNYA kepada Penulis. Sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan salah satu aspek pemenuhan tugas mata kuliah ANATOMI FISIOLOGI TUBUH MANUSIA.
Adapun materi yang dibahas dalam makalah ini mengenai Sistem Reproduksi Manusia yang meliputi aspek pembahasan Struktur dan Organ reproduksi Pria, Organ reproduksi Wanita, Spermatogenesis dan Oogenesis, Siklus Menstruasi, Fertilisasi, Kehamilan dan Persalinan, Kelenjar Mamae, dan Menopause serta Penyakit pada Sistem Reproduksi.
Dengan harapan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi Penulis dan juga bagi pembaca. Saran dan kritik yang membangun dengan terbuka Penulis terima untuk meningkatkan kualitas isi dari makalah ini.
Medan, 17 Februari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar iDaftar Isi iiDaftar Gambar iiiDaftar Tabel iv
BAB I PENDAHULUAN 11.1 Latar Belakang Masalah 11.2 Tujuan Pembahasan 1BAB II PEMBAHASAN
2.1. Sistem Reproduksi Pria 2
2.7. Kehamilan dan Persalinan 26
2.8. Kelenjar Mamae 28
2.9. Menopause 34
2.10. Penyakit pada Sistem Reproduksi 35
2.11. Teknologi Reproduksi 38
BAB III PENUTUP 41DAFTAR PUSTAKA 42Lampiran
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.2. Skrotum 3
Gambar 2.3. Testis 4
Gambar 2.4. Epididimis 5
Gambar 2.5. Vas Deferens 5
Gambar 2.6. Uretra 6
Gambar 2.7. Vesikula Seminalis 6
Gambar 2.8. Kelenjar Prostat 7
Gambar 2.9. Kelenjar Cowper 7
Gambar 2.10. Ovarium 8
Gambar 2.11. Fimbriae 9
Gambar 2.12. Uterus 11
Gambar 2.13. Vagina 12
Gambar 2.14. Mons Pubis 12
Gambar 2.15. Macam bentuk Hymen 14
Gambar 2.16. Spermatogenesis 16
Gambar 2.17. Anatomi Spermatozoa 18
Gambar 2.18. Oogenesis 19
Gambar 2.19. Siklus Menstruasi 21
Gambar 2.20. Grafik Siklus Menstruasi 22
Gambar 2.21. Fertilisasi 24
Gambar 2.22. Anatomi Kelenjar Mamae 28
Gambar 2.23. Proses Bayi Tabung 39
Gambar 2.24. Kloning Domba Dolly 40
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Perbedaan Kandungan ASI dan Kolostrum 34
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada laki-laki dewasa mengalami pubertas dimulai dengan perubahan suara lebih berat, pembesaran genitalia eksterna, adanya rambut diatas tubuh dan muka. Sedangkan pada wanita ditandai dengan menstruasi pertama, uterus dan vagina membesar serta jaringan ikat dan saluran darah bertambah, sifat kelamin sekunder tampil, lengkung tubuh berkembang, adanya rambut di ketiak dan pubis pelvis melebar. Sistem reproduksi terdiri dari organ yang berfungsi menghasilkan individu baru. Yaitu melakukan reproduksi dan menghasilkan hormon tertentu.
1.2. Tujuan
1. Mengetahui organ-organ sistem reproduksi pada Pria
BAB II
ISI
2.1. Sistem Reproduksi Pria
Organ Reproduksi pada Pria meliputi : Organ Genitalia Eksterna, Organ Genitalia Internal, dan juga Kelenjar pada Organ Reproduksi Pria.
1. Organ Genitalia Eksterna
Organ genitalia eksterna terdiri dari :
A. Penis
Penis memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Alat untuk membuang air seni
2. Sebagai alat untuk senggama (kopulasi).
Gambar 2.1. Anatomi Penis
(Sumber : http://www.google.com/ search?q=anatomi+penis=mozilla: en-US:urificeae)
Fungsi utama skrotum adalah untuk memberikan kepada testis suatu lingkungan yang memiliki suhu 1-80C lebih dingin dibandingkan suhu tubuh. Fungsi ini dapat terlaksana disebabkan adanya pengaturan oleh sistem otot rangkap yang menarik testis mendekati dinding tubuh untuk memanasi testis atau membiarkan testis menjauhi dinding tubuh agar lebih dingin. Suhu testis pada manusia 340C. Pengaturan suhu dilakukan dengan mengeratkan atau melonggarkan skrotum, sehingga testis dapat bergerak mendekat atau menjauhi tubuh.
Testis
|
Skrotum
|
(Sumber : http://www.wikipedia.org.)
2. Organ Genitalia Internal
Organ Genitalia Internal terdiri dari :
A. Testis
Testis disebut juga gonad jantan. Alat ini jumlahnya sepasang dan bentuknya bulat telur. Testis tersimpan dalam suatu kantong yang disebut skrotum. Suhu dalam skrotum 20 C lebih rendah dari suhu dalam rongga perut. Testis tertutup kapsul jaringan penyambung yang berlapis dua. Lapisan luar dari testis, tunika albuginea,yang tersusun dari jaringan berserat kolagen yang padat. Lapisan dalam atau lapisan vaskulernya tersusun dari jaringan areoler yang lebih longgar, kaya akan suplai pembuluh darah. Testis melaksanakan dua fungsi yaitu :
1. Menghasilkan sperma (spermatozoa)
2. Mengeluarkan testosteron
Testis terdiri dari tubulus seminiferus yang padat,berkelok-kelok,yang di dalamnya berlangsung spermatogenesis. Tubulus seminiferus dipenuhi oleh lapisan sel sperma yang sudah atau tengah berkembang. Diantara tubulus seminiferus, terdapat sel khusus yang disebut sel Leydig ataupun sel Interstisium. Tubula seminiferus yang tergulung melilit, tertutup oleh lapisan epitel germinal yang dapat mengandung sampai lima lapisan sel.
Testis kiri sering tergantung lebih rendah dari testis kanan. Testis terdiri dari 200-300 lobuli. Setiap lobulus mengandung beberapa tubuli seminiferus yang berkelok-kelok. Dari tubulus seminiferus melanjutkan diri ke rete testis,dektus eferen, epididimis, duktus deferen.
Gambar 2.3. Testis
(Sumber :http://anfis-mariapoppy.blogspot.com/2011/01/reproduksi-pria.html)
B. Epididimis
Epididimis merupakan saluran panjang yang berkelok-kelok dan keluar dari testis. Epididimis terletak di dekat testis dan dikelilingi oleh suatu lipatan dari tunika vaginalis. Epididimis berjumlah sepasang disebelah kanan dan kiri. Epididimis berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara sperma sampai sperma menjadi matang dan bergerak menuju vas deferens. Sperma di dalam epididimis selama 1-3 minggu dan selama waktu ini terjadi perubahan dalam penampilan, kemampuan gerak, ukuran besarnya, daya tembus, membran, kepekaan terhadap suhu, dan fungsi metabolisme. Peranan epididimis dalam menunjang pemasakan sperma tergantung dari androgen, dan sel-sel epitel torak utama yang melapisi epididimis membutuhkan androgen untuk memelihara bentuk maupun fungsi sekresi dan absropsi.
Gambar 2.4. Epididimis
(Sumber:http:// anatomi-dan-fisiologi-sistem reproduksi.html)
C. Vas Deferens
Vas Deferens merupakan lanjutan dari duktus epididimis. Vas Deferens merupakan saluran panjang dan juga lurus yang mengarah keatas dan berujung di kelenjar prostat. Vas deferens dilapisi oleh epitel yang agak rendah. Vas deferens tidak menempel pada testis dan ujung salurannya terdapat di dalam kelenjar prostat. Vas deferens berfungsi sebagai saluran tempat jalannya sperma dari epididimis menuju kantung semen atau vesikula seminalis.
Gambar 2.5. Vas deferens
(Sumber : Sumber:http:// anatomi-dan-fisiologi-sistem reproduksi.html)
D. Vas Ejakulatorius
Merupakan saluran pendek yang menghubungkan kantung semen dengan uretra. Saluran ini berfungsi untuk mengeluarkan sperma agar masuk kedalam uretra.
E. Urethra
Urethra merupakan saluran panjang terusan dari saluran ejakulasi. Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam penis. Uretra berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari kantung semen dan saluran untuk membuang urin dari kantung kemih.
Gambar 2.6. Uretra
(Sumber:http://anfis-mariapoppy.blogspot.com/2011/01/reproduksi-pria-1.html)
3. Kelenjar pada Organ Reproduksi Pria
Kelenjar yang terdapat pada organ reproduksi pria terdiri dari :
A. Vesikula Seminalis
Vesikula seminalis merupakan tempat untuk menampung sperma sehingga disebut sebagai kantung semen, berjumlah sepasang. Terdiri dari 2 saluran yang berkelok-kelok dengan panjang ±15 cm. Menghasilkan getah berwarna kekuningan yang kaya akan nutrisi bagi sperma dan bersifat alkali. Disimpan di dalam kelenjar dan dikeluarkan waktu ejakulasi oleh kontraksi otot polos. Berfungsi menetralkan asam dalam saluran reproduksi wanita. Tinggi sel vesikula seminalis dan derajat aktivitas proses sekresi tergantung pada testosterone.
Duktus ejakulatori
|
Vas deferen
|
Vesikula seminalis
|
Prostat
|
Uretra
|
Ampula
|
Gambar 2.7. Vesikula Seminalis
(Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Vesikula_seminalis)
B. Kelenjar Prostat
Kelenjar Prostat merupakan kelenjar yang terbesar dan menghasilkan getah putih yang bersifat asam yang dikeluarkan waktu ejakulasi. Kelenjar Prostat dibagi 3 struktur yaitu : mukosa, submukosa, dan kelenjar utama. Kelenjar utama menghasilkan sebagian besar volume sekresi prostat. Proses sekresi prostat juga tergantung pada testosteron.
Gambar 2.8. Kelenjar Prostat
(Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kelenjar Prostat)
C. Kelenjar Cowper’s / Cowpery / Bulbourethra
Kelenjar Cowpery ini merupakan kelenjar yang menghasilkan getah berupa lendir yang bersifat alkali yang terletak dibelakang ureta pars membranosa, sekretnya bermuara ke uretra dan mempunyai bentuk mukoid. Berfungsi untuk menetralkansuasana asam dalam saluran uretra.
Gambar 2.9. Kelenjar Cowper
(Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kelenjar Cowpery )
2.2. Sistem Reproduksi Wanita
Organ reproduksi pada wanita meliputi : organ genital internal dan organ genital eksternal.
1. Organ Genital Internal
Alat Genital pada bagian internal terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut :
A. Ovarium (Indung Telur)
Ovarium berjumlah sepasang dan terletak di rongga kiri dan kanan. Ovarium berbentuk lonjong dengan ukuran 7x2 cm. Permukaan ovarium fungsional berbenjol-benjol karena folikel-folikelnya. Ovarium diselubungi oleh kapsul pelindung dan mengandung beberapa folikel. Tiap folikel mengandung satu sel telur yang diselubungi oleh satu atau lebih lapisan sel folikel.
Bentuknya lonjong dan pada sayatan memanjang tampak adanya bagian korteks dan medula. Korteks merupakan daerah tepi yang lebar,mengandung folikel dan korpus luteum (corpora lutea), dan dibalut oleh epitel permukaan berbentuk kubus rendah. Stroma korteks berupa jaringan ikat longgar. Tunika albuginea tebal dan merupakan lapis yang langsung di bawah epitel permukaan. Medula merupakan bagian dalam yang mengandung saraf, banyak pembuluh darah dengan bentuk mengulir dan pembuluh limfe, terdiri dari jaringan ikat longgar dengan jalur otot polos, berlanjut dengan otot polos mesovarium. Rete Ovarii terdapat dalam medula, berbentuk jalinan saluran yang tidak teratur yang dibalut oleh epitel kubus atau tali sel-sel pekat. Rete tersebut dapat berdiferensiasi menjadi sel-sel folikel.
Ovarium memiliki 3 fungsi :
a. Memproduksi ovum
b. Memproduksi hormon estrogen
c. Memproduksi progesteron
Gambar 2.10. Ovarium
(Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/ Ovarium )
B. Tuba Uterina (Tuba Oviduktus)
Tuba uterina berjumlah sepasang. Saluran ini menghubungkan ovarium dengan rahim (uterus). Saluran ini debagi menjadi 4 bagian yaitu :
1. Fimbriae
Merupakan serabut/silia lembut yang terdapat di bagian pangkal ovarium berdekatan dengan ujung saluran oviduct. Berfungsi untuk menangkap sel ovum yang telah matang yang dikeluarkan oleh ovarium.
Gambar 2.11. Fimbriae
(Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/ Fimbriae)
2. Infundibulum
Merupakan bagian ujung oviduct yang berbentuk corong/ membesar dan berdekatan dengan fimbriae. Berfungsi menampung sel ovum yang telah ditangkap oleh fimbriae.
3. Ampula
Merupakan bagian dari tuba uterina yang melebar.
4. Isthmus
Bagian dari tuba uterina yang menyempit dan masuk ke uterus.
C. Uterus
Uterus merupakan organ yang tebal, berotot, bentuknya seperti buah pir, terletak di dalam pelvis antara rectum dibelakang dan kandung kemih didepan, ototnya disebut miometrium. Panjang uterus ±7,5 cm, tebal 2,5 cm, berat 50 gr. Pada rahim wanita yang belum menikah panjang uterus berkisar 5-8 cm, dan beratnya 30-60 gr. Uterus terdiri dari fundus uteri, korpus uteri,dan serviks porsio.
Dinding uterus terdiri dari :
1. Endometrium
Merupakan lapisan dalam dari uterus yang mempunyai arti penting dalam siklus haid, dengan ketebalan 28 mm. Di dalam rongga uterus, endometrium licin dan lunak, permukaannya mempunyai plak yang datar dan lebar. Di dalam kanalis servisis mukosanya lebih kasar dan mempunyai plikae palmatae dimana terletak kelenjar servisis yang mengeluarkan sumbat lender untuk ostium uteri. Mucus yang terdapat dalam lumen vagina berasal dari kelenjar-kelenjar serviks.
2. Miometrium
Tersusun dari lapisan otot. Tersusun sedemikian rupa sehingga dapat mendorong isinya keluar pada waktu persalinan. Sesudah plasenta keluar akan mengalami pengecilan sampai keukuran normal sebelumnya.
3. Lapisan serosa
Merupakan lapisan yang terdiri atas ligamentum yang menguatkan uterus, yaitu :
a. Ligamentum kardinale kiri dan kanan, mencegah uterus agar tidak turun.
b. Ligamentum sakro uterinum kiri dan kanan, menahan uterus supaya tidak banyak bergerak.
c. Ligamentum rotundum kiri dan kanan, menahan uterus agar tetap dalam keadaan antofleksi.
d. Ligamentum latum kiri dan kanan, ligamentum yang meliputi tuba.
e. Ligamentum infundibulo pelvikum, ligamentum yang menahan tuba fallopi.
Tuba Fallopi
|
Ovarium
|
Fundus uteri
|
Ligamen Ovarium
|
Gambar 2.12. Uterus
(Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/ Uterus)
D. Vagina
Vagina merupakan tabung yang dilapisi membran dari epitelium bergaris khusus yang dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya dari vestibulum sampai uterus 7,5 cm. Merupakan penghubung antara introitus vagina dan uterus. Dinding depan vagina 9 cm, lebih pendek dari dinding belakang.
Pada puncak vagina menonjol leher rahim yang disebut porsio. Bentuk vagina sebelah dalam berlipat-lipat dan disebut dengan rugae.
Dinding vagina memiliki tiga lapis: Tunika Mukosa-sub Mukosa,Tunika Muskularis,dan Tunika Adventisia atau Serosa. Mukosa vagina memiliki epitel pipih banyak lapis yang meningkat tebalnya selama praesterus dan esterus. Arteria dan pleksus venous pada vagina bercabang-cabang dari arteria pudenda interna dan arteria uterina. Pleksus venous yang ekstensif terdapat pada tunika serosa atau tunika adventisia dan pada jaringan ikat yang mempertautkan vagina dengan organ tubuh disekitarnya.
Gambar 2.13. Vagina
(Sumber : http://www.google.vagina.search+vagina)
2. Organ Genitalia Eksternal
Organ genital pada bagian eksternal meliputi :
A. Tundum
Mons veneris atau mons pubis adalah bagian menonjol di atas simfisis dan pada perempuan setelah pubertas ditututpi oleh rambut kemalauan. Pada perempuan umumnya batas atas rambut melintang sampai pinggir atas simfisis, sedangkan ke bawah sampai ke sekitar anus dan paha. Bagian ini terdiri dari jaringan lemak.
Gambar 2.14. Mons Pubis (Monsveneris)
(Sumber:http://mayuragreenpeas.files.wordpress.com/2012/04/clip_image00222.jpg)
B. Labia Mayora
Labia mayora (bibir-bibir besar) terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke bawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di mons veneris. Setelah perempuan melahirkan beberapa kali, labia mayora menjadi kurang menonjol dan pada usia lanjut mulai mengeriput.
C. Labia Minora
Labia minora (bibir- bibir kecil atau Nymphae) adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar. Ke depan kedua bibir kecil bertemu yang di atas klitoris membentuk preputium klitoridis. Kebelakang kedua bibir kecil juga bersatu dan membentuk Fossa navilulare. Fossa naviluare ini pada perempuan yang belum pernah bersalin tampak utuh, cekung seperti perahu. Pada perempuan yang pernah melahirkan kelihatan tebal dan tidak rata. Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak glandula sebasea ( kalenjar- kalenjar lemak) dan juga ujung- ujung saraf yang meneyebabkan bibir kecil sangat sensitif. Jaringan ikatnya mengandung banyak pembuluh darah dan beberapa otot polos yang menyebabkan bibir kecil ini dapat mengembang.
D. Klitoris (Kelentit)
Klitoris merupakan sebuah jaringan erektil kecil kira-kira sebesaar kacang hijau dimana dapat mengeras dan tegang (efektif) yang mengandung urat saraf.
E. Vestibulum (Serambi)
Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan ke belakang dan dibatasi di depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh labia minora dan di belakang oleh perineum (fourchette). Kurang lebih 1- 1,5 cm di bawah klitoris di temukan orifisium uretra eksternum (lubang kemih) berbentuk membujur 4 -5 mm dan tidak jarang sukar di temukan oleh karena tertutup oleh lipatan-lipatan selaput vagina. Tidak jauh dari lubang kemih, di kiri dan di kanan bawahnya, dapat dilihat dua ostia skene. Di kiri dan di kanan dekat fossa navikulare terdapat kalenjar bartolini. Kalenjar ini berukuran diameter lebih kurang 1 cm, terletak di bawah otot konstriktor kunni dan mempunyai saluran kecil panjang 1,5 – 2 cm yang bermuara di vestibulum, tidak jauh dari fossa navikulare. Pada koitus kalenjar bartholin mengeluarkan getah.
F. Himen (Selaput Dara)
Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar dari introitus vagina,ditengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar, letak mulut vagina pada bagian ini, bentuknya berbeda-beda ada yang seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan ada yang lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada pula yang dapat dilalui satu jari.
Menurut Frank H. Netter, MD dokter yang pernah menulis buku berjudul The Human Sexuality. Ada beberapa macam bentuk selaput dara yaitu :
1.Annular hymen, selaput melingkari lubang vagina
2. Septate hymen, selaput yang ditandai dengan lubang yang terbuka.
3. Cibriform hymen, selaput yang ditandai beberapa lubang terbuka tetapi lebih kecil dan jumlahnya lebih banyak.
4. Introitus
Gambar 2.15. Macam bentuk Hymen
(Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/ Uterus)
G. Perineum
Perineum terletak antar vulva dan anus, panjangnya rata- rata 4 cm. Jaringan yang mendukung perineum terutama diafragma pelvis dan diafragma urogenitalis. Perineum mendapat pasokan darah terutama dari arteria pudenda interna dan cabang- cabangnya. Persarafan perineum terutama oleh nervus pudendus dan cabang-cabangnya.
2.3. Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa. Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus dan diatur oleh hormon Gonadtotropin dan Testosterone. Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau spermatogonium, sel Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi makan spermatozoa sedangkan sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron.
Beberapa saat sebelum pubertas, tali benih berongga dan menjadi tubuli seminiferi kira-kira pada saat yang sama sel benih primordial berkembang menjadi spermatogonia, yang selanjutnya berdiferensiasi menjadi spermatid primer. Setelah melipatgandakan DNA-nya memasuki tahap profase yang berlangsung selama 16 hari, kemudian berkembang menjadi dua spermatid sekunder. Selanjutnya mulailah pembelahan pematangan menghasilkan dua spermatid yang mengandung 23 kromosom dan DNA.
Pada spermatogenesis, spermatid mengalami serangkaian perubahan yang menghasilkan pembentukan spermatozoa. Perubahan ini adalah :
1. Pembentukan akrosom lebih dari setengah permukaan inti
2. Pemekatan inti
3. Pembentukan leher, lempeng tengah dan ekor
4. Meluruhkan sebagian besar sitoplasma
Pada manusia, perubahan spermatogonium menjadi spermatozoa matang memerlukan waktu 72 hari. Spermiasi (Spermiation) adalah peristiwa pelepasan sperma matang dari sel sertoli ke lumen tubulus seminiferus selanjutnya ke epididimidis. Sperma belum memiliki kemampuan bergerak sendiri (non-motil). Sperma non motil ini di transpor dalam cairan testicular hasil sekresi sel Sertoli dan bergerak menuju epididimis karena kontraksi otot peritubuler. Sperma baru mampu bergerak dalam saluran epidimis namun pergerakan sperma dalam saluran reproduksi pria bukan karena motilitas sperma sendiri melainkan karena kontraksi peristaltik otot saluran.
Hormon - Hormon Yang Berperan Dalam proses Spermatogenesis
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon, diantaranya:
a. Kelenjer hipofisis menghasilkan hormon peransang folikel (Folicle Stimulating Hormon/FSH) dan hormon lutein (Luteinizing Hormon/LH).
b. LH merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.
c. FSH merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai spermatogenesis.
d. Hormon pertumbuhan, secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.
Sperma Dewasa
|
Spermatid
|
Spermatosit II
|
Spermatosit I
|
Spermatogonium
|
Primordial sel
|
(Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/ Spermatogenesis)
A. Tahap – Tahap Spermatogenesis :
1. Spermatogonium
Merupakan tahap pertama pada spermatogenesis yang dihasilkan oleh testis. Spermatogoium terbentuk dari 46 kromosom dan 2N kromatid.
2. Spermatosit Primer
Merupakan mitosis dari spermatogonium. Pada tahap ini tidak terjadi pembelahan. Spermatosit primer terbentuk dari 46 kromosom dan 4N kromatid.
3. Spermatosit Sekunder
Merupakan meiosis dari spermatosit primer. Pada tahap ini terjadi pembelahan secara meiosis. Spermatosit sekunder terbentuk dari 23 kromosom dan 1N kromatid.
4. Spermatid
Merupakan meiosis dari spermatosit sekunder. Pada tahap ini terjadi pembelahan secara meiosis yang kedua. Spermatid terbentuk dari 23 kromosom dan 1N kromatid.
5. Sperma
Merupakan diferensiasi atau pematangan dari spermatid. Pada tahap ini terjadi diferensiasi. Sperma terbentuk dari 23 kromosom dan 1N kromatid dan merupakan tahap sperma yang telah matang dan siap dikeluarkan.
B. Anatomi Spermatozoa
Spermatozoa memiliki empat bagian yaitu :
1. Kepala
Bentuk ini menentukan bentuk kepala spermatozoa dan tergantung pada spesies yang memang besar variasinya. Kutub anterior ini tertutup oleh tudung akrosom yang mengandung sejumlah enzim hidrolitik, misalnya hialurinidase, arilsulfatase, estarase tidak spesifik dan akrosin. Enzim-enzim tersebut diperlukan untuk menghancurkan kumulus ooforus dan zona pellucida agar spermatozoa dapat masuk ke sel telur untuk melakukan pembuahan. Bagian kaudal akrosom ditandai dengan penyempitan tudung dan kondensasi isinya. Ini merupakan segmen ekuator dari akrosom. Basis inti dikitari oleh selubung pasca akrosom yang terdiri dari fibroprotein yang kaya akan sulfur. Kedua segmen ekuator dan selubung pascaakrosom berperan dalam proses pembuahan.
2. Leher
Bagian leher relatif pendek dan sempit. Terletak antara kepala dan badan, terdiri dari sentriol yang terletak sentral dengan sembilan serabut tepi kasar tersusun memanjang, berlanjut dengan serabut luar pada badan spermatozoa.
3. Badan
Bagian badan dari sperma mengandung filament poros mitochondria dan sentriol belakang berbentuk cincin, sehingga sering disebut bagian badan ini sebagai tenaga pusat sperma karena mitokondria memiliki enzim yang menggerakkan asam trikakboksilat dan transport electron serta fosfolirasi oksidatif, yang menghasilkan energi dalam bentuk ATP.
4. Ekor
Ekor terbagi atas dua yaitu: Ekor Utama dan ujung Ekor. Ekor Utama merupakan bagian ekor spermatozoa yang paling panjang. Struktur kompleks filamen aksial mirip dengan bagian badan dan dikitari oleh kelanjutan serabut bagian badan. Serabutnya bervariasi menurut ukuran, bentuk dan memipih ke arah ujung ekor. Rusuk semisirkular struktur protein pada susunan mengulir melebur dengan dua serabut luar membentuk selubung fibrosa tepi yang khas untuk bagian ekor utama.
Ujung Ekor selubung fibrosa terminal menandai awal dari ujung ekor yang hanya mengandung kompleks filamen aksial. Ekor ini mengandung banyak sekali filament poros / flagellum tetapi sedikit mengandung sitoplasma.terdapat 2 sentriol terletak di bagian tengah dari. Fibril-fibril yang seperti cilia tersebar dalam ekor dan dikelilingi oleh cincin yang terdiri dari 9 pasangan fibril perifer. Fibril ini berfungsi menimbulkan gerakan ekor sperma.
Gambar 2.17. Anatomi Spermatozoa
(http://id.wikipedia.org/wiki/ Anatomi Spermatozoa)
2.4. Oogenesis
Oogenesis merupakan proses pembentukan dan perkembangan sel ovum. Proses oogenesis dipengaruhi oleh beberapa hormon yaitu :
a. Hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel folikel di sekitar ovum
b. Hormon Estrogen yang berfungsi merangsang sekresi hormon LH
c. Hormon LH yang berfungsi merangsang terjadinya ovulasi
d. Hormon Progesteron yang berfungsi untuk menghambat sekresi FSH dan LH
Oogonia mengalami sejumlah pembelahan mitosis, dan menjelang bulan ketiga tersusun dalam kelompok – kelompok yang dikelilingi selapis sel epitel gepeng. Sebagian besar oogonia membelah terus dengan mitosis, beberapa diantaranya berdiferensiasi menjadi oosit primer yang lebih besar. Pada bulan berikutnya jumlah oogoni meningkat dengan cepat, dan menjelang bulan kelima dari perkembangannya jumlah seluruh benih dalam ovarium mencapai 7.000.000.
Jumlah oosit primer pada waktu lahir sekitar 700.000 - 2.000.000. Selama masa anak – anak, dalam perkembangannya oosit menjadi atritik dan hanya tinggal 400.000 menjelang permulaan pubertas. Memasuki pubertas, sejumlah folikel primordial mulai mencapai kematangan pada setiap daur ovarium atau oogenesis. Segera setelah folikel matang, oosit primer melanjutkan pembelahan miosis pertamanya membentuk dua sel yang tidak sama besar, yang masing- masing dengan 23 kromosom dan 2n DNA. Satu sel, oosit sekunder menerima seluruh sitoplasma,yang lain badan kutub pertama, praktis tidak memperoleh sitoplasma. Badan kutub pertama terletak diantara zona pelusida dan selaput sel oosit sekunder. Setelah pembelahan pematangan pertama selesai dan sebelum inti oosit sekunder pada masa istirahat, sel memasuki pembelahan pematangan kedua tanpa melipatgandakan DNA. Pada saat oosit sekunder menampakkan pembentukan kumparan, badan kutub juga membelah, dan terjadilah ovulasi dan oosit dikeluarkan dari ovarium.
Selama 28 hari sekali sel ovum dikeluarkan oleh ovarium. Sel telur ini telah matang. Selama hidupnya seorang wanita dapat menghasilkan 400 buah sel ovum setelah masa menopause . Sehingga siklus menstruasi akan berhenti pada usia 45 – 50 tahun.
Gambar 2.18. Proses Oogenesis
(Sumber : http://www.google.com/ search?q=oogenesis mozilla: en-US:urificeae)
2.5 Ovulasi
Ovulasi pada wanita terjadi pada hari ke 14 dari siklus normal seksual 28 hari. Sesaat sebelum ovulasi, dinding luar folikel yang menonjol akan membengkak dengan cepat dan daerah kecil pada bagian tengah kapsul yang disebut stigma akan menonjol seperti puting. Dalam waktu 30 menit kemudian, cairan mulai mengalir dari folikel melalui stigma. Sekitar 2 menit kemudian folikel menjadi lebih kecil karena kehilangan cairannya, stigma akan robek cukup besar dan cairan yang lebih kental yang terdapat di bagian tengah folikel mengalami evaginasi. Cairan kental ini membawa ovum bersamanya yang dikelilingi oleh beratus-ratus sel granulosa kecil yang disebut korona radiata atau sel kumulus.
Setelah ovulasi maka sel ovum akan mengalami 2 kemungkinan yaitu :
a. Tidak terjadi fertilisasi maka sel ovum akan mengalami menstruasi yaitu luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi bersamaan dengan dinding endometrium yang robek.. Terjadi secara siklus / periodik. Mempunyai kisaran waktu tiap siklus sekitar 28 – 35 hari setiap bulannya.
b. Mengalami fertilisasi
Siklus menstruasi terdiri dari 4 fase yaitu :
1. Fase Menstruasi
Peristiwa luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi bersamaan dengan dinding endometrium yang robek. Dapat juga diakibatkan karena berhentinya sekresi hormon estrogen dan progesteron sehingga kandungan hormon dalam darah menjadi tidak ada.
2. Fase Proliferasi / Fase Folikuler
Fase ini ditandai dengan menurunnya hormon progesteron sehingga memacu kelenjar hipofisis untuk mensekresikan FSH dan merangsang folikel dalam ovarium serta dapat membuat hormon estrogen diproduksi kembali. Sel folikel berkembang menjadi folikel de graaf yang masak dan menghasilkan hormon estrogen yang merangsangnya keluar LH dari hipofisis. Estrogen dapat menghambat sekresi FSH tetapi dapat memperbaiki dinding endometrium yang robek.
3. Fase Ovulasi/ Fase Luteal
Ovulasi merupakan proses pelepasan sel telur yang telah matang dari ovarium dan kemudian berjalan menuju tuba fallopi untuk di buahi. Pada saat mendekati fase ovulasi atau mendekati hari ke-14 terjadi perubahan produksi hormon. Peningkatan kadar estrogen selama fase pra-ovulasi menyebabkan reaksi umpan balik negatif atau penghambatan terhadap pelepasan FSH lebih lanjut dari hipofisis. Penurunan konsentrasi FSH menyebabkan hipofisis melepaskan LH. Dan LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf. Pada saat inilah disebut ovulasi dan umumnya ovulasi terjadi pada hari ke-14. Sel ovum yang matang akan meninggalkan folikel dan folikel akan mengerut dan berubah menjadi corpus luteum berfungsi untuk menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi untuk mempertebal dinding endometrium yang kaya akan pembuluh darah.
4. Fase Pasca Ovulasi
Proses pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28. Namun, bila sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikan. Korpus albikan memiliki kemampuan produksi estrogen dan progesteron yang rendah, sehingga konsentrasi estrogen dan progesteron akan menurun. Pada kondisi ini, hipofisis menjadi aktif untuk melepaskan FSH dan selanjutnya LH, sehingga fase pasca-ovulasi akan tersambung kembali dengan fase menstruasi berikutnya.
Gambar 2.19. Siklus Menstruasi
(Sumber : http://www.google.com/ search?q=siklus+menstruasi=mozilla: en-US:urificeae)
Gambar 2.20. Grafik Siklus Menstruasi
(Sumber : http://www.google.com/ search?q=siklus+menstruasi=mozilla: en-US)
2.6. Fertilisasi
Fertilisasi peleburan dua gamet yang dapat berupa nukleus atau sel-sel bernukleus untuk membentuk sel tunggal (zigot) atau peleburan nukleus. Biasanya melibatkan penggabungan sitoplasma (plasmogami) dan penyatuan bahan nukleus (kariogami). Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum dibuahi oleh sperma. Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder memasuki oviduk. Namun, pada fertilisasi mencakup 3 fase :
Fase I : Penembusan korona radiata
Dari 200-300 juta spermatozoa yang dicurahkan ke dalam saluran kelamin wanita, hanya 300-500 yang mencapai tempat pembuahan. Hanya satu diantaranya yang diperlukan untuk pembuahan, dan diduga bahwa sperma-sperma lainnya membantu sperma yang akan membuahi untuk menembus sawar-sawar yang melindungi gamet wanita. Sperma yang mengalami kapasitasi dengan bebas menembus sel korona.
Fase 2 : Penembusan zona pelusida
Zona pelusida adalah sebuah perisai glikoprotein di sekeliling telur yang mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi reaksi akrosom. Pelepasan enzim-enzim akrosom memungkinkan sperma menembus zona pelusida, sehingga akan bertemu dengan membrane plasma oosit. Permeabilitas zona pelusida berubah ketika kepala sperma menyentuh permukaan oosit. Hal ini mengakibatkan pembebasan enzim-enzim lisosom dari granul-granul korteks yang melapisi membrane plasma oosit. Pada gilirannya, enzim-enzim ini menyebabkan perubahan sifat zona pelusida (reaksi zona) untuk menghambat penetrasi sperma dan membuat tak aktif tempat tempat reseptor bagi spermatozoa pada permukaan zona yang spesifik spesies. Spermatozoa lain ternyata bisa menempel di zona pelusida tetapi hanya satu yang menembus oosit.
Fase 3 : Penyatuan oosit dan membrane sel sperma
Segera setelah spermatozoa menyentuh membrane sel oosit, kedua selaput plasma sel tersebut menyatu. Karena selaput plasma yang menbungkus kepala akrosom telah hilang pada saat reaksi akrosom, penyatuan yang sebenarnya terjadi adalah antara selaput oosit dan selaput yang meliputi bagian belakang kepala sperma.
Setelah spermatozoa memasuki oosit, sel telur menanggapinya dengan 3 cara yang berbeda :
1. Reaksi kortikal dan zona :
a. Selaput oosit tidak dapat ditembus lagi oleh spermatozoa lain
b. Zona pelusida mengubah struktur dan komposisinya untuk mencegah penambatan dan penetrasi sperma dengan cara ini terjadinya polispermi dapat dicegah.
2. Melanjutkan pembelahan meiosis kedua. Oosit menyelesaikan pembelahan meiosis keduanya segera setelah spermatozoa masuk. Salah satu dari sel anaknya hampir tidak mendapatkan sitoplasma dan dikenal sebagai badan kutub kedua, sel anak lainnya adalah oosit definitive. Kromosomnya (22+X) tersusun di dalam sebuah inti vesikuler yang dikenal sebagai pronukleus wanita.
3. Penggiatan metabolic sel telur. Factor penggiat dibawa oleh spermatozoa. Penggiatan setelah penyatuan diperkirakan untuk mengulangi kembali peristiwa permulaan seluler dan molekuler yang berhubungan dengan awal embriogenesis.
Sementara itu, spermatozoa bergerak maju terus hingga dekat sekali dengan pronukleus wanita. Intinya membengkak dan membentuk pronukleus pria sedangkan ekornya terlepas dan berdegenerasi. Secara morfologis, pronukleus wanita dan pria tidak dapat dibedakan dan sesudah itu mereka saling rapat erat dan kehilangan selaput inti mereka. Salama masa pertumbuhan, baik pronukleus wanita maupun pria (keduanya haploid) harus menggandakan DNA-nya. Jika tidak, masing-masing sel dalam zigot tahap 2 sel tersebut akan mempunyai DNA separuh dari jumlah DNA normal. Segera sesudah sintesis DNA, kromosom tersusun dalam gelendong untuk mempersiapkan pembelahan mitosis yang normal. 23 kromosom ibu dan 23 kromosom ayah membelah memanjang pada sentromer, dan kromatid-kromatid yang berpasangan tersebut saling bergerak kea rah kutub yang berlawanan, sehingga menyiapkan sel zigot yang masing-masing mempunyai jumlah kromosom dan DNA yang normal. Sementara kromatid-kromatid berpasangan bergerak kearah kutub yang berlawanan, muncullah satu alur yang dalam pada permukaan sel, berangsur-angsur membagi sitoplasma menjadi 2 bagian.
Gambar 2.21. Fertilisasi
(Sumber : http://www.google.com/ search?q=Proses+fertilisasi+ mozilla: en-US)
Tahapan waktu dalam Fertilisasi :
1. Beberapa jam setelah fertilisasi zigot akan membelah secara mitosis menjadi 2 sel, 4 sel, 8 sel dan 16 sel.
2. Pada hari ke-3 atau ke- 4 terbentuk kelompok sel yang disebut morula. Morula akan berkembang menjadi blastula. Rongga blastosoel berisi cairan dari tuba fallopi dan membentuk blastosit. Lapisan dalam blastosit membentuk inner cell mass. Blastosit dilapisi oleh throphoblast (lapisan terluar blastosit) yang berfungsi untuk menyerap makanan dan merupakan calon tembuni/plasenta/ari-ari. Blastosit akan bergerak menuju uterus dengan waktu 3 - 4 hari.
3. Pada hari ke – 6 setelah fertilisasi trophoblast akan menempel pada dinding uterus/ proses implantasi dan akan mengeluarkan hormon HCG (Gonadotropic Chorionik Hormone). Hormon ini melindungi kehamilan dengan menstimulasi produksi hormon progesteron dan estrogen sehingga mencegah menstruasi.
4. Pada hari ke – 12 setelah fertilisasi embrio telah kuat menempel pada dinding uterus.
5. Dilanjutkan dengan fase gastrula, yaitu hari ke – 21 plasenta akan terus berkembang dari trophoblast. Mulai terbentuk 3 lapisan dinding embrio. Lapisan dinding embrio inilah yang akan berdiferensiasi menjadi organ-organ tubuh. Organ tubuh akan berkembang semakin sempurna seiring bertambahnya usia kandungan.
2.7. Kehamilan Dan Persalinan
Setelah terjadinya fertilisasi, di mana satu sel sperma telah mencapai membran ovum, maka akan terjadi fusi antara sperma dan sel ovum, dan memulai pengurangan potensial membran ovum yang mencegah polispermi. Perubahan ini diikuti dengan perubahan struktur zona pelusida untuk memberi perlindungan terhadap polispermi dalam jangka waktu lama. Fusi membran sel sperma dan ovum mengaktivasi sel dan perkembangan embrio dimulai.
Embrio yang sedang berkembang (blastokista) bergerak menuju uterus (memerlukan waktu 5 hari untuk menuju uterus dari tuba fallopi), kemudian tertanam dalam mukosa endometrium yang biasanya terletak di bagian posterior atau anterior dari kavum uteri. Setelah berkontak dengan endometrium, blastokista dikelilingi oleh sel multi inti tanpa batas yang disebut sinsisitrofoblas, dan lapisan dalam disebut sititrofoblas. Siinsistritofoblas mengerosi endometrium membentuk lubang dan blastokista tertanam. Memerlukan waktu 3 hari untuk blastokista tertanam dengan sempurna.
Kemudian embrioblas membentuk ruangan diatas dan dibawah embrio yang disebut “Yolk Sac” dan “Amniotic Sac”. Amniotic sac dan embrio berkembang terus, yang disebut dengan fetus. Setelah 3 bulan ruang amnion berisi cairan amnion yang jumlahnya sekitar 1 liter pada akhir kehamilan. Fetus terapung dalam cairan yang hanya dihubungkan dengan tali pusat.
Lama kehamilan manusia rata-rata 270 hari dari fertilisasi (284 hari dari hari pertama haid yang mendahului konsepsi). Persalinan segera dimulai setelah kadar hormon korpus luteum menurun dan hormon folikuler dalam darah meningkat.
Hormon-hormon yang berperan dalam Kehamilan :
a. Progesteron dan estrogen
Merupakan hormon yang berperanan dalam masa kehamilan 3-4 bulan pertama masa kehamilan. Setelah itu fungsinya diambil alih oleh plasenta. Hormon estrogen makin banyak dihasilkan seiring dengan bertambahnya usia kandungan karena fungsinya yang merangsang kontraksi uterus. Sedangkan hormon progesterone semakin sedikit karena fungsinya yang menghambat kontraksi uterus.
b. Prolaktin
Merupakan hormon yang disekresikan oleh plasenta dan berfungsi untuk memacu glandula mamae untuk memproduksi air susu. Serta untuk mengatur metabolisme tubuh ibu agar janin (fetus) tetap mendapatkan nutrisi.
c. HCG (hormon chorionic gonadotrophin)
Merupakan hormon untuk mendeteksi adanya kehamilan. Bekerja padahari ke-8 hingga minggu ke-8 pada masa kehamilan. Hormon ini ditemukan pada urine wania pada uji kehamilan.
d. Hormon oksitosin
Merupakan hormon yang berperan dalam kontraksi uterus menjelang persalianan.
Persalinan berlangsung dalam 2 fase. Kedua fase tersebut ialah : fase pembukaan dan fase pegeluaran. Selama fase pembukaan, jaringan lunak yang sebelumnya bekerja sama menutup saluran genital berubah menjadi “terowongan luas”. Jaringan lunak, yang siap dilewati bayi dengan tubuh menekuk dan tungkai saling menyilang. Kontraksi uterus yang berulang, sehingga terbentuk kantung amnion yang terletak didepan kepala bayi. Kantung ini keluar mendahului bayi melalui jalan lahir dan dilatasi elastic jaringan lunak yang selama kehamilan menjadi kendur karena infiltrasi cairan. Menjelang akhir periode dilatasi servik, membran menjadi robek dan liquor amnii mengalir keluar dan kontraksi persalinan berulang dengan interval pendek. Pengeluaran selanjutnya secara terperinci terdiri dari aktivitas terkoordinasi yang meliputi beberapa struktur.
Mekanisme persalinan dengan posisi oksipito – posterior : pada primipara kepala bayi desenden masuk ke pintu panggul pada akhir kehamilan, sedangkan pada multipara kepala bayi masuk pelvis bersamaan dengan permulaan persalinan. Jalan lahir dibentuk oleh tulang panggul dan jaringan lunak uteri vagina dan dasar panggul.
Hormon yang berperan dalam Persalinan :
1. Relaksin : Merupakan hormon yang mempengaruhi peregangan otot simfisis pubis
2. Estrogen : Merupakan hormon yang mempengaruhi hormon progesteron yang menghambat kontraksi uterus.
3. Oksitosin : Merupakan hormon yang mempengaruhi kontraksi dinding uterus.
2.8. Kelenjar Mamae
Kelenjar Mamae merupakan kelenjar kulit khusus yang terletak di dalam jaringan bawah kulit (subkutan). Kelenjar ini merupakan modifikasi kelenjar keringat dan bergetah tipe apokrin. Pertumbuhannya sangat sedikit pada laki-laki maupun perempuan. Saat pubertas pada perempuan kelenjar ini tumbuh pesat dan pada anak laki-laki tidak terjadi pertumbuhan lagi.
1. Struktur Kelenjar Mamae
Setiap payudara merupakan elevasi dari jaringan glandular dan adipose yang tertutup kulit pada dinding anterior dada. Payudara terletak diatas otot pektoralis mayor dan melekat pada otot tersebut melalui selapis jaringan ikat. Variasi ukuran payudara bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan jaringan ikat dan bukan pada jumlah glandular aktual.
a. Jaringan glandular terdiri dari 15 sampai 20 lobus mayor, setiap lobus dialiri duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus lakteferus (ampula).
b. Lobus-lobus dikelilingi jaringan adipose dan dipisahkan oleh ligamen suspensorium cooper (berkas jaringan ikat fibrosa).
c. Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobulus, setiap lobulus kemudian bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di alveoli sekretori.
d. Puting memiliki kulit berpigmen dan berkerut membentang keluar sekitar 1 cm sampai 2 cm untuk membentuk aerola.
2. Suplai darah dan aliran cairan limfatik payudara
a. Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri mammaria internal, yang merupakan cabang arteri subklavia. Konstribusi tambahan berasal dari cabang arteri aksilari toraks. Darah dialirkan dari payudara melalui vena dalam dan vena supervisial yang menuju vena kava superior.
b. Aliran limfatik dari bagian sentral kelenjar mammae, kulit, puting, dan aerola adalah melalui sisi lateral menuju aksila. Dengan demikian, limfe dari payudara mengalir melalui nodus limfe aksilar
Gambar 2.22. Anatomi Kelenjar Mamae
(Sumber : http ://www.google.com)
Payudara wanita mengalami tiga jenis perubahan yang dipengaruhi oleh hormon. Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas sampai menopause. Sejak pubertas, estrogen dan progesteron menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya sinus. Perubahan kedua, sesuai dengan daur haid. Beberapa hari sebelum haid, payudara akan mengalami pembesaran maksimal, tegang, dan nyeri. Oleh karena itu pemeriksaan payudara tidak mungkin dilakukan pada saat ini. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Saat hamil payudara akan membesar akibat proliferasi dari epitel duktus lobul dan duktus alveolus, sehingga tumbuh duktus baru.
Adanya sekresi hormon prolaktin memicu terjadinya laktasi, dimana alveolus menghasilkan ASI dan disalurkan ke sinus kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu. Susu dihasilkan di dalam sel – sel epitel bagian kelenjar sekretoris ditimbun didalam lumen dan duktus laktiferus.
Kandungan Air Susu Ibu
Susu manusia mengandung air sebanyak 87.5%, 4% lipid, 1,5% protein, dan 7% laktosa. Komposisi Air Susu Ibu :
1. Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir 2 kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada susu sapi atau susu formula. Namun demikian angka kejadian diare yang disebabkan karena tidak dapat mencerna laktosa (intoleransi laktosa) jarang ditemukan pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini disebabkan karena penyerapan laktosa ASI lebih baik dibanding laktosa susu sapi atau susu formula. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Sesudah melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil.
2. Protein
Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri dari protein whey dan Casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein Casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah protein Casein yang terdapat dalam ASI hanya 30% dibanding susu sapi yang mengandung protein ini dalam jumlah tinggi (80%). Disamping itu, beta laktoglobulin yaitu fraksi dari protein whey yang banyak terdapat di protein susu sapi tidak terdapat dalam ASI. Beta laktoglobulin ini merupakan jenis protein yang potensial menyebabkan alergi.
Kualitas protein ASI juga lebih baik dibanding susu sapi yang terlihat dari profil asam amino (unit yang membentuk protein). ASI mempunyai jenis asam amino yang lebih lengkap dibandingkan susu sapi. Salah satu contohnya adalah asam amino taurin; asam amino ini hanya ditemukan dalam jumlah sedikit di dalam susu sapi.
Taurin diperkirakan mempunyai peran pada perkembangan otak karena asam amino ini ditemukan dalam jumlah cukup tinggi pada jaringan otak yang sedang berkembang. Taurin ini sangat dibutuhkan oleh bayi prematur, karena kemampuan bayi prematur untuk membentuk protein ini sangat rendah.
ASI juga kaya akan nukleotida (kelompok berbagai jenis senyawa organik yang tersusun dari 3 jenis yaitu basa nitrogen, karbohidrat, dan fosfat) dibanding dengan susu sapi yang mempunyai zat gizi ini dalam jumlah sedikit. Disamping itu kualitas nukleotida ASI juga lebih baik dibanding susu sapi. Nukleotida ini mempunyai peran dalam meningkatkan pertumbuhan dan kematangan usus, merangsang pertumbuhan bakteri baik dalam usus dan meningkatkan penyerapan besi dan daya tahan tubuh.
3. Lemak
Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi dan susu formula. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Terdapat beberapa perbedaan antara profil lemak yang ditemukan dalam ASI dan susu sapi atau susu formula. Lemak omega 3 dan omega 6 yang berperan pada perkembangan otak bayi banyak ditemukan dalam ASI. Disamping itu ASI juga mengandung banyak asam lemak rantai panjang diantaranya asam dokosaheksanoik (DHA) dan asam arakidonat (ARA) yang berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan retina mata.
Susu sapi tidak mengadung kedua komponen ini, oleh karena itu hampir terhadap semua susu formula ditambahkan DHA dan ARA ini. Tetapi perlu diingat bahwa sumber DHA & ARA yang ditambahkan ke dalam susu formula tentunya tidak sebaik yang terdapat dalam ASI. Jumlah lemak total di dalam kolostrum lebih sedikit dibandingkan ASI matang, tetapi mempunyai persentasi asam lemak rantai panjang yang tinggi.
ASI mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang dibanding susu sapi yang lebih banyak mengandung asam lemak jenuh. Seperti kita ketahui konsumsi asam lemah jenuh dalam jumlah banyak dan lama tidak baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah.
4. Karnitin
Karnitin ini mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. ASI mengandung kadar karnitin yang tinggi terutama pada 3 minggu pertama menyusui, bahkan di dalam kolostrum kadar karnitin ini lebih tinggi lagi. Konsentrasi karnitin bayi yang mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu formula.
5. Vitamin
a. Vitamin K
Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor pembekuan. Kadar vitamin K ASI hanya seperempatnya kadar dalam susu formula. Bayi yang hanya mendapat ASI berisiko untuk terjadi perdarahan, walapun angka kejadian perdarahan ini kecil. Oleh karena itu pada bayi baru lahir perlu diberikan vitamin K yang umumnya dalam bentuk suntikan.
b. Vitamin D
Seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit vitamin D. Hal ini tidak perlu dikuatirkan karena dengan menjemur bayi pada pagi hari maka bayi akan mendapat tambahan vitamin D yang berasal dari sinar matahari. Sehingga pemberian ASI eksklusif ditambah dengan membiarkan bayi terpapar pada sinar matahari pagi akan mencegah bayi menderita penyakit tulang karena kekurangan vitamin D.
c. Vitamin E
Salah satu fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel darah merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan terjadinya kekurangan darah (anemia hemolitik). Keuntungan ASI adalah kandungan vitamin E nya tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal.
d. Vitamin A
Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. ASI mengandung dalam jumlah tinggi tidak saja vitamin A dan tetapi juga bahan bakunya yaitu beta karoten. Hal ini salah satu yang menerangkan mengapa bayi yang mendapat ASI mempunyai tumbuh kembang dan daya tahan tubuh yang baik.
Vitamin yang larut dalam air
Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B, asam folat, vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu dengan gizi kurang. Karena vitamin B6 dibutuhkan pada tahap awal perkembangan sistim syaraf maka pada ibu yang menyusui perlu ditambahkan vitamin ini. Sedangkan untuk vitamin B12 cukup di dapat dari makanan sehari-hari, kecuali ibu menyusui yang vegetarian.
6. Mineral
Tidak seperti vitamin, kadar mineral dalam ASI tidak begitu dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi ibu dan tidak pula dipengaruhi oleh status gizi ibu. Mineral di dalam ASI mempunyai kualitas yang lebih baik dan lebih mudah diserap dibandingkan dengan mineral yang terdapat di dalam susu sapi.
Mineral utama yang terdapat di dalam ASI adalah kalsium yang mempunyai fungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan saraf dan pembekuan darah. Walaupun kadar kalsium ASI lebih rendah dari susu sapi, tapi tingkat penyerapannya lebih besar. Penyerapan kalsium ini dipengaruhi oleh kadar fosfor, magnesium, vitamin D dan lemak. Perbedaan kadar mineral dan jenis lemak diatas yang menyebabkan perbedaan tingkat penyerapan. Kekurangan kadar kalsium darah dan kejang otot lebih banyak ditemukan pada bayi yang mendapat susu formula dibandingkan bayi yang mendapat ASI.
Kandungan zat besi baik di dalam ASI maupun susu formula keduanya rendah serta bervariasi. Namun bayi yang mendapat ASI mempunyai risiko yang lebih kecil utnuk mengalami kekurangan zat besi dibanding dengan bayi yang mendapat susu formula. Hal ini disebabkan karena zat besi yang berasal dari ASI lebih mudah diserap, yaitu 20-50% dibandingkan hanya 4 -7% pada susu formula. Keadaan ini tidak perlu dikuatirkan karena dengan pemberian makanan padat yang mengandung zat besi mulai usia 6 bulan masalah kekurangan zat besi ini dapat diatasi.
Mineral zinc dibutuhkan oleh tubuh karena merupakan mineral yang banyak membantu berbagai proses metabolisme di dalam tubuh. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan mineral ini adalah acrodermatitis enterophatica dengan gejala kemerahan di kulit, diare kronis, gelisah dan gagal tumbuh. Kadar zincASI menurun cepat dalam waktu 3 bulan menyusui. Seperti halnya zat besi kandungan mineral zink ASI juga lebih rendah dari susu formula, tetapi tingkat penyerapan lebih baik. Penyerapan zinc terdapat di dalam ASI, susu sapi dan susu formula berturut-turut 60%, 43-50% dan 27-32%. Mineral yang juga tinggi kadarnya dalam ASI dibandingkan susu formula adalah selenium, yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan cepat.
Pada bulan ketiga atau keempat kehamilan, kelenjar mamae mulai mensintesis dan menyimpan cairan kuning yang disebut kolostrum, dalam jumlah yang sedikit. Kolostrum akan menjadi makanan yang pertama bagi bayi. Kolostrum mengandung banyak antibodi ibu yang akan membantu bayi dari infeksi. Selain itu, banyak mengandung protein yang dapat mencegah diare.
Berikut tabel beberapa zat yang dikandung Kolostrum dan ASI
No.
|
Kandungan
|
Manfaat
|
1.
|
Kolostrum
·
Immunoglobulin A
·
Protein, Vitamin A, Karbohidrat, dan Lemak
|
Zat kekebalan untuk melindungi bayi dan berbagai penyakit terutama
diare.
Sesuai kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
|
2.
|
ASI
·
Taurin
·
Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid
(AA)
·
Immunoglobulin A (Ig.A)
·
Laktoferin
·
Lisozim
·
Sel Darah Putih
·
Faktor bifidus
|
Asam amino, berfungsi sebagai neurotransmitter dan proses pematangan
otak.
Asam lemak tak jenuh rantai panjang untuk pembentukan sel-sel otak yang
optimal. Dapat dibentuk oleh tubuh dari substansi pembentuknya (precursor),
yaitu masing-masing dari omega 3 (asam linoleat) dan omega 6 (Asam lonoleat)
Ig.A tidak diserap,tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E.coli dan berbagai virus pencernaan.
Sejenis protein komponen zat kekebalan tubuh
Enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri E.coli danSalmonella serta virus.
Pada Asi 2 minggu pertama terdapat lebih dari 4000 sel/mL. Terdiri atas
3 macam yaitu : Bronchus Asociated
Lympocyte Tissue (BALT)/
antibodi pernapasan ; Gut Asociated
Lympocyte Tissue (GALT) / antibodi saluran pernapasan dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT)
/ antibodi jaringan payudara ibu.
Menunjang pertumbuhan bakteri Lactobacillus
bifidus yang menjaga flora usus bayi.
|
Tabel 2.1. Perbedaan Kandungan ASI dan Kolostrum
2.9. Menopause
Menopause merupakan siklus haid pertama (menarche) folikel-folikel do ovarium tinggal 400.000, hanya tinggal 400 – 500 oosit yang sempat di ovulasi dalam perjalanan kehidupan reproduksi normal, yang lain mengalami atresia kontinyu sehingga jumlah tersebut diovulasikan selama 28 – 30 tahun. Sesudah itu akan mengalami menopause (berhenti haid) dan terjadi pada usia 45 – 50 tahun.
Menopause didefinisikan sebagai waktu dimana seorang perempuan tidak mengalami menstruasi lagi. Wanita dinyatakan menopause jika selama masa pramenopause dalam kurun waktu satu tahun haid tidak lagi muncul.
Tahap-tahap menopause :
a. Pramenopause (perimenopause)
Perimenopause adalah masa sekitar menopause, sejak awal menopause dimana tanda klinik dari menopause mulai tampak sampai tahun pertama setelah menopause terjadi. Dahulu digunakan istilah klimaterium untuk menjabarkan perimenopause tetapi untuk mencegah keracuan istilah maka klimaterium tidak dipake lagi.
Premenopause adalah seluruh periode produktif sebelum menopause terjadi. Merupakan awal kemunculan menopause. Pada masa ini menstruasi masih berlangsung, hormon mulai menurun, perdarahan tidak teratur dapat berupa oligomenore, polimenore, atau hipermenore. Masa ini berlangsung sekitar 4-5 tahun. Kehamilan dapat terjadi pada 12 bulan sebelum benar-benar dapat dipastikan menopause tiba.
b. Menopause
Pada tahap ini menstruasi masih berlangsung, sel telur masih diproduksi dari ovarium hanya saja tidak teratur dan tidak dapat diprediksi. Tingkat kesuburan menurun, namun masih ada kemungkinan terjadi kehamilan walau kemungkinan sangat kecil.
c. Postmenopause
Paska menopause adalah periode sejak menopause terjadi baik secara alamiah ataupun induksi. Postmenopause terjadi setelah 1 tahun periode menopause. Ovarium sangat sedikit memproduksi hormon estrogen dan bahkan tidak memproduksi progesteron atau sel telur sama sekali.
Mekanisme menopause
Menopause ditandai dengan pembentukan hormon estrogen dan progesteron dari ovarium wanita yang berkurang, ovarium berhenti “melepaskan” sel telur sehingga aktifitas menstruasi berkurang dan akhirnya berhenti sama sekali.
Secara normal wanita mengalami menopause pada usia antara usia sekitar menopause akhir 40-an dan awal 50-an dan akan mengalami perubahan-perubahan didalam tubuhnya seiring degan bertambahnya usia. Dengan bertambahnya usia, ovarium menjadi kurang tanggap terhadap ransangan oleh LH (Luteinising hormone) dan FSH (Follice stimulating hormone) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior. Akhibatnya ovarium melepaskan lebih sedikit estrogen dan progesteron dan pada akhirnya proses ovulasi berhenti.
Terjadinya menopause dipicu oleh perubahan hormon merupakan zat dalam tubuh. Hormon merupakan zat kimia yang di hasilkan oleh kelenjar-kelenjar tertentu dalam tubuh dan efeknya mempengaruhi kerja alat-alat tubuh yang lain.
Seperti diketahui ada tiga macam hormon penting yang diproduksi ovarium, yaitu estrogen, progesteron, dan testosteron, dimana setelah mencapai menopause hormon-hormon ini tidak diproduksi.
2.10. Kelainan / Penyakit pada Sistem Reproduksi
Gangguan Kelainan pada Alat Reproduksi Pria dan Wanita dapat mengalami gangguan, baik disebabkan oleh kelainan maupun penyakit. Penyakit pada sistem reproduksi manusia dapat disebabkan juga oleh virus ataupun bakteri. Penyakit yang menyerang sistem reproduksi manusia dinamakan juga penyakit kelamin. Pada umumnya, penyakit kelamin ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit tersebut dapat menyerang pria maupun wanita.
1. Hipogonadisme
Hipogonadisme adalah penurunan fungsi testis yang disebabkan oleh gangguan interaksi hormon, seperti hormon androgen dan testoteron. Gangguan ini menyebabkan infertilitas, impotensi dan tidak adanya tanda-tanda kepriaan. Penanganan dapat dilakukan dengan terapi hormon.
2. Kriptorkidisme
Kriptorkidisme adalah kegagalan dari satu atau kedua testis untuk turun dari rongga abdomen ke dalam skrotum pada waktu bayi. Hal tersebut dapat ditangani dengan pemberian hormon human chorionic gonadotropin untuk merangsang terstoteron. Jika belum turun juga, dilakukan pembedahan.
3. Prostatitis
Prostatitis adalah peradangan prostat yang sering disertai dengan peradangan pada uretra. Gejalanya berupa pembengkakan yang dapat menghambat uretra sehingga timbul rasa nyeri bila buang air kecil. Penyebabnya dapat berupa bakteri, seperti Escherichia coli maupun bukan bakteri.
4. Kanker prostat
Gejala kanker prostat mirip dengan hyperthropic prostat. Menimbulkan banyak kematian pada pria usia lanjut.
5. Kanker testis
Kanker testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis (buah zakar), yang bisa menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan di dalam skrotum (kantung zakar).
6. Gangguan menstruasi
Gangguan menstruasi pada wanita dibedakan menjadi dua jenis, yaitu amenore primer dan amenore sekunder. Amenore primer adalah tidak terjadinya menstruasi sampai usia 17 tahun dengan atau tanpa perkembangan seksual. Amenore sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi selama 3 – 6 bulan atau lebih pada orang yang tengah mengalami siklus menstruasi.
7. Kanker vagina
Kanker vagina tidak diketahui penyebabnya tetapi kemungkinan terjadi karena iritasi yang diantaranya disebabkan oleh virus. Pengobatannya antara lain dengan kemoterapi dan bedah laser.
8. Kanker serviks
Kanker serviks adalah keadaan dimana sel-sel abnormal tumbuh di seluruh lapisan epitel serviks. Penanganannya dilakukan dengan mengangkat uterus, oviduk, ovarium, sepertiga bagian atas vagina dan kelenjar limfe panggul.
9. Kanker ovarium
Kanker ovarium memiliki gejala yang tidak jelas. Dapat berupa rasa berat pada panggul, perubahan fungsi saluran pencernaan atau mengalami pendarahan vagina abnormal. Penanganan dapat dilakukan dengan pembedahan dan kemoterapi.
10. Kanker rahim
Kanker rahim (uterus) atau yang sebenarnya adalah kanker jaringan endometrium adalah kanker yang sering terjadi di endometrium, tempat dimana janin tumbuh, sering terjadi pada wanita usia 60-70 tahun.
11. Kanker payudara
Yaitu tumor yang bersifat ganas. Kanker payudara banyak terdapat pada wanita yang telah menopause. Pengobatannya dengan operasi, sinar radio aktif, dan obat-obatan.
12. Condyloma
Yaitu tumbuhnya bejolan keras berbungkul seperti bunga kol atau jengger ayam atau dikenal sebagai kutil kelamin. Kutil kelamin atau condyloma merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV), atau virus yang menyebabkan keganasan pada jaringan. Penyakit ini ditularkan melalui kontak langsung secara seksual dengan penderita HPV lainnya. Penyakit ini ditemukan di seputar alat kelamin bagian luar, di dalam liang vagina, di sekitar anus, hingga mulut rahim. Jika sampai menginfeksi leher rahim, dapat menyebabkan kanker mulut rahim atau kanker serviks. Kutil kelamin dapat diobati dengan obat oles, suntik, maupun tindakan operasi. Untuk tindakan operatif dapat dilakukan dengan menggunakan alat kotter (pemotong) oleh tenaga medis. Pengobatan bisa dilakukan dengan obat topikal (oles).
13. Candidiasis / keputihan
Yaitu munculnya gumpalan seperti endapan susu berwarna putih. Disebabkan karena infeksi jamur Candida albicans. Keputihan ini dapat muncul akibat ketidakseimbangan hormonal yang disebabkan oleh kegemukan, pasca menstruasi, kehamilan, pemakaian alat kontrasepsi hormonal, pengunaan obat-obatan steroid, kondisi organ intim yang terlalu lembap, dan lainnya. Juga bisa merupakan akibat dari gula darah yang tidak terkontrol. Penanganan untuk candidiasis cukup dengan menjaga kebersihan dan kelembapan organ intim wanita. Peggunaan sabun khusus pembersih vagina dan menjaga agar di bagian intim tak terlalu lembap bisa dilakukan. Namun, jika memang tak tertahankan dan menimbulkan gatal yang amat sangat, dapat diberikan obat antijamur misalnya triazol atau imidazol.
14. Kista ovarium
Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium.
Selain kelainan-kelainan di atas, ada juga beberapa penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin (Sexually Transmitted Disease), yaitu:
15. Sipilis
Sipilis ialah penyakit menular yang disebabkan oleh suatu bakteri berbentuk spiral yaitu Treponema pallidum. Penyakit ini dapat menyerang berbagai organ dalam tubuh, dapat ditularkan melalui hubungan seksual atau badaniah yang intim (misalnya ciuman), melalui transfusi darah, serta melalui plasenta dari ibu ke bayinya.
16. Gonorrhoea
Gonorrhoea ialah suatu penyakit akut yang menyerang selaput lendir dari uretra, serviks, rectum, kadang-kadang mata. Penyakit ini disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae.
17. Herpes Simplex Genitalis
Merupakan gangguan pada bagian luar kelamin berupa gelembung-gelembung berisi cairan. Gelembung air diakibatkan karena infeksi virus Herpes (HSV2). Gejalanya dapat berupa demam dan menimbulkan sensasi perih bila tersentuh. Bila menginfeksi sampai bagian dalam organ intim wanita, virus ini bisa menyebabkan nyeri sendi hingga rasa pegal di area pinggang. Pengobatan penyakit ini dengan obat antivirus. Pencegahannya dilakukan dengan menjaga daerah organ intim agar tidak terlalu lembap dan tetap bersih.
18. HIV (AIDS)
Merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga dalam waktu yang lama, penderita tidak memiliki sistem kekebalan tubuh. Akibatnya, penderita dapat terbunuh oleh infeksi penyakit ringan, seperti flu atau tifus.
2.11. Teknologi Reproduksi
Teknologi Reproduksi dikembangkan manusia memiliki maksud dan tujuan tertentu. Tujuan teknologi reproduksi ini umumnya untuk memberikan solusi, terhadap masalah reproduksi. Teknologi Reproduksi pada hewan, khususnya manusia, berkembang lebih lambat dibandingkan teknologi reproduksi pada tumbuhan. Berikut penjelasan mengenai teknologi reproduksi pada manusia.
1. Bayi Tabung
Bayi tabung merupakan salah satu teknologi yang menggembirakan bagi pasangan yang sukar memperoleh keturunan. Bayi tabung merupakan pembuahan in vitro. Pembuahan sel telur ibu oleh sel sperma ayah dilakukan secara buatan di dalam sebuah tabung. Setelah terjadi fertilisasi, zigot akan dikembalikan ke rahim ibu.
Bayi yang pertama kali lahir melalui proses bayi tabung ini adalah “Louise Brown” yang lahir pada tahun 1978. Proses tersebut menjadi tonggak sejarah fertilisasi in vitro yang menolong jutaan pasangan di dunia untuk memperoleh anak.
Proses bayi tabung terdiri dari proses mengendalikan ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur dari ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium cair. Awal berkembangnya teknik ini bermula dari ditemukannya teknik pengawetan sperma. Sperma bisa bertahan hidup lama bila dibungkus dalam gliserol yang dibenamkan dalam cairan nitrogen pada temperatur -321 derajat fahrenheit. Pada mulanya program ini bertujuan untuk menolong pasangan suami istri yang tidak mungkin memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba falopi istrinya mengalami kerusakan permanen.
Sebelum program bayi tabung ditemukan, inseminasi buatan dikenal sebagai metode untuk menyelesaikan masalah tersebut. Inseminasi buatan dilakukan dengan menyemprotkan sejumlah cairan semen suami ke dalam rahim isteri dengan menggunakan bantuan alat suntik. Dengan cara ini sperma diharapkan mudah bertemu dengan sel telur. Sayangnya, tingkat keberhasilan metode inseminasi buatan hanya sebesar 15%.
Di Indonesia, sejarah bayi tabung yang pertama dilakukan di RSAB Harapan Kita, Jakarta, pada tahun 1987. Program bayi tabung tersebut akhirnya melahirkan bayi tabung pertama di Indonesia, yakni Nugroho Karyanto pada tahun 1988.
Gambar 2.23. Proses Bayi tabung
(Sumber ://http.www.google search+proses+bayi+tabung.com)
2. Kloning
Kloning menjadi istilah populer setelah lahirnya “domba dolly” hasil kloning. Kloning merupakan salah satu cara reproduksi buatan yang memanfaatkan teknologi manipulasi sel telur. Jika umumnya sel telur dibuahi oleh inti sel sperma, pada proses kloning ini inti sel telur yang haploid dipindahkan dengan teknik khusus. Setelah itu, posisinya digantikan oleh inti sel dari bagian tubuh lainnya, seperti kulit atau otot yang diploid. Domba Dolly merupakan mamalia pertama yang berhasil di kloning. Pada domba Dolly, inti sel donor yang digunakan adalah inti sel kelenjar susu domba. Manusia kloning pertama di dunia adalah Eve yang lahir pada 26 Desember 2002.
Gambar 2.24. Kloning Domba Dolly
(Sumber ://http.www.google search+proses+kloning+domba+dolly.us.surface?)
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan yang kita bahas di atas dapat disimpulkan bahwa:
Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan yang baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak punah. Pada manusia untuk mengahasilkan keturunan yang baru diawali dengan peristiwa fertilisasi. Sehingga dengan demikian reproduksi pada manusia dilakukan dengan cara generative atau seksual.
3.2. Saran
Semoga makalah yang disusun penulis susun ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan dapat memberikan pengetahuan sedikit tentang reproduksi yang dialami manusia, dan berbagai macam penyakit yang bisa terjangkit pada sistem reproduksi. Penulis mengetahui bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi penulisannya, bahasa dan lain sebagainnya. Untuk itu saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat Penulis harapkan agar dapat terciptannya makalah yang baik yang dapat memberi pengetahuan yang benar kepada penmbaca. Pesan dari Penulis mulailah membaca dari hal yang kecil untuk dapat mengetahui lebih banyak hal yang belum anda ketahui. Dan jadikanlah membaca sebagai kebiasaan anda, karna melalui membaca akan membuka lebih banyak gerbang ilmu untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan.
DAFTAR PUSTAKA
Bevelander, Gerrit dan Judith A.Ramaley. 1988. Dasar-Dasar Histologi. Erlangga: Jakarta
Dellmann, Dieter dan Esther M.Brown. Histologi Veteriner.1992.Penerbit Universitas Indonesia : Jakarta
Prawihardjo, Sarwono. 2010 .Ilmu kebidanan. PT Bina Pustaka : Jakarta
Sinaga, Erlintan dan M. Silitonga. 2012. Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Universitas Negeri Medan : Medan
Syaifuddin. 1994. Anatomi Fisiologi untuk perawat. Penerbit buku Kedokteran : Jakarta
Maria,Poppy . (2010, 27 April). Sistem Reproduksi Manusia
(http: // www.mariaPoppy.blogspot.com.) [Diakses 9 Maret 2014].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar